BAB 10 :
TULISAN & EJAAN BAHASA ARAB DALAM AL-QUR'AN
The
History of The Qur'anic Text hal 158 - 165
4.
Sumber Kerangka dan Sistem Tanda Titik Diakritikal
Pendeta Yusuf Sa`id,
sebagaimana disebutkan oleh al-Munaggid sebagai seorang ahli dalam
sejarah alfabet, sistem titik dan tanda diakritikal, menyatakan bahwa
Syriak kemungkinan yang pertama kali mengembangkan sistem tanda titik.44
Ini merujuk kepada kerangka tanda titik, seperti dapat dilihat dalam
karakter seperti:
,
,
.
Pengakuannya
tidak sampai pada tanda diakritikal. Tetapi Dr. 'Izzat Hassan (peny.)
dalam pembukaan a!-Muhkam fi Naqtil Masahif, mengambil langkah
ekstra dan menyifatkan sistem diaktrikal sebagai pengaruh Syriak:
Karena Syriak lebih maju dalam skim tanda titik dan grammar, maka
Bahasa Arab meminjamnya dengan bebas.45
Dari argumentasi ini dia mengutip pendapat Orientalis Itali Guidi,
Archbishop Yusuf Dawud, lsra'il Wilfinson, dan 'All 'Abdul-Wahid al-Wafi-yang
mengulangi analis sebelumnya. DR. Ibrahim Jum'ah telah
mengekspresikan pendapat yang sama tentang Bahasa Arab meminjam sistem
diakritikal dari bahasa Syriak, dengan mengutip pendapat Wilfinson.46
Ini merupakan kesimpulan dari beberapa orientalis yang lain, termasuk
Rev. Mingana yang (tidak pernah sopan dalam kata-katanya) menyatakan,
The first discoverer
of the Arabic vowels is
unknown to history. The opinion of Arab authors, on this point, are too worthless to be
quoted47
(Penemu pertama huruf hidup Bahasa Arab tidak dikenal oleh sejarah.
Pendapat pengarang Arab, dalam hal ini, tidak ada nilainya untuk
dikutip).
Dengan memberi
penegasan bahwa Monastri (biara), Sekolah dan Universitas Syriak telah
membangun sebuah sistem di antara 450-700 Masehi, dia berkata, "Dasar-dasar
huruf hidup bahasa Arab adalah berdasarkan pada huruf hidup Aramaik.
Nama yang diberikan pada huruf hidup ini merupakan bukti yang tak
terbantah dari ketelitian pernyataannya: seperti Phath dan Phataha."48 Menurutnya, Orang Arab tidak menjelaskan sistem ini sehingga pada
akhir pertengahan bada ke delapan masehi,49
melalui
pengaruh sekolah Baghdadi, yang di bawah arahan para ilmuwan Nestorian
di mana Hunain yang cemerlang itu telah menulis karyanya tentang
grammar Syriak.50
Dalam
alphabet Syriak, hanya
dua karakter yang mempunyai tanda titik: Dolath (dal) dan Rish (ra).
Kemudian membandingkannya dengan alphabet Arab yang semuanya ada lima
belas karakter yang bertitik: ,
,
,
, , ,,
, ,
, ,
,
,
,
, dan
. Bayangkan bagaimana bahasa Arab meminjam titik bermacam-macam dari
Syriak. Oleh karena itu, pernyataan ini menjadi susah untuk dipercaya;
lebih dari itu, kita sudah memiliki bukti penggunaan tanda titik
sebelum Islam, semenjak awal abad ketujuh masehi dan mungkin lebih
awal lagi sejak abad ketiga Masehi.51
Sekarang marilah kita
teruskan dengan tanda diakritikal Syriak yang ada dua set. Menurut
Yusuf Dawud Iqlaimis, Biskop Damaskus,
Ini jelas yakin tanpa
diragukan bahwa pada zaman Yakub dari Raha,
yang meninggal di awal
abad kedelapan masehi, di sana tidak ada metode tanda diakritikal
dalam bahasa Syriak, tidak dalam huruf hidup bahasa Yunani maupun
system
tanda titiknya.52
Menurut Davidson
walaupun,53 Yakob Raha (w. 708 M.) menemukan tanda
set pertama pada abad ketujuh, sedangkan Theophilus meremukan set
kedua (huruf hidup Bahasa Yunani) pada abad ke delapan. Perlu diingat
bahwa akhir abad ke tujuh masehi itu sama dengan tahun 81 hijrah, dan
akhir abad ke delapan masehi sama dengan tahun 184 hijrah, sedangkan
persoalannya sekarang: siapa meminjamkan kepada siapa? Menurut apa
yang diungkapkan Davidson bahwa keputusan mungkin sebaliknya, maka
marilah kita cari jawabannya dengan meneliti skrip. Gambar di bawah
ini menggambarkan beberapa huruf hidup (vowels) Bahasa Syriak.54
Gambar 10.10: Contoh Vokal
Syriak.
