BAB 17 :
PERJANJIAN BARU:
PENGARANG
YANG ANONIM DAN PERUBAHANNYA
The
History of The Qur'anic Text hal 311 - 317
Setelah mengkaji sejarah awal agama
Kristen dalam bab yang lalu, kita sekarang sampai pada PB itu sendiri
dan memperhatikan beberapa pertanyaan: siapakah yang mengarang keempat
Injil itu? Apakah mereka percaya bahwa karangan-karangan mereka
terinspirasikan (wahyu), ataukah ide ini dikembangkan oleh para
generasi belakangan? Bagaimana teks itu diubah? Dan barangkali yang
paling awal dari segalanya, bagaimana tabiat Injil-Injil ini berbeda
dengan ajaran-ajaran Yesus yang asli?1
1. Injil Q yang
Hilang-Sebuah Tantangan
Sebelum munculnya empat Injil yang kita
kenal sekarang, para pengikut awal Yesus menyusun buku mereka
masing-masing. Dalam hal ini tak ada hal yang dramatis tentang
kehidupan Yesus, tak ada riwayat-riwayat mengenai pengorbanan dan
penebusan spiritual. Fokusnya hanya terbatas pada ajaran-ajarannya,
pikiran-pikirannya dan tata cara serta perilaku yang ia jelaskan,
begitu juga pada pembaruan-pembaruan sosial yang ia canangkan.2
Karangan ini sekarang dinamakan Injil Yesus, Q. Namun Q bukanlah
sebuah teks yang stabil, sebagaimana kehidupan orang-orang Kristen
yang tidak stabil, dan dengan begitu selama abad pertama orang-orang
hidup dalam keadaan yang memaksa untuk menyisipkan lapisan-lapisan
teks yang berbeda kepada Q. Lapisan yang asli sangat mencolok: penuh
dengan kata-kata yang simpel tapi padat, tanpa ada ajakan kepada suatu
agama baru dan tidak ada isyarat apa pun tentang Yesus Kristus sebagai
Anak Tuhan.3
Lapisan kedua membawa pergeseran nada,
yang secara tersurat menjanjikan kehancuran bagi mereka yang menolak
pergerakan itu.4
Namun menurut saya pergeseran yang mengherankan terjadi dalam lapisan
Q yang ketiga dan terakhir, yang ditambahkan oleh orang-orang Kristen
pada masa-masa percobaan pemberontakan Yahudi Pertama (66-70 M.), di
bawah bayangan kehancuran Rumah Tuhan yang Kedua oleh serdadu Romawi.5
Di sinilah Yesus di-upgrade dari seorang nabi yang bijak menjadi Anak
Tuhan (Sun of God), pewaris Kerajaan Ayah, yang sukses melawan
godaan-godaan di dalam hutan-belantara.6
Dengan begitu, buku ini telah terbukti
rentan terhadap peruhahan, adalah korban dari berbagai mitos yang
mulai beredar di kalangan Kristen tentang siapa sebenarnya Yesus. Tapi
meski demikian, dalam lapisan ketiga ini pun tidak terdapat ajakan
untuk menyembah Kristus, untuk menganggapnya sebagai seorang tuhan
atau membayangkannya lewat ritual-ritual dan doa. Tidak terdapat
penyaliban demi pergerakan itu sendiri, apalagi penebusan untuk
seluruh manusia.7
Markus, Matius, dan Lukas menggunakan Q ketika menulis Injil mereka
menjelang akhir abad pertama, tapi mereka dengan sengaja memelintir
teks itu (masing-masing dengan caranya sendiri) untuk mencapai tujuan
yang mereka inginkan.8
Bagaimanapun juga, Q sebagai sebuah buku yang sebenarnya telah hilang
dengan cepat.9
Teks-teks yang menggantikannya, berupa riwayat-riwayat kehidupan
Kristus yang dramatis, telah mengantarkan kepada suatu pergeseran
dalam fokus dan membantu menghidupkan mitos-mitos dan spekulasi yang
sejak itu telah menutupi figur Yesus yang sebenarnya.
