BAB 10 :
TULISAN & EJAAN BAHASA ARAB DALAM AL-QUR'AN
The
History of The Qur'anic Text hal 150 - 158
3.
Bagian Tanda Titik (Nuqat) dalam Mushaf Zaman Dulu
Setelah kita
mendiskusikan ejaan (ortografi) sekarang kita beralih pada masalah
tulisan (palaeografi).23 Seperti dalam bab sebelumnya kita menelusuri
palaeografi Arab dalam perspektif sejarah, sekarang kita hendak
telusuri dalam konteks AI-Qur'an dan meneliti perkembangannya.
Sebagian besar dari diskusi ini akan berputar di sekitar permasalahan
nuqat (
: titik ) yang mempunyai dua makna pada zaman awal Islam:
-
Kerangka
Tanda Titik: Ini adalah tanda titik
yang terletak baik di atas atau di
bawah guna membedakan huruf lain yang kerangkanya sama, seperti
h
(
),
kh
(
), dan
j (
). Ini disebut
sebagai nuqat al-i
jam (
), sistem ini sudah terkenal pada zaman Arab sebelum Islam atau
setidaknya pada awal Islam sebelum Mushaf 'Uthmani, sebagaimana kita
akan jelaskan di bawah ini.
-
Tanda Diakritikal (di
bawah atau atas )
Ini dalam bahasa
Arab disebut tashkil (
: seperti dammah,
fathah, kasrah) atau nuqat al-i 'rab (
);24
Ini bisa berbentuk titik atau tanda yang konvensional yang dibuat oleh
Abu al-Aswad ad-Du'ali (10 sebelum hijrah - 69 H./ 611 - 688 M.25
Kita akan diskusikan
kedua-duanya dengan panjang lebar.
i. Tulisan Arab Kuno dan Kerangka Tanda Titik
Rasm al-Khat
(lit. gambar
skrip) Al-Qur'an dalam Mushaf 'Uthmani tidak memuat tanda titik untuk
membedakan karakter seperti
b (
), t
(
),
dan seterusnya, dan juga
tidak ada baris diakritikal
(bawah, atas) seperti
fathah, dammah,
dan
kasrah.
Sebenarnya ada bukti kukuh
yang
menunjukkan bahwa konsep tanda titik ini bukan sesuatu yang baru untuk
orang Arab, sudah diketahui sebelum Islam datang. Walaupun bagaimana
tanda titik ini tidak ada pada Mushaf-Mushaf klasik. Apa pun juga
alasan filosofisnya di kejadian ini,26
saya akan mengemukakan beberapa contoh untuk membuktikan bahwa
palaeografi (tulisan) Arab klasik mempunyai tanda titik untuk
menemani kerangka sifat (huruf).
-
Batu nisan
Raqush, Inskripsi Arab sebelum Islam yang tertua, tahun 267 M.,
mencatat tanda titik di atas huruf
dhal, ra'
dan
shin.27
-
Sebuah
inskripsi, kemungkinan sebelum Islam, di Sakaka (Arab Utara), ditulis
dalam skrip yang rada aneh:
Gambar
10.2: Inskripsi agak aneh ditemukan di Sakaka. Sumber: Winner dan
Reed, Ancient Records from North Arabia, gambar 8. Dicetak ulang
dengan izin penerbit.
Inskripsi
itu (seperti kombinasi karakter antara Nabatean dan Arab)28
memuat tanda titik yang menggabung
dengan huruf Arab berikut ini: n ( ) b (
), dan
t (
).
-
Dokumentasi dalam
dua bahasa di atas kertas papyrus, tahun 22 H.,29
disimpan di Osterreichische
Nationalbibliothek di Vienna.
Gambar 10.3:
Sebuah dokumentasi dalam dua bahasa yang bertanggal dari Mesir.
Sumber: Perpustakaan Nasional Austria, Koleksi kertas papyrus, P.
Vindob. G 39726. Dicetak ulang dengan izin mereka.
Gambar 10.4:
Baris terakhir dibaca: Bulan Jamad al-'ula tahun 22 Hijrah dan
ditulis oleh Ibn Hudaidah.
Dokumentasi ini
mendapat sambutan sejak zaman pemerintahan Khalifah 'Umar
bin Khattab.