Tanda yang dipakai
oleh Yakob Raha menunjukkan tanda-tanda yang mirip sistem diakritikal
AI-Qur'an. Sekarang perlu diingat bahwa yang menemukan sistem
diakritikal bahasa Arab adalah Abu al-Aswad Du'ali, yang meninggal
pada tahun 69 hijrah (688 M.). Di mana ia memberi tanda titik pada
semua Mushaf di zaman pemerintahan Mu'awiyah tahun 50 H./670 M.. Maka
dengan seketika masalah siapa yang sebenarnya meminjam, persoalannya
jadi semakin jelas. Selama enam ratus hahun orang Syriak menulis Kitab
Injil mereka tanpa tanda diakritikal, walaupun mereka menyombongkan
din telah mendirikan sebuah universitas di Nisibis, beberapa kampus,
dan monastri (biara) yang beroperasi sejak tahun 450 Masehi. Tetapi
tanda diakritikal dibuat hanya pada akhir abad ke tujuh dan awal abad
delapan Masehi, sedangkan ad-Du'ali memberi tanda titik pada Mushaf
telah selesai pada tiga seperempat abad ke tujuh masehi. Logika secara
jelas akan menyebut bahwa Yakob adalah seorang pengkopi sistem yang
dikembangkan oleh umat Islam. Kesimpulan ini bisa diterima, jika kita
mau menerima pengakuan Davidson; jika kita mengambil fatwa yang
diberikan oleh Biskop Damaskus, maka kita tidak memerlukan argumentasi
ini.
Ada yang menyangkut
tuduhan yang dinyatakan oleh Rev. Mingana
Ada yang menyangkut
tuduhan yang dinyatakan oleh Rev. Mingana bahwa orang Arab gagal dalam
menjelaskan sistem ini sehingga akhir pertengahan abad ke delapan
masehi, kita perlu pertimbangkan masalah berikut:
-
Ada satu laporan
bahwa Ibn Shirin (w. 110 H./728 M.) mempunyai Mushaf asli yang
diberi tanda titik oleh Yasya bin Ya'mar (w. 90 H. / 708M.).55
-
Khalid al-Hadhdha'
sudah terbiasa mengikuti bacaan Ibn Shirin dari Mushaf yang sudah
diberi tanda titik.56
Kedua-dua kejadian
ternyata lebih awal dari skema peminjaman yang disarankan.
Grammar Bahasa Syriak
menemukan identitasnya melalui usaha Hunain bin Ishaq (194-260
H./810-873 M.);57 bertentangan dengan keyakinan Mingana,
karangan Hunain tentang Bahasa Syriak tidak memengaruhi grammar bahasa
Arab karena Sebawaih (w. 180 H./796 M.),58 tokoh besar
grammar bahasa Arab, meninggal dunia sebelum Hunain lahir. Hunain
sendiri adalah sebenarnya hasil dari peradaban Islam. Dia belajar
bahasa Arab di Basra, dari seorang murid dari mahasiswa terkenal yang
pernah belajar dengan tokoh leksikografi Muslim kenamaan, Khalil bin
Ahmad al-Fraheedi (100-170 H. /718 - 786 M.).59
5.
