BAB 10 :
TULISAN & EJAAN BAHASA ARAB DALAM AL-QUR'AN
The
History of The Qur'anic Text hal 143 - 150
Kekeliruan
yang menahun
dan semakin banyak permasalahan yang dihadapi negara-negara yang baru
muncul mengakibatkan terjadinya perubahan secara dramatis dalam
ketentuan ejaan, adanya mempertahankan keganjilan dari pengalaman masa
lalu sedang ejaan lainnya akan jadi barang aneh atau kuno. Ini
mengingatkan saya pada tahun 1965 ketika saya menyelesaikan program
doktor saya di Cambridge. Saya ketemu dengan seorang mahasiswa muda
dari Inggris yang mempelajari bahasa Arab untuk menjadi seorang ahli
orientalis. Dia mengakui kesusahannya dalam mempelajari dan menguasai
ejaan bahasa Arab, dan dia mendesak agar mengubah ejaan Arab ke skrip
Latin-seperti halnya dengan bahasa Turki modern-yang membuatnya lebih
mudah untuk dipahami. Saya menjawabnya dengan menyebtttkan kesusahan
dalam suara a dalam bahasa Inggris,
father,
fat, fate, shape; dan
u dalam put, but, penyebutan kata right dan write, dan bentuk kata
kerja sekarang dan lampau read. Banyak lagi contoh yang bisa saya
sebutkan dari pengalaman kesusahan saya dalam mempelajari bahasa
Inggris sebagai bahasa ketiga. Dia beralasan bahwa ketidakteraturan
ini disebabkan oleh beberapa kata dan sejarah perkembangannya, tetapi
dia lupa untuk melihat bahwa bahasa Inggris tidak bisa dipertanyakan
keanehan-keanehannya, dan begitu juga sama dengan apa yang terjadi
dalam bahasa Arab.
Di bawah ini saya beri
contoh kata-kata yang secara random saya pilih (dan merupakan kata
yang panjang lebar) dari perjanjian Inggris abad 17 Masehi, untuk
menggambarkan perubahan ejaan yang terjadi dalam kurun waktu empat
abad.
The Boy of Bilson: or
A True Discovery of the late notorious Impostures of certaine
Romish Priests in their pretended
exorcisme,
or expulsion of the
Divell
out of young boy, named William
Perry, sonne of Thomas Perry Bilson, in the country of Stafford,
Yeoman. Upon which occasion, hereunto is permitted A
briefe
Theological Discourse, by way of
caution, for the more easie discerning of such Romish spirits; and
inudging of their false pretensces, both in this and the like
Practices.1
(Anak laki-laki Bilson: betul-betul penemuan seorang
(yang sudah meninggal)
yang terkenal dengan tukang tipu pendeta Romish dalam mantranya, atau
pengusiran setan dari badan seorang anak bernama, Willian Perry,
anak laki-laki Thomas Perry Bilson di negara Safford, Yeoman. Dalam
kejadian ini dibolehkan sedikit diskusi tentang teologi dengan
hati-hati untuk memudahkan melihat roh Romish; dan menghukum
kesalahannya, di dalam kasus ini atau kasus yang lainnya).
Ejaan ini mungkin bisa
ditertawakan dengan ukuran ejaan sekarang, tetapi sebenarnya sesuai
dengan standar ejaan Inggris pada abad
17 M..
Dalam beberapa bahasa,
karakter tertentu memiliki dua fungsi; dalam bahasa Latin,2
huruf i dan u kedua-duanya berfungsi sebagai vokal dan konsonan,
dengan fungsi konsonan i berbunyi seperti y dalam kata yes.