2. Pengarang Keempat Injil
yang Ada Sekarang
Mitos-mitos Yesus ini masih terus beredar
balk pada masa-masa hilangnya Q maupun setelahnya, dan dari sekian
banyak karya yang terinspirasikan mitos-mitos ini hanya empat yang
berhasil mencuat dan menonjol: Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Semua pengarangnya tak diketahui dengan pasti. Dalam kata-kata Sir
Edwyn Hoskyns dan Noel Davey:
Jika dirasakan sulit, karena bukti yang
kurang memadai, untuk menamakan para pengarang Injil-Injil sinoptik*,
maka lebih sulit lagi menentukan tanggal penulisannya secara pasti. Di
sini tak ada bukti sama sekali; dan penentuan tanggal hanyalah suatu
kemustahilan. Terminus ad quem adalah sekitar tahun 100 M.10
Sebagai hasil produksi gereja primitif,
Injil-Injil itu merupakan tradisi lisan dari Iingkungannya, dan oleh
karenanya masalah pengarang dan tanggalnya akan selalu enigmatic
(menjadi teka-teki). Hoskyns dan Davey berargumen hahwa ketidakpastian
ini hagaimanapun juga tidak mengurangi nilai dokumen-dukumen ini jika
memang diperlakukan secara akademik.11
Tetapi jaminan akurasi apakah yang kita miliki mengenai karya-karya
anonim ini? Jika ketidakpastian pengarangnya itu sendiri gagal
menunjukkan pentingnya uraian-uraian yang ada dalam Injil, bagaimana
dengan ketidakpastian akurasinya? Sungguh, ini adalah masalah
doktrinal yang luar biasa. Bucaille menukil pesan Bapa Kannengiesser,
Professor di Institut Katolik Paris, yang,
Memperingatkan bahwa 'seseorang harus
tidak mengambil secara literal' fakta-fakta yang dilaporkan tentang
Yesus oleh kitab-kitab Injil, karena Injil-Injil ini adalah 'tulisan-tulisan
yang disesuaikan untuk kesempatan tertentu' atau 'untuk melawan', yang
para pengarangnya semata-mata hanya 'menuliskan tradisi-tradisi
komunitasnya tentang Yesus.' Mengenai Kebangkitan... la menegaskan
bahwa tak seorang pun dari penulis-penulis Injil yang bisa mengklaim
sebagai saksi mata. Dia mengisyaratkan bahwa, mengenai kehidupan
publik Yesus yang selebihnya, juga berlaku hal yang sama karena,
menurut Injil, tak satu pun dari para muridnya kecuali Yudas Iskariot-yang
meninggalkan Yesus semenjak ia pertama kali mengikuti-Nya sampai
keberadaannya yang terakhir di dunia.12
Buku-buku yang asalnya tak pasti dan
akurasinya dipertanyakan ini belakangan diberi otoritas besar oleh
gereja masa-masa awal melalui sebuah klaim bahwa buku-buku tersebut
adalah karya-karya yang terinspirasikan Tuhan, untuk membenarkan
tradisi-tradisi oral Kristen.
3. Apakah Injil-Injil
itu Terinspirasikan?
Inspirasi, ide bahwa Tuhan secara nyata
memberikan visi atau kemampuan atau wahyu secara langsung kepada
seseorang merupakan sebuah konsep yang sentral dari semua agama
monoteistik. Akan tetapi, PB tidak pernah mengklaim dirinya sebagai
karya dari sebuah inspirasi. Satu-satunya bagian yang mungkin
menunjukkan inspirasi ini adalah 2 Timotius 3:16, bahwa, "Setiap Kitab
Suci terinspirasikan dan berguna untuk pengajaran." Yang dimaksudkan
di sini bagaimanapun juga adalah PL, sebab PB belum lagi
dikompilasikan dalam bentuk yang kita kenal kini. Seorang penulis abad
kedua, Justin Martyr, lebih lanjut mengklarifikasi bahwa inspirasi ini
dimaksudkan bukan pada teks lbrani yang ada, tapi hanya pada
keakuratan penerjemahannya ke dalam bahasa Yunani Kuno.13
Sarjana-sarjana Kristen sering membumbui
tulisan-tulisan mereka dengan terminologi 'inspirasi'; misalnya P.W.
