BAB 7 :
MUSHAF 'UTHMANI
The
History of The Qur'anic Text hal 97 - 105
Selama pemerintahan 'Uthman, yang dipilih
oleh masyarakat melalui bai'ah () yang amat terkenal sebagai
khalifah ketiga, umat Islam sibuk melibatkan diri di medan jihad yang
membawa Islam ke utara sampai ke Azerbaijan dan Armenia. Berangkat
dari suku kabilah dan provinsi yang beragam, sejak awal para pasukan
tempur memiliki dialek yang berlainan dan Nabi Muhammad
, di luar kemestian, telah mengajar mereka
membaca AI-Qur'an dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit
untuk meninggalkan dialeknya secara spontan. Akan tetapi sebagai
akibat adanya perbedaan dalam menyebutkan huruf Al-Qur'an mulai
menampakkan kerancuan dan perselisihan dalam masyarakat.
1. Sikap 'Uthman terhadap Perselisihan Bacaan
Hudhaifa bin al-Yaman dari perbatasan
Azerbaijan dan Armenia, yang telah menyatukan kekuatan perang Irak
dengan pasukan perang Suriah, pergi menemui 'uthman, setelah melihat
perbedaan di kalangan umat Islam di beberapa wilayah dalam membaca
Al-Qur'an. Perbedaan yang dapat mengancam lahimya perpecahan. "Oh
khalifah, dia menasihati, 'Ambillah tindakan untuk umat ini sebelum
berselisih tentang kitab mereka seperti orang Kristen dan Yahudi.' "1
Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Qur'an
sebenarnya bukan barang baru sebab 'umar sudah mengantisipasi bahaya
perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya. Dengan mengutus Ibn Mas'ud
ke Irak, setelah 'umar diberitahukan bahwa dia mengajarkan AI-Qur'an
dalam dialek Hudhail2 (sebagaimana Ibn Mas'ud
mempelajarinya), dan 'umar tampak naik pitam:
AI-Qur'an telah diturunkan dalam dialek
Quraish (
), maka ajarkanlah menggunakan dialek Quraish, bukan
menggunakan dialek Hudhail.3
|
Dalam masalah ini komentar Ibn Hajar dirasa sangat
penting. "Bagi kalangan umat Islam bukan Arab yang ingin membaca Al-Qur'an,"
katanya. "pilihan bacaan yang paling tepat adalah berdasarkan dialek Quraishi (
). Sesungguhnya dialek Quraish merupakan pilihan terbaik bagi kalangan Muslim
bukan Arab (sebagaimana semua dialek Arab sama susahnya bagi Mereka).4
Hudhaifa bin al-Yaman mengingatkan khalifah pada
tahun 25 H dan pada tahun itu juga 'Uthman menyelesaikan masalah perbedaan yang
ada sampai tuntas. Beliau mengumpulkan umat Islam dan menerangkan masalah
perbedaan dalam bacaan AI-Qur'an sekaligus meminta pendapat mereka tentang
bacaan dalam beberapa dialek, walaupun beliau sadar bahwa beberapa orang akan
menganggap bahwa dialek tertentu lebih unggul sesuai dengan afliasi kesukuan.5 Ketika ditanya pendapatnya sendiri beliau menjawab (sebagaimana diceritakan oleh
'Ali bin Abi Talib),
"Saya tahu bahwa kita ingin menyatukan manusia (umat Islam) pada satu Mushaf (dengan
satu dialek) oleh sebab itu tidak akan ada perbedaan dan perselisihan" dan kami
menyatakan "sebagai usulan yang sangat baik)."6
|
Terdapat dua riwayat tentang bagaimana 'uthman
melakukan tugas ini. Sam di antaranya (yang lebih masyhur) beliau membuat naskah
mushaf semata-mata berdasarkan kepada Suhuf yang disimpan di bawah penjagaan
Hafsa, bekas istri Nabi Muhammad saw. riwayat kedua yang tidak begitu terkenal
menyatakan, 'uthman terlebih dahulu memberi wewenang pengumpulan Mushaf dengan
menggunakan sumber mana, sebelum membandingkannya dengan Suhuf yang sudah ada.