Karakter Bahasa Arab di bawah ini mempunyai tanda titik: n (
), kh
(
), dh ( ), sh
(
), dan z (
).30
-
Sebuah inskripsi
dekat Mekah, tahun 46 H., mencatat satu tanda titik di atas huruf b
(
).31
-
Dam Mu'awiyah dekat
Madinah mempunyai satu inskripsi dengan memasukkan tanda titik di
atas huruf
t (
).32
-
Dam Mu'awiyah yang
lain. Ini dekat Ta'if dengan bertuliskan satu inskripsi
bertanggalkan tahun 58 H.
Gambar
10.5:
Inskripsi tahun 58 H.-di atas dam Mu'awiyah dekat Ta'if.
Karakter di bawah
ini mempunyai tanda titik:
ya
(
),
b
(
), n (
), th (
), kh (
), f (
) dan
t (
).33
Sebagaimana tampak di
atas, kita bisa menyimpulkan bahwa sampai tahun
58 hijrah, huruf-huruf
di bawah ini sudah diberi tanda titik guna membedakan huruf lain yang
bentuknya sama: n (
), kh (
), dh (
), sh (
), z (
), ya (
), b (
), th (
) f (
), dan
t
(
). Jumlah semuanya sepuluh karakter.
Melihat pada tiga inskripsi pertama,
yang ada sebelum
Mushaf 'Uthmani, kita menemukan bahwa titik-titik itu sudah diberi
ukuran bentuk yang sama dengan apa yang digunakan sekarang ini.
Muhammad
bin 'Ubaid bin
Aus al-Gassani, sekretaris Mu'awiyah, menyatakan bahwa
Mu'awiyah meminta dia untuk meletakkan beberapa
tarqish
(
) dalam dokumentasi tertentu.
Menanyakan apa yang dimaksudkan dengan
tarqish,
dia diberitahukan, "Untuk memberi
karakter pada tanda titik yang tepat." Mu'awiyah menambahkan bahwa dia
telah melakukan hal yang sama dengan satu dokumentasi yang dia telah
tulis atas nama Nabi Muhammad saw." Al-Gassani adalah seorang yang
tidak dikenal di kalangan ahli hadith
(traditionist),
dan inilah
yang melemahkan
riwayatnya,35
tetapi kita tidak bisa mengurangi nilai kejadian ini yang merupakan
fakta yang tak mungkin dibantah, yang membuktikan bahwa tanda titik
telah digunakan pada Mushaf klasik.
ii. Penemuan Tanda Diakritikal
Sebagaimana tersebut
di atas bahwa tanda diakritikal ini dalam Bahasa
Arab disebut
tashkil
yang dibuat oleh Abu
al-Aswad ad-Du'ali (w. 69 H./ 688 M.). Ibn Abi Mulaika melaporkan
bahwa pada zaman pemerintahan `Umar, seorang Badui datang meminta
seorang guru untuk membantu belajar Al-Qur'an. Seseorang mengajar
sukarela (volunteer), tetapi kemudian melakukan kesalahan ketika
mengajar yang menyebabkan 'Umar memberhentikannya, membetulkan, dan
kemudian menyuruh agar yang mengajar Al-Qur'an hanya orang yang mapan
Bahasa Arabnya. Dengan kejadian itu 'Umar tidak lagi bimbang dan
kemudian minta Abu al-Aswad Du'ali untuk mengarang sebuah risalah
tentang tata Bahasa Arab.36
Ad-Du'ali melaksanakan tugasnya dengan
ikhlas, yang akhirnya dia
menetapkan empat tanda diakritikal yang akan diletakkan pada ujung
huruf tiap kata. Ini berbentuk titik-titik merah (untuk membedakannya
dari kerangka tanda titik yang berwarna hitam), dengan setiap posisi
titik memberikan arti pada tanda tertentu. Satu titik terletak
sesudahnya, di atas, atau di bawah huruf menjadikan masing-masing
dammah, Fathah, atau
kasrah sebagaimana
mestinya. Demikian halnya dengan titik yang terletak setelah, di atas
atau di bawah huruf berbentuk dammah Tanween (dua dammah), Fathah tanween, atau
kasrah tanween
sebagaimana mestinya37 (sinopsis ini sedikit kelihatan adil pada
ketentuan sebenarnya dan agak jelas). Pada zaman pemerintahan
Mu'awiyah (w. 60 H. / 679 M.), dia menerima perintah untuk
melaksanakan sistem tanda titik ke dalam naskah Mushaf, yang
kemungkinan dapat terselesaikan pada tahun 50 H. / 670 M.