Dalam beberapa teks konsonan i ditulis dengan j. Dalam Latin
juga, huruf b jika diikuti dengan s maka berbunyi p (contohnya abstuli
= apstuli), dan itu juga sama dengan b dalam bahasa Inggris.3
Menarik sekali, huruf j hanya muncul baru-baru saja (pada abad
16 atau 17 Masehi) lama setelah media masa cetak ditemukan.4
Dalam bahasa Jerman, kita dapatkan vokal yang diubah menjadi
tanda.yang ada titik di atas (umlaut) contohnya a, o, u, yang asalriya
dieja masing-masing ae, oe, ue,5
Huruf
b bisa berbunyi b dalam kata ball (ketika permulaan) atau
berbunyi p dalam kata tap (ketika diakhir huruf atau suku kata),
sedangkan d bisa berbunyi d atau t. Huruf g bisa
berubah-ubah menjadi enam bunyi yang berbeda menurut dialek lokal.
Fenomena
yang sama
terjadi dalam bahasa Arab. Beberapa suku menyebut kata
(hatta) dengan
('atta), dan
(sirat) dengan
(sirat), dan sebagainya, dan hal ini disebabkan oleh banyak perbedaan
dalam bacaan yang terkenal. Sama juga huruf
mempunyai dua fungsi sebagai konsonan dan vokal, sebagai mana dalam
bahasa Latin. Masalahnya adalah bagaimana penulis dan penyalin Arab
dulu (kuno) menggunakan tiga huruf ini memerlukan perhatian yang
khusus. Metode mereka, walaupun kelihatan rada memusingkan bagi kita
saat ini, namun cukup jelas bagi mereka. Dari pendahuluan singkat
ini, sekarang kita hendak selidiki sistem ortografi (ejaan Arab) pada
zaman awal Islam.
1. Gaya Tulisan pada Zaman Nabi Muhammad
Di Madinah Nabi
Muhammad mempunyai penulis
yang banyak berasal dari beberapa
suku dan tempat, yang sudah terbiasa dengan dialek dan ejaan yang
berbeda-beda menurut adat masing-masing. Contohnya, Yahya berkata
bahwa dia melihat surat
yang dibacakan oleh
Nabi Muhammad saw kepada Khalid bin Sa'id bin al-'As yang memuat
beberapa kejanggalan:.
(kana) ditulis
(kawana), dan
(hatta) dieja
6 Dokumentasi
yang lain, yang diserahkan Nabi saw. kepada Razin bin Anas as-Sulami,
juga dieja
dengan
7
Menggunakan dua y (
) yang sudah lama berbeda dengan satu y, didapatkan dalam kata
8
dan
(sudah jelas tidak menggunakan titik) pada surat-surat Nabi saw.9
Satu dokumentasi abad 3 hijrah menggambarkan beberapa surat dalam
banyak cara.10Banyak
sekali bukti-bukti mengenai perbedaan dalam gaya tulisan pada zaman
permulaan Islam.
2.
Kajian tentang Ortografi (EJaan ) Mushaf 'Uthmani
Telah banyak buku
yang
menyinggung tentang ejaan yang janggal dalam Mushaf 'Uthmani, dengan
lebih detail lagi khususnya dalam menganalisis contoh-contoh ejaan
yang menyeleweng. Di antara beberapa bab dalam al-Muqni
`, contohnya di bawah
judul (heading), "Examination of Mushaf spellings where (vowels are)
dropped or listed (Meneliti ejaan Mushaf Yang Vokalnya Dibuang Atau
Disebutkan). (Sub judul): Examination of words where alif(
I ) is dropped
for abbreviation (Meneliti kata-kata yang ada alifnya dibuang untuk
tujuan singkatan)." Ad-Dani mengutip Nafi bin Abi Nu'aim (70-167
Hijrah), pengarang asli, kemudian membuat daftar ayat-ayat yang di
dalamnya ada alifyang dibaca tapi tidak ditulis:
Surah:
ayat |
Ejaan
yang digunakan dalam
Mushaf 'Uthman |
Bacaan
yang sebenarnya |
2:9 |
|
|
2:51 |
|
|
20:80 |
|
|
Saya pilih hanya tiga
contoh ini saja, jika tidak demikian, dalam bukunya dapat menghabiskan