Ortografi dan Palaeografi tak Menentu seperti terlihat dalam Skrip
Kuno selain Al-Qur'an
Kita telah diskusikan
sebelum ini, bagaimana dua skema diakritikal yang berlainan sama-sama
dipakai dalam Al-Qur'an dan buku-buku yang lain. Kita juga telah
mencatat bahwa perbedaan dalam skrip AI-Qur'an dan lainnya serta fatwa
ilmuwan yang menentang pembaruan kaidah ejaan dalam Mushaf 'Uthmani.
Tetapi bagaimana dengan buku-buku lain, bagaimana mereka secara
bertahap merespons untuk mengubah palaeografi dan ortografi skrip
bahasa Arab?
Gambar10.11: Sebuah contoh
skrip selain Al-Qur'an tahun 227H.. Sumber: R. G. Khaury, Wahb bin
Munabbih, Papan gam6ar PB 9. Dicetak dengan izin penerbit.
Gambar 10.11 adalah
contoh setengah halaman dari Madhazi Wahb bin Munabbih, Sebuah
manuskrip abad 227 H., Khoury menyediakan daftar ejaan yang janggal
yang dia temukan dalam teks ini.60 Satu contoh saya tuliskan kembali
di bawah ini.
Di antara yang nyleneh
tapi dan menarik adalah kata dieja dengan
(seperti tidak ada
), dan
dieja
tanpa tanda titik.
Gambar
10.12 adalah contoh sebagian dari Gharib al-Hadith Abu 'Ubaid yang
tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden. Manuskrip ini tampak
banyak amburadul dalam sistem kerangka tanda titik.61 Huruf
qaf (
): tidak
ada tanda titik (anak panah merah : baris 1,2, dan 4); ada satu titik
di bawah (anak panah hijau: baris 3 dan 4); dengan dua titik tanda di
atas karakter (anak panah biru: baris terakhir). Ya (
) yang
terpencil;62
tidak ada titik: tidak ada titik (anak panah sedikit biru : baris 3);
seperti sebelumnya tetapi dalam bentuk berbeda (anak panah ungu: baris
terakhir); dengan dua titik di bawah (anak panah kuning: baris 8).
Gambar 10. 12: Sebuah contoh
skrip selain Al-Qur'an, tahun 252 Hijrah. Sumber: Perpustakaan
Universitas Leiden, Manuskrip no. Or.
298. f. 239b. Dicetak ulang dengan izin mereka.
Poin
yang menarik adalah
semua yang amburadul terdapat pada satu halaman. Sudah pasti
ini dibuat oleh satu orang penulis, tetapi keputusan menulis
huruf-huruf dalam ragam gaya menunjukkan bahwa semua tanda sama-sama
dianggap sah (bisa digunakan), dan menguatkan apa yang kita telah
singgung sebelum ini tentang beberapa bentuk dibolehkan untuk tiga
huruf hidup,
,
, Ketidak teraturan itu muncul sesuai dengan pertimbangan kita.
Jika kedua gaya itu dapat dipakai dalam waktu
yang sama, maka
rasanya pada tempatnya kita kurang untuk menuduh penulis sebagai orang
yang tidak konsisten. Apa pun alasan kita untuk membantah
palaeografi yang bebas di zaman itu, sesungguhnya tidak dirasa penting.
Metodologi Islam menekankan bahwa setiap murid harus belajar langsung
dari seorang guru dan tidak pernah dibolehkan mempelajari teks apa pun
dengan cara pribadi; selagi tradisi belajar secara lisan masih berlaku
dan guru masih mampu menguraikannya tulisan tangan
yang tidak menentu, cara seperti ini tidak akan jadi penyebab lahirnya
kerusakan.