Gambar 10.6: Contoh Mushaf yang ditulis dalam skrip Kufi, memuat kerangka tanda
titik ad-Du'ali. Jasa baik dari Museum Arsip Nasional Yaman.
Skim (kerangka) ini
kemudian diturunkan dari ad-Du'ali ke generasi penerusnya melalui
usaha Yahya bin Ya'mar (w. 90 H./ 708 M.), Nasr bin `Asim al-Laithi
(w. 100 H./718 M) dan Maimun al-Aqran, sampai kepada Khalil bin Ahmad
al-Fraheedi (w. 170 H. / 186 M.) yang akhirnya mengubah corak
(pattern) ini dengan menggantikan tanda titik merah berbentuk
menyerupai karakter tertentu.38 Beberapa abad kemudian skim kerangka
al-Fraheedi menggantikan sistem sebelumnya.
Setiap pusat (kota)
kelihatannya pada awalnya mempraktikkan kaidah
yang berlainan. Ibn
Ushta melaporkan bahwa Mushaf Isma'il al-Qust, Imam Mekah (100-170 H.
/ 718-186 M.) memakai sistem tanda titik yang tidak sama dengan Mushaf
yang digunakan oleh orang Irak,39 sedangkan ad-Dani mencatat bahwa
ilmuwan San'a' mengikuti kerangka lain.40 Sama juga, bentuk atau
contoh yang digunakan orang Madinah berbeda dengan yang digunakan oleh
orang Basra; pada ujung abad pertama hijrah bagaimanapun, kaidah orang
Basra semakin meluas sehingga orang-orang Madinah pun mengadopsinya.41 Perkembangan berikutnya mulai memperkenalkan tanda titik warna-warni,
setiap tanda diakritikal telah diberi warna yang berbeda.
Gambar 10.7: Contoh Mushaf dalam
skrip Kufi. Titik diakritikal warna-warni (merah, Hijau, kuning, dan
Biru muda). Per1u dicatat juga pemisah ayat dan tanda kesepuluh ayat,
sebagaimana telah disinggung dalam bab 6. Jasa Baik dari Museum Arsip
Nasional Yaman.
iii. Penggunaan
Secara Paralel dari Dua Skema Tanda Diakritikal yang Berbeda
Skim diakritikal Khalil
bin Ahmad al-Fraheedi menyebar dengan cepat dalam pengenalannya bukan
saja pada teks Al-Qur'an, jadi untuk tujuan membedakan skrip dan
tanda diakritikal yang digunakan untuk naskah Al-Qur'an selalu dijaga
sehingga skrip dan tanda ini dibedakan dari skrip dan tanda yang
digunakan pada buku-buku lain, walau bagaimanapun beberapa ahli
kaligrafi secara perlahan sudah mulai menggunakan sistem diakritikal
yang baru dalam Al-Qur'an.42
Saya beruntung sekali karena mempunyai
beberapa buah gambar Al-Qur'an berwarna dari koleksi San'a', di mana
dengan perkembangan skim seperti ini akan mudah dijelaskan.
Gambar
10.6 dan 10.7 (di atas)
kemungkinan dari abad kedua hijrah sedangkan di bawah ini adalah
contoh skrip Al-Qur'an pada abad ketiga hijrah.43
Gambar 10.8: Contoh
skrip Al-Qur'an pada abad ketiga hijrah. Perlu dicatat lagi tanda
titik warna-warni. Jasa Baik
dari
Museum Arsip Nasional Yaman.
Gambar berikut ini
adalah contoh skrip yang bukan Al-Qur'an pada periode yang sama.
Perbedaannya dapat dilihat dalam skrip dan dalam skim kerangka yang
digunakan pada titik dan tanda diakritikal. Untuk contoh yang lain,
lihat gambar 10.11 dan 10.12.
Garnbar 10.9: Contoh skrip yang bukan
Al-Qur'an, akhir abad kedua Hijrah. Perlu dicatat tanda diakritikal
sama dengan skim al-Fraheedi. Sumber: A. Shakir (peny.) ar-Risalah of
ash-Shafi'i, Kairo 1940, Papan gambar 6.
23. Sebagai peringatan:
ortografi adalah ejaan yang konvensional, sedangkan palaeografi
(dalam konteks ini) akan membahas tentang skrip sebuah bahasa,
dengan bentuk hurufnya dan penempatan titik dan sebagainya.