lebih dari dua puluh halaman. Lebih dari itu, alif dalam Mushaf
'Uthmani semuanya tidak terdapat pada kata
dan
(semuanya
190
tempat), kecuali dalam ayat 41:21 di mana ejaannya adalah
.11
Membaca Mushaf mana saja yang
diterbitkan oleh Kompleks Percetakan Raja Fahd di Madinah, saya telah
memeriksa satu contoh ejaan yang janggal, dan sementara ini, dalam
penelitian saya, saya tidak mendapatkan ejaan yang bertentangan dengan
hasil tabulasi Nafi'.12
Dua vokal lagi yang bersamaan dengan huruf hamza (
) juga menggambarkan kecenderungan perubahan yang dinamis yang
tidak hanya terdapat pada Mushaf 'Uthmani. Beberapa sahabat yang
menulis naskah milik pribadi banyak yang memasukkan ejaan janggal
yang kemungkinan disebabkan oleh perbedaan wilayah dalam masalah
ejaan. Di sini ada dua contoh;
-
'Abdul-Fattah
ash-Shalabi menemukan manuskrip AI-Qur'an klasik (tua) yang
penulisnya menggunakan dua ejaan yang berbeda pada kata
(contohnya
dan
) di halaman yang sama.13
-
Dalam koleksi
perpustakaan Raza, Rampur, India, ada sebuah Mushaf yang ditulis dalam
skrip Kufi yang dinisbatkan kepunyaan 'All bin Abi Talib,. Kata
juga ditulis dengan
, dan
ditulis dengan
Untuk lebih jelas, saya perlihatkan contoh seperti di bawah ini.14
Malik
bin Dinar melaporkan bahwa 'Ikrima membaca ayat 17:107
dengan fas'al (
), walaupun tertulis fsl (
) Malik menenangkan akan hal ini dengan menyatakan bahwa itu sama
dengan bacaan qal (
) ketika kata itu ditulis ql
(
)15
yang merupakan kependekan umum di Mushaf Hejazi.16
Dengan adanya bacaan yang berdasarkan tradisi belajar secara lisan,
adanya kekurangan seperti ini tidak akan menyebabkan kerusakan teks
Kitab Suci. Kalau seorang guru membaca
(baca dengan qalu,
alif di akhir tidak disebutkan karena ada peraturan grammar tertentu)
dan murid itu menuliskannya
(mengikuti standard dia sendiri) tetapi membacakannya dengan betul
seperti
, lalu ejaan vokal yang janggal tidak mengandung pengaruh yang
negatif. Ibn Abi Dawud meriwayatkan kejadian di bawah ini,
Seperti halnya
perubahan tidak menyebabkan kehancuran teks melainkan justru
menekankan beberapa huruf hidup (vowels) yang telah ditiadakan
atau dibuang untuk penggunaan singkatan, al-Farsi meninggalkan
persahabatan al-Hajjaj tanpa kesan negatif. Kembali merujuk kepada
AI-Qur'an, kita menemukan bahwa kata-katal
tercatat sebanyak 331 kali, sedangkan
sebanyak
267 kali; jumlah seluruhnya ada 598 kata. Mengingat bahwa 'Ubaidullah
menambah ekstra dua alif di setiap ini maka mencapai sekitar 1,200
huruf ekstra. Jumlah dua ribu (sebagaimana disebutkan dalam riwayat
itu) kemungkinan besar hanya kira-kira saja.
Riwayat Ibn Abi Dawud
mengalami kekurangan dan isnadnya pun lemah18
menyebabkan banyak ilmuwan yang menolak. Tetapi jika ternyata ini juga
betul, apa yang menjadikan `Ubaidullah salah dalam membuat naskah
pribadi tak ada tujuan lain kecuali hendak menjadikannya sesuai dengan
kaidah ejaan yang berlaku, lain tidak. Contoh lainnya, kita akan
mengalihkan perhatian pada mushaf salinan Ibn al-Bawwab yang dibuat
pada tahun 391 Hijrah / 1000 Masehi, yang saya telah bandingkan dengan
mushaf cetakan Madinah pada tahun 1407 Hijrah/ 1987 Masehi.