Kedua-dua versi riwayat sepaham bahwa Suhuf yang ada pada Hafsa memainkan peranan
penting dalam pembuatan Mushaf 'Uthmani.
2. 'Uthman Menyiapkan Mushaf Langsung dari Suhuf
Berdasarkan pada riwayat pertama `Uthman memutuskan
berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melacak Suhuf dari Hafsa, mempercepat menyusun penulisan,
dan memperbanyak naskah. AI-Bara'
meriwayatkan,
Kemudian 'Uthntan mengirim surat kepada Hafsa yang
menyatakan. "Kirimkanlah Suhuf kepada kami agar kami dapat membuat naskah yang
sempurna dan kemudian Suhuf akan kami kembalikan kepada anda." Hafsa lalu mengirimkannya kepada 'Uthman, yang memerintahkan Zaid bin Thabit, `Abdullah bin
az-Zubair, Sa'id bin al-'As, dan 'Abdur-Rahman bin al-Harith bin Hisham agar
memperbanyak salinan (duplicate) naskah. Beliau memberitahukan kepada tiga
orang Quraishi, "Kalau kalian tidak setuju dengan Zaid bin Thabit perihal apa
saja mengenai Al-Qur'an, tulislah dalam dialek Quraish sebagaimana AI-Qur'an
telah diturunkan dalam logat mereka." Kemudian mereka berbuat demikian, dan
ketika mereka selesai membuat beberapa salinan naskah `Uthman mengembalikan
Suhuf itu kepada Hafsa...7
3. 'Uthman Membuat Naskah Mushaf Tersendiri
i. Pelantikan Sebuah Panitia yang Terdiri dari Dua
belas Orang untuk Mengawasi Tugas Ini
Riwayat kedua adalah pendapat yang agak rumit dan
kompleks. Ibn Sirin, (w. 110 H.) meriwayatkan,
Ketika 'Uthman memutuskan untuk menyatukan (
)
Al-Qur'an, dia mengumpulkan panitia yang terdiri dari dua belas orang dari
kedua-dua suku Quraish dan Ansar. Di antara mereka adalah Ubayy bin Ka'b dan
Zaid bin Thabit.8
|
Identitas dua betas orang ini bisa dilacak melalui
beberapa sumber. AI-Mu'arrij as-Sadusi menyatakan, "Mushaf yang baru disiapkan
diperlihatkan pada (1) Sa'id bin al-'As bin Sa'id bin al-'As untuk dibaca ulang;"9 dia menambahkan (2) Nafi' bin Zubair bin `Amr bin
Naufal.10
Yang lain termasuk (3) Zaid bin Thabit, (4) Ubayy
bin Ka'b, (5) 'Abdullah bin az-Zubair, (6) 'Abrur-Rahman bin Hisham, dan (7)
Kathir bin Aflah.11
Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: (8) Anas bin Malik, (9) ' Abdullah bin
'Abbas, dan (10) Malik bin Abi 'Amir.12
Dan al-Baqillani menyebutkan selebihnya (11) 'Abdullah bin `Umar, dan (12)
`Abdullah bin 'Amr bin al-'As.13
ii. Penyusunan Sebuah Naskah Sendiri (Otonom)
'Uthman memercayakan pada dua belas orang
di atas tadi untuk mengurusi tugas ini dengan mengumpulkan dan
menabulasikan AI-Qur'an, yang ditulis di atas kertas kulit pada zaman
Nabi Muhammad
Sejarawan
ulung, Ibn `Asakir (w. 571 H.) menyebutkan dalam bukunya History of
Damascus (sejarah Damaskus):
Dalam ceramahnya 'Uthman mengatakan, "Orang-orang
telah berbeda dalam bacaan mereka, dan saya menganjurkan kepada siapa
saja yang memiliki ayat-ayat yang dituliskan di hadapan Nabi Muhammad
14
hendaklah diserahkan kepadaku." Maka orang-orang pun menyerahkan
ayat-ayatnya, yang ditulis diatas kertas kulit dan tulang serta
daun-daun, dan siapa saja yang menyumbang memperbanyak kertas naskah,
mula-mula akan ditanya oleh `Uthman, "Apakah kamu belajar ayat-ayat
ini (seperti dibacakan) langsung dari Nabi
sendiri?" Semua penyumbang
menjawab disertai sumpah,15
dan semua bahan yang dikumpulkan telah diberi tanda atau nama satu per