24. Ini berarti untuk
menggambarkan bunyi pendek vokal. Nama lain adalah al-haraka6
clan dalam bahasa Urdu ini disebut zair, zabar, paish...dst.
25. Ad-Dani, al-Muhkam, hlm. 6.
Pengarang terkenal, ad-Dau'ali menulis karangannya tentang
grammar (dan menemukan tashkil) sckitar tahun 20 H. / 640 M.
26. Untuk mendiskusikan motif
ini lihat hlm. 107. Apakah ini disebabkan perbedaan dalam
pembacaan Al-Qur'an bisa dilihat pada bab ke-11.
27. Untuk lebih detailnya,
lihat 134.
28. F.V. Winnet dan W.L.
Reed, Ancient Records from the
North Arabia, University of Toronto Press, 1970, hlm. 11.
29.
M. Hamidullah, Six Originaux des Letters Diplomatiques du
Prophete de L'Islam, hlm. 44, 45; lihat juga S. al-Munaggid,
Etudes De Paleographic Arabic, hlm. 102-103.,
30. Hamidullah di dalam Six
Originaux des Letters Diplomatiques du Prophete de L'Islam, hlm.
47, melaporkan bahwa Grohmann (From the World of Arabic Papyri,
Kairo, 1952, him. 62, 113-114) melakukan kesalahan dalam membaca
lima baris teks Arab. Dalam baris 4, dia membaca
sedangkan ia adalah
pada baris 5, dia membaca
dan
padahal ia dibaca masing-masing
dan
31. A. Munif, Dirasah Fanniyyah
li Mushaf Mubakkir, hlm. 139 mengutip Grohmann, "Arabic
Inscriptions", Louvain 1962, vol. l, xxii, no. 2, hlm. 202.
32. Ibid, hlm. 140 merujuk
kepada sebuah buku yang ditulis oleh Dr. S. ar-Rashid tentang
Kota
Islam.
33. S.
al-Munaggid, Etudes De Paleographic Arabe, hlm. 101-103
mengikuti G.C. Miles, "Early Islamic Inscriptions Near Taif, in
the Hidjaz", JNES, vol. Vii (1948), hlm. 236-242.
34. Al_Khatib al-Baghdadi,
al-Jami, I:269.
35. Untuk lebih detail lagi,
lihat bab tentang Metodologi Muslim.
36. Ad_Dani, al-Muhkam,
hlm. 4-5, catatan kaki 2, mengutip Ibn al-Anbari, al-Idah.
hlm. 15a - 16a. An-Nadim memberikan penjelasan yang detail
tentang manuskrip karangan ad-Du'ali tentang grammar. Dia menemukannya di
perpustakaan Abi Ba'ra, terdiri dari empat folio dan ditulis (dikopi)
oleh seorang ahli tata bahasa yang terkenal Yahya bin Ya'mar (meninggal
90 Hijrah/708 Masehi). Ini Mengandung tanda tangan ahli grammar yang
lain, ' allan an-Nahawi, clan di atas tanda tangan an-Nadr bin Shumail.
(an-Nadim, al-Fihrist,
hlm. 46). Tanda tangan ini mensahkan keaslian karya tulis Abu
as-Aswad ad-Du'ali.
37. Ad-Dani, al-Muhkam,
hlm. 6-7
38. Ibid, hlm. 7.
39. Ibid, hlm. 9.
40. Ibid, hlm. 235.
41. Ibid, hlm. 7.
42. Di antara ahli kaligrafi
ini adalah: Ibn Muqla (meninggal 327, Hijrah),. Ibn al-Bawwab (meninggal
413 Hijrah)... dst. Sebenamya Ibn al-Bawwab telah menyimpang
ejaan (ortografi) Mushaf 'Uthmani. Trend sekarang adalah kembali
ke ortografi klasik, seperti Mushaf yang dicetak oleh Kompleks
Raja Fahd di Madinah (lihat hlm. 131?..).
43. Berdasarkan penjelasan
dalam katalog: Masahif San'a', Dar al-Athar al-Islamiyyah
(Museum Nasional Kuwait), 19 Maret-l9 Mei 1985, Papan gambar no.
53. dalam hal ini saya ada beberapa catatan; contohnya saya
pcrcaya bahwa gambar 10.6 adalah skrip akhir abad pertama hijrah.
|
|