Di awal Surah
al-Baqarah saja ada empat contoh ini. Kebiasaan sebagian besar Mushaf
yang dicetak
sekarang mengikuti sistem ejaan Mushaf 'Uthmani; kata
(Malik)
contohnya ditulis
(malik) mengikuti ejaan (ortografi) 'Uthmani, walaupun alif kecil
diletakkan pada mim untuk menjelaskan penyebutan bagi pembaca zaman
sekarang. Sama juga dengan beberapa ayat yang masih mengeja
dengan
20
menunjukkan bahwa kependekan ini adalah berlaku pada zaman `Uthman dan
dia juga mengizinkan untuk memasukkan kedua-duanya.
Penerbit
modern, dengan
mendasarkan naskahnya kepada ortografi Mushaf 'Uthmani yang resmi,
telah menyediakan rujukan yang banyak tentang ketentuan ejaan yang
berlaku pada zaman awal Islam (abad pertama hijrah). Ini sesungguhnya
adalah merupakan pilihan terbaik bagi semua penerbit, di mana mereka
memberikan manfaat untuk media masa cetak dan merupakan sifat
pendidikan modern yang telah diberi ukuran serupa. Bagaimanapun
keinginan untuk menyimpang dari ejaan Mushaf 'Uthmani bukan hal baru
lagi. Imam Malik (w. 179 H.) telah dihukum dua belas abad yang lalu
karena fatwanya (
)
tentang apakah seseorang boleh menulis Mushaf dengan menggunakan
kaidah ejaan (yang digunakan akhir-akhir ini); dia menolak pendapat
itu, dan hanya menyetujuinya untuk anak sekolah saja. Di tempat lain
juga ad-Dani (w. 444 H.) menyatakan bahwa semua ilmuwan dari sejak
zaman Malik sampai
zamannya sepakat
dengan keyakinan yang sama.21
Imam Malik telah
ditanya tentang huruf hidup (vowels) tertentu yang tidak dibaca di
dalam Mushaf: dia tidak mau menghilangkannya. Abu `Amr (ad-Dani)
memberi komentar bahwa ini merujuk pada tambahan huruf hidup yang
tidak dibaca; waw dan alif, seperti waw dalam
,
alif dalam ...,
dan juga ya' dalam ...
."
Ini menunjukkan bahwa
imam Malik menentang untuk mengubah ejaan Mushaf secara
resmi; sedangkan penulis Al-Qur'an pada zaman itu telah memilih
memasukkan kaidah ejaan yang berbeda dalam naskah pribadi mereka,
dalam pikirannya, ejaan ketentuan ini tidak pernah diterima sebelunmya
atau menyetujui ortografi Mushaf 'Uthmani.
1. Peter Milward, Religious
Controversies of the Jacobean Age( A Survey of Printed Sources),
The Scholar Press, London, 1978. him. 197. Ini merupakan sebuah
judul buku yang di terbitkan pada tahun 1622 M. Saya
italic-kan kata-kata yang ejaannya berbcda dari standard ejaan
sekarang. Perlu dicatat bahwa "judging" ditulis dengan "i"
bukan"j".
2.
F.L. Moreland
dan R.M. Fleischer, Latin,: An Intensive Course, hlm. 1
3.
Ibid, hlm.
2
4.
"Hos
was Jesus
Spelled?", Biblical Archaeology Review, May/June 2000,
vol. 26, no. 3, hlm. 66.
5.Harper's
Moderen German Grammar, London, 1960, hlm. Ix-xvi.
6. Untuk lebih detail, lihat
Abi Dawnd, al-Masahif, hlm. 104.