Ratusan
referensi berkualitas tinggi telah ditulis guna membedah skema ejaan
dan tanda titik
yang digunakan dalam Mushaf, clan
untuk bacan lebih lanjut saya sarankan agar melihat: (1) Kitab
an-Naqt
yang ditulis oleh Abu `Amr ad-Dani
(371-444 Hijrah), diterbitkan oleh Universitas al-Azhar, Kairo; dan
(2) A1-Muhkam fi Naqt al-Masahifditulis
oleh ad-Dani, disunting
oleh DR.
'Izzat Hassan, Damaskus, 1379 (1960).
Pembaca
yang berminat dalam masalah ini harap baca bagian pendahuluan al-Badi`
fi Rasm Masahif `Uthmani (hlm. 43-45), disunting oleh al-Funaisan, la
menyebut ada 80 buku dalam topik ini. Tujuan utama dari karya-karya
tersebut adalah hendak mendidik pembaca tentang kaidah-kaidah Mushaf
Uthmani, dan bukan untuk menunjukkan bahwa itu sebagai sesuatu yang
salah serta bernuansa ala kampung. Kita telah lihat perbedaan antara
bahasa Inggris yang ditulis pada abad ketujuh belas dengan yang
ditulis zaman modern, dan jika kita lihat semua perubahan ini
merupakan satu proses perkembangan (daripada saling menuding satu atau
yang lainnya terbelakang) dan tentunya, sikap itulah yang harus kita
sodorkan terhadap bahasa Arab.
6. Kesimpulan
Kedua kerangka tanda
titik (yang sudah dikenal oleh orang Arab sebelum Islam) clan tanda
diakritikal (yang dibuat oleh Muslim) tidak terdapat pada usaha `Uthman
dalam mengumpulkan Al-Qur'an secara terpisah. Dengan tidak adanya
tanda titik dan konsonan ini, uniknya, Mushaf telah selamat dari
pemalsuan yang dibuat oleh seseorang yang mempelajari Al-Qur'an
melalui lisan dan mempelajarinya secara pribadi. Orang seperti ini
dengan mudah dapat diketahui, jika saat ia ingin coba-coba membacanya
di depan orang banyak. Dengan keengganannya dalam memasukkan
bahan-bahan yang tak ada hubungannya ke dalam Mushaf, 'Uthman tidak
berdiri sendirian melainkan Ibn Mas'ud juga sependapat dengannya. Di
kemudian hari Ibrahim an-Nakha'i (w. 96 Hijrah), ketika seseorang
mencatat sebuah Mushaf dengan tambahan judul (heading) seperti "permulaan
Surah ini dan itu", tidak menyukainya dan menyuruhnya agar dihapus.63
Yahya bin Abi Kathir (w. 132 Hijrah) mencatatkan,
Titik
adalah yang paling pertama dimasukkan oleh Muslim ke dalam Mushaf,
sebuah tindakan yang mereka katakan sebagai lampu terang terhadap
batang tubuh teks (seperti menjelaskannya). Kemudian mereka meletakkan
tanda titik pada setiap ujung ayat untuk memisahkan ayat berikutnya,
dan setelah itu, informasi menunjukkan permulaan dan akhir setiap
surah.64
Baru-baru ini saya
jumpai pernyataan kasar tentang ortografi AI-Qur'an, yang mendesak
supaya kita mengikuti susunan bahasa Arab modern dan menghilangkan
ketentuan yang dipakai orang-orang yang menuliskan Mushaf `Uthmani
yang dituduh bodoh dan buta huruf Saya sama sekali tidak setuju. Ini
hanya mencerminkan nafsu orang jahil, pada jiwa orang seperti ini dan
kelas kakap macam Ibn Khaldun, bagaimana mungkin dapat melupakan
proses perubahan bahasa tidak bisa dihindari pada setiap waktu. Apakah
mereka percaya bahwa setelah beberapa abad nanti, orang-orang lain
tidak akan melontarkan kecaman bahwa karya mereka juga adalah usaha
yang dilakukan oleh orang-orang jahil buta huruf? Sebuah buku yang
menentang perubahan selama empat belas abad adalah bukti nyata bahwa
isi kandungan teks adalah milik Allah, dan Dia sendiri yang
memeliharanya. Keaslian yang terpelihara yang secara jeli dijaga dari
noda sejak dulu dipelihara tanpa cacar sejak kehadirannya tidak akan
disengsarakan melalui penyesuaian perubahan seperti terjadi pada Kitab
Injil.65
44. S. al-Munaggid, Etudes
de Paleographic Arabe, hlm. 128. AI-Munaggid telah
menunjukkan beberapa catatan tentang pengantn Syriak pada
kerangka titik.