satu yang kemudian diserahkan pada Zaid bin Thabit.16
Malik bin AN 'Amir mengaitkan,
Saya salah seorang dari mereka yang
menulis Mushaf (dari sumber yang tertulis), dan jika ada kontroversi
mengenai ayat-ayat tertentu mereka akan bertanya, "Dari mana si
penulis (di kertas kulit ini)? Bagaimana Nahi Muhammad
mengajar dia tentang
ayat ini secara tepat?" Dan mereka akan meringkas tulisan, dan
meninggalkan sebagian tempat kosong dan mengirimkannya kepada orang
itu disertai pertanyaan untuk mengklarifikasi tulisannya.17
Oleh karena itu, naskah Mushaf independen
itu muncul secara bertahap, dengan ke dua belas orang itu
mengesampingkan semua ayat yang tidak pasti dalam ejaan konvensional,
agar supaya 'Uthman dapat melihatnya secara pribadi.18
Abu `Ubaid mencatat
beberapa masalah yang ada. Salah satu yang tidak pasti contohnya dalam
hal ejaan at-tabut, di mana menggunakan `t' terbuka (maftuhah) (
) atau tertutup (marbutah)
(). Hani al-Barbari, seorang langganan 'Uthman,
meriwayatkan:
Saya bersama 'Uthman tatkala panitia sedang sibuk
membanding-bandingkan Mushaf. Dia mengutus saya agar menemui Ubayy bin
Ka'b dengan tulang balm kambing yang bertulisan tiga kata yang berbeda
dari tiga stirah yang berbeda-beda (masing-masing dari 2:259, 30:30,
dan 86:17), memintanya agar mengecek kembali ejaan-ejaannya. Lalu
Ubayy menuliskannya (dengan ejaan yang sudah diubah).
|
iii. 'Uthman Mengambil Suhuf dari 'A'ishah
Sebagai Perbandingan
'Umar bin Shabba, meriwayatkan melalui
Sawwar bin Shabib, melaporkan:
Saya masuk ke kelompok kecil untuk bertemu
dengan Ibn az-Zubair, lalu saya menanyakan kepadanya kenapa 'Uthman
memusnahkan semua naskah kuno AI-Qur,an.... Dia menjawab, "Pada zaman
pemerintahan 'Umar ada pembual bicara yang telah mendekati
Khalifah memberitahukan kepadanya bahwa orang-orang telah berbeda
dalam membaca AI-Qur'an. 'Umar menyelesaikan masalah ini dengan
mengumpulknn semua salinan naskah AI-Qur'an dan menyamakan bacaan
mereka, tetapi menderita yang sangat fatal akibat tikaman maut sebelum
beliau dapat melakukan upaya lebih lanjut. Pada zaman pemerintahan
'Uthman orang yang sama datang untuk mengingatkannya masalah yang sama
di mana kemudian 'Uthman memerintahkan untuk membuat Mushaf tersendiri
(independent). Lalu dia mengutus saya menemui bekas istri Nabi
Muhammad
,
'A'ishah, agar mengambil kertas kulit (suhuf) yang Nabi
Muhammad
sendiri telah mendiktekan keseluruhan Al-Qur'an. Mushaf
yang dikumpulkan secara independent kemudian di dibandingkan dengan
Suhuf ini, dan setelah melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan
yang ada, kemudian ia menyuruh agar semua salinan naskah Al-Qur'an
dimusnahkan.23
Walaupun riwayat ini dianggap lemah
menurut ukuran para ahli hadith (traditionist), tapi ada gunanya dalam
menyebutkan riwayat ini yang menerangkan pengambilan Suhuf yang ada
di bawah pengawasan atau penjagaan 'A'ishah.24 Riwayat di bawah ini bagaimanapun menguatkan riwayat sebelumnya. Ibn
Shabba meriwayatkan dari 'Harun bin 'Umar, yang mengaitkan bahwa,
Ketika 'Uthman hendak membuat salinan (naskah)
resmi, dia meminta 'A'ishah agar mengirimkan kepadanya kertas kulit (Suhuf)
yang dibacakan oleh Nabi Muhammad
. yang disimpan di rumahnya.