7. Ibid, hlm. 105.
8. Qur'an 51:47.
9. M. Hamidullah, Six
Originaux Letters Du Prophete De L'Islam, hlm. 127-133.
10. Lihat pada diskusi tentang
manuskrip Gharib al-Hadith dalam buku ini, hlm. 146-7.
11. Ad-Dani, al-Muqni', hlm.
20-27.
12.
Naskah yang saya gunakan, naskah yang sudah terkenal di seluruh
dunia, tidak diragukan lagi salah satu percetakan Mushaf yang
sangat berkualitas. Oleh karena itu, saya mengucapkan selamat
dan terima kasih kepada pusat percetakan ini.
13. Ash-Shalabi, Rasm al-Mushaf,
hLm. 72-73. Di dalam kasus yang sama, Mushaf 'Alqamah (w 60 H. /
679 M., dibawakan oleh IbrahIm an-Nakha`i (w 96 H.), mengeja
alif kedua-duanya dalam bentuk tradisional dan dalam bentuk
huruf ya' - artinya kata-kata tertentu dengan alif bisa
mempunyai dua bentuk yang saling bergantian (contoh :
dan
). Saya juga menemukan folio Mushaf abad pertama hijrah
yang di dalam halaman yang sama, kata yang sama ditulis dalam
dua cara.
14. Untuk contoh halaman lain
dari Mushaf yang sama, lihat DR. W.H. Siddiqui dan A.S. Islahi,
Hindi-Urdu Catalogue of the exhibitionheld of the
celebration of the 50th Anniversary of India's
Independence dan 200 years of Rampur Raza Library, 200,
Papan gambar no. 1.
15.
Lihat Ibn Abi
Dawud, al-Masahif, hlm. 105 (teks yang dicetak sudah dibetulkan).
Guru dan murid terikat untuk mengajar, belajar dan membaca
secara lisan menurut riwayat (yang langsung sampai ke Nabi r)
dan dalam batasan teks konsonan Mushaf 'Uthmani. Kedua-dua
baeaan Malik bin Dinar adalah betul pada teks konsonan dan
hadith yang menjadi dasar bacaannya.
16.
Untuk contoh
lihat F. Deroche dan S.N. Noseda, Sources de la transmission
manuscrite du texte coranique, Les manuscripts de'style higazi,
volume 2, tome 1, Le manuscript Or. 2165 (f. 1 A 61) de la
British Library Lesa, 2001, hlm. 54a.
17. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 117. Teks yang dicetak sudah dibetulkan.
18.
Rantai saksi-saksi yang terlibat dalam penyebaran
kejadian ini; untuk diskusi yang lebih detail lagi dalam sistem
isnad secara umum, lihat bab 12.
19. Kata-kata ini, didalam
Mushaf yang diterbitkan, mengandung alif kecil untuk membantu
pembacaan.
20. Lihat contohnya
Qur'an 23:112, 23:114 dan 4324.
21. Ad-Dani, al-Muqni`, hlm.
19. beberapa ilmuwan menyarankan bahwa Mushaf harus ditulis
berdasarkan kepada ejaan yang terpakai pada periodenya. Salah
satu ilmuwan itu adalah"22 bin 'abdus-Salam (az-Zarakhshi,
Burhan, i: 379). Tulis yang lain tentang masalah ini
termasuk: Ibn khaldun, yang menginginkan perubahan (Shatabi,
Rasm al-Mushaf, hlm. 119); Hifni Nasif, yang menentang
perubahan (ibid, hlm. 118). Majelis Fatwa al-Azhar, yang
memutuskan untuk tetap dengan sistem ejaan lama (ibid,
him 118); Jumhur Ulama panitia Saudi Arabia, yang memutuskan
pada tahun 1979 untuk meneruskan sistem lama; dan sama juga
kesepakatan telah dicapai di Liga Dunia Muslim (al-Finaisan (peny.),
al-Badi`, Pendahuluan, hlm. 41).
22. Ad-Dani, al-Muqni`,
hlm. 36.
|
|