45. 'izzat Hassan (peny.)
al-Muhkam fr Naqtil Masahif, hlm. 28-29.
46. lbrahim Jum'ah, Dirasat
fi Tatawwur al-Kitabat al-Kufiyyah, 1969, hlm. 17,27,372.
47. A. Mingana dan A.S. Lewis
(eds.) Leaves from Three Abcient Quran Possibly Pre 'othmanic: With a list of their variants, Cambridge
University Press, 1914, hlm. Xxxi.
48.
lbid, xxx.
49. Ini bisa diterjemahkan
kepada tahun 150 Hijrah dan seterusnya, karena 700-799 Masehi =
81-184 Hijrah.
50. Mingana dan Lewis (eds.)
Leaves from Three Abcient Qurans, hlm. xxxi.
51. Lihat kembali Inskripsi Raqush, bab 9.
52. Yusuf Dawud Iqlaimis Biskop
Damaskus, al-Lam'a ash-Shahiyyah ti Nahw al-Lugha
as-Siryaniyah, Edisi kedua, Mosul, 1896, hlm.
53. B. Davidson, Syriac
Reading Lessons, London, 1851.
54. B. Davidson, Syriac Reading
Lessons, London, 1851
55. Ad_Dani, al-Naqt, hlm. 129.
56. Ad-Dani, al-Muhkam, hlm. 13
57. Hunain bin Ishaq (194-260 Hijrah / 810-873
Masehi): dilahirkan di _ira di kalangan keluarga Kristen (yang
berbahasa Syriak). "Dalam masalah sikapnya yang menghancurkan
berhala-berhala di gereja dia disangka menghina kepada tuhan dan
di buang oleh Biskop Theodosius..." (J. Ruska, "Hunain b. Ishak",
Encyclopaedia oflslam, Edisi pertama, E. J. Brill Leiden,
1927, hlm. 336).
58. Sibawaih (135-180 Hijrah): salah seorang ahli
grammar bahasa Arab terkenal, dan pengarang pada buku bcsar yang
termasyhur, al-Kitab. (lihat Kahhala, Mu jam al-Muwa'allifin,
ii: 584).
59. Kahhala, Mu jam al-Muwa'allifin, i: 66.
60. Raif G. Khoury,
Wahb bin Munabbih, Otto Harrassowitz - Wiesbaden, 1972. Ted I, hlm. 22-27.
61. Daftar ini tidak lengkap dan berdasarkan pada bagian yang
ditunjukkan. De Goeje sudah mempelajari manuskrip ini secara
terperinci dan mengobservasi terus adanya ketidak teraturan (MT de
Georje, "Beschreibung einer alten Handshcrift von Abu 'obaida's
Garib-al-hadith, ZDMG, xviii:781-807 sebagaimana
dikutip dalam Levinus Warner and His Legacy (Catalogue of the
Commemorative exhibition held in the Bibliotheca Thysiana from April
27th till may 15th 1970), E.J. Brill, Leiden, 1970, hlm. 75-76).
Saya berterima kasih kepada Prof. J.J. Witkam untuk rujukan ini dan
gambar yang berwarna.
62. Dalam menulis ya' terpencil, penulis biasanya menggunakan
dua kerangka yang berbeda. Contohnya lihat baris 3 (anak panah
biru) dan baris terakhir (anak panah
63. Ad-Dani,
al-Muhkam, hlm. 16.
64. Lihat Ibn Kathir,
Fada'il, vii:467.
65. Untuk diskusi masalah skup
pemalsuan akan dibuktikan dalam bab 15 dan 17.
|
|