Kemudian dia menyuruh Zaid bin Thabit membetulkan sebagaimana mestinya,
pada waktu itu beliau merasa sibuk dan ingin mencurahkan waktunya
mengurus masyarakat dan membuat ketentuan hukum sesama mereka.25
Begitu juga [bn Ushta (w. 360 H./ 971 M.)
melaporkan di dalam al-Masahif, dalam penyelesaian masalah pembuatan
naskah AI-Qur an tersendiri dengan menggunakan sumber utama, 'Uthman
mengutus seseorang ke rumah 'A'ishah agar mengambil Suhuf Dalam usaha
ini beberapa kesalahan telah terjadi dalam Mushaf yang kemudian
ditashih sebagaimana mestinya.26
Dan riwayat-riwayat ini kita tahu bahwa 'Uthman
menyiapkan salinan Mushaf independent berdasarkan secara
keseluruhannya pada sumber-sumber primer termasuk tulisan-tulisan
sahabat ditambah dengan Suhuf dari 'A'ishah.27
iv. 'Uthman Mengambil Suhuf dari Hafsa
Guna Melakukan Verifikasi
Ibn Shabba melaporkan,
Jadi pada waktu itu naskah yang dibuat
sendiri (independen) telah dibandingkan dengan Suhuf resmi yang sejak
semula ada pada Hafsah.
Seseorang bisa jadi keheran-heranan mengapa khalifah
'Uthman bersusah payah mengumpulkan naskah tersendiri (otonom) sedang akhimya
juga dibandingkan dengan Suhuf juga. Alasannya yang paling mendekati kemungkinan
barangkali sekadar upaya simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat,
yang sibuk berperang melawan orang-orang murtad di Yamamah dan di tempat lainnya,
tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi Suhuf Untuk menarik lebih banyak
kompilasi bahan-bahan tulisan, naskah 'Uthman tersendiri (independen) memberi
kesempatan kepada sahabat yang masih hidup untuk melakukan usaha yang penting
ini.
Dalam keterangan di atas, tidak terdapat
inkonsistensi di antara Suhuf dan Mushaf tersendiri (independen), dan dari dua
kesimpulan yang luas ini terdapat: pertama, sejak awal teks AI-Qur'an sudah
benar-benar kukuh dan tidak cair (sebagaimana sementara menuduh) dan rapuh
sehingga abad ketiga; dan kedua, Metodologi yang dipakai dalam kompilasi AI-Qur'an
pada zaman kedua pemerintahan sangat tepat dan akurat.
1. AI-Bukhari, Sahih,
hadith no. 4987; Abu 'Ubaid, FadA'il, hlm. 282. terdapat
banyak lagi laporan tentang masalah ini.
2. Salah satu suku mayoritas di
daratan Arabia pada zaman itu.
3. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 9,
Kutipan Abu Dawud
4. lbid, ix: 27
5. Lihat Abi Dawud, al -Masahif, hlm. 22. Dalam
kejadian ini banyak perbedaan pendapar telah diberikan dalam menentukan tahun
yang sebenar dari tahun 25-30 Hijrah. Saya mengadopsi pendirian Ibn Hajar. Lihat
as Suyuti, al-Itqan, I : 170.
6. Ibn Abi Dawud, al-Magahif, hlm. 22. Lihat juga Ibn
Hajar, Farhul Bari, x: 402.
7. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: ii, hadith no. 4987;
Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 19-20; Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 282
8. Ibn Sa'd, Tabaqat, iii/2:62. perlu dicatat bahwa
Ibn Sirin menggunakan kata
(mengumpulkan).
9. AI-Mu'arrij as-Sadusi, Kitab Hadhfin min
Nasb Quraish, hlm. 35.
10. Ibid,hlm 42.
11. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 20, 25-26.
12. lbn Hajar, Fathur Bari,
ix 19.
13. AI-Baqillani, al-Intisar
(ringkasan), hlm. 358.
14. Penjelasan yang cukup
detail tentang salah satu Mushaf pribadi (lihat hlm. 100-2) yang
mengemukakan bahwa kedua belas orang tersebut terbagi kepada
Iebih dari satu kelompok, yang setiap dari mereka membaca (mendiktekan)
dan bekerja secara independen.
15. Ibn Manzur, Mukhtasr Tarikh
Dimashq, xvi: 17l-2; lihat juga Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 23-24.
16. A. Jeffery (Penyunting),
Muqaddimatan, hlm. 22. Tanda (seperti nama penulis) mungkin bisa
disimpulkan dari pernyataan Malik di kutipan selanjutnya.
17. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 21-22
18. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 19, 25.
19. Qur'an 2:259.
20. Qur'an 30:30
21. Qur'an 86:17
22. Abu ' Ubaid, Fada'il, hlm. 286-7.
23. Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah,
hlm. 990-991; lihat juga as-Suyuti, al-Itqan, ii:272,
Mengutip buku Ibn Ushta, al-Masahif.
24. Salah satu perawi di
riwayat ini sangat rendah reputasinya ( %%% : matruk).
25. Hat Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm.
997
26. As-Suyuti, al-Itqan,
ii: 272
27. Ini boleh disimpulkan dalam
hadith berikut ini yang diriwayatkan oleh al-Bukhari,
- Zaid bin Thabit melaporkan bahwa ketika dia mengumpulkan AI-Qur'an
pada zaman pemerintahan Abu Bakr, dia tidak dapat mendapatkan
dua ayat terakhir surah al-Bara'ah sehingga dia bertemu dengan
Abu Khuzaimah al-Ansari, dengan tiada seorang pun yang memiliki
salinan utama (tangan pertama). Suhuf yang sudah Iengkap
disimpan di bawah penjagaan Abu Bakr sampai dia meninggal ...
(al-Bukhari, sahih, hadith no. 4986) |
- Kharijah bin Zaid bin Thabit meriwayatkan dari bapaknya Zaid
bin Thabit, " ketika kami menulis Mushaf, saya tidak menemukan
satu ayat (no. 23 dari surah al-Ahzab) yang selalu saya dengar
dari bacaan Rusulullah saw. Kami mencarinya sehingga kami
dapatkan dari Khuzaimah bin Thabit al-.Ansari, lalu kami
masukkan ke dalam surah yang tepat dalam Mushaf." (al-Bukhari.
Sahih, Hadith no. 4988). |
Kedua hadith ini menyebabkan kekeliruan di
kalangan ilmuwan, disebabkan kemungkinan besar ada dua nama.
Perlu dicatat bahwa dua nama ini berbeda: Khuzaimah dan Abu
Khuz.aimah. Sekarang jika kita baca hadith-hadith ini dengan
teliti, kita akan melihat bahwa Zaid menggunakan kata Suhuf
untuk kompilasi AI-Qur'an pada zaman pemerintahan Abu Bakr, dan
kala Mushaf atau Masahif (kata majemuk untuk Mushaf) digunakan
di bawah bimbingun `Uthman. Oleh karena itu, kila mungkin bisa
menyimpulkan bahwa kedua ini conloh koleksi yang berbeda. (Perlu
dicatat hadith nomor 4986 menerangkan bagian kompilasi AI-Qur'an
di masa Abu Bakr dan nomor 4989 menerangkan pada zaman 'Uthman.).
Jika kita pertimbangkan kompilasi kedua adalah tugas Zaid dalam
mempersiapkan Mushaf independent, maka semuanya jadi jelas. Di
satu segi, kalau kita asumsikan bahwa Zaid hanya membuat
duplikat salinan untuk ' Uthman dari suhuf Abu Bakr, bukan
salinan sendiri, maka kita harus berhadapan dengan pertanyaan
kenapa Zaid tidak bisa menemukun ayat no. 23 dari surah al-Ahzab-
sedangkan semua ayat seharusnya sudah ada di hadapannya. Yang
menarik juga bahwa Zaid menggunakan kata ganti single orang
pertama (saya) dalam riwayat pertama dan menggunakan kata ganti
banyak orang pertama (kami) pada riwayat kedua, yang menunjukkan
perbuatan kelompok di dalam riwayat kedua. Semua ini menguatkan
pandangan yang berpendapat bahwa kompilasi kedua sesungguhnya
menunjukkan usaha yang lain (independen).
28. Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah,
hlm. 1001-2.
|
|