Comfort menyatakan, "lndividu-individu tertentu... diberi inspirasi
oleh Tuhan untuk menulis penjelasan-penjelasan Injil untuk membakukan
tradisi oral.14
Dan lagi, para juru tulis yang mengopi PB pada tahap belakangan, "Mungkin
menganggap diri mereka telah terinspirasikan oleh roh dalam membuat
penyesuaian-penyesuaian tertentu dengan contoh."15
Namun, para pengarang empat Injil yang anonirn itu boleh jadi sangat
tidak sependapat dengan Prof. Comfort. Injil yang terawal, Markus,
dianggap sebagai sumber utama oleh para pengarang Matius dan Lukas,
yang telah mengubah, menghapus, dan menyingkat banyak kisah-kisah
Markus. Perbuatan semacam ini tidak akan mungkin terjadi jika mereka
menganggap bahwa Markus diberi inspirasi oleh Tuhan, atau bahwa
kata-katanya merupakan kebenaran sejati.16
Setelah mengetahui bahwa klaim-klaim inspirasi dalam PB ini tidak
memiliki legitimasi sama sekali, marilah sekarang kita periksa
bagaimana komunitas Kristen sampai kini memperlakukan buku-buku ini,
dan kita cermati apakah perlakuan ini kongruen dengan apa yang
semestinya diterima oleh sebuah teks suci.
4. Transmisi Perjanjian
Baru
Menurut Comfort, Injil-Injil itu pertama
kali diketahui di kalangan Kristen secara oral sebelum berwujud dalam
bentuk tulisan.17
Tidak ada satu buku pun dari PB yang masih selamat dalam tulisan asli
pengarangnya, dan yang paling mendekati adalah berupa sebuah fragmen (penggalan)
yang bertarikh +/- 100-115 M dan mengandung enam ayat dari Yohanes 18.18
Naskah-naskah berbagai buku dari PB dibuat
secara meluas selama beberapa abad pertama, umumnya oleh orang-orang
non-profesional yang jarang sekali mengecek kesalahan-kesalahan
setelahnya. Memang tidak ada rangsangan sama sekali untuk melakukan
hal itu: sebab hampir seluruh orang Kristen selama abad pertama
mengharapkan datangnya kembali Kristus, dan kernungkinan tak pernah
menyadari bahwa mereka sedang memelihara sebuah teks untuk masa depan
yang jauh.19
Setelah beberapa waktu,
teks-teks yang beredar tidak lagi mengandung persamaan yang dekat
dengan karya-karya aslinya, sehingga siapa saja juru tulis yang
menyalin sebuah naskah dengan ketelitian yang tinggi tidak harus
secara otomatis berarti membuat reproduksi yang akurat daripada
aslinya.20
Tambahan lagi, "Orang-orang
Kristen masa awal tidak semestinya memperlakukan teks PB sebagai
sebuah teks yang 'sakral',"21
yang setiap hurufnya
sudah tetap dan suci. Mereka boleh jadi kadang-kadang merasa terilhami
(inspired) untuk membuat perubahan-perubahan pada naskah yang
ada sebelumnya.22
Terlepas apakah mereka menganggap diri
mereka terinspirasikan atau tidak, semua interpolasi penulisan harus
dianggap sebagai perubahan.
i. Pembuatan Tipe-Tipe Teks yang Berbeda
Para sarjana berpendapat bahwa tingkat
perbedaan (atau perubahan) di dalam teks PB mencapai puncaknya
menjelang akhir abad kedua Masehi. Masing-masing dari pusat-pusat
utama di kalangan gereja masa awal membuat variasi tekstualnya
sendiri-sendiri dalam PB, yang berbeda dari teks yang ditemukan di
lokalitas-lokalitas yang lain. Para akademisi telah mengategorikan
teks-teks yang beragam ini menjadi empat tipe teks utama:
-
Teks
Alexandria.
Para juru tulis di Alexandria unuunnya rnggan mcnguhuh substansi teks,
dan lebih senang memodifikasi grammar dan style. Manuskrip-manuskrip
mereka dianggap mendekati akurasi nrtkna.23
-
Teks
Barat
Teks 'Barat', berasal dari Afrika Utara
dan Italia, merupakan teks yang tak terkendalikan dan populer. Teks
ini mengalami interpolasi di tangan para juru tulis yang, dalam rangka
mengejar akurasi, memperkaya teks dengan menggunakan bahan
tradisional, dan bahkan non-biblikal.24
-
Teks
Kaisar
Tipe ini adalah merupakan sebuah kompromi
antara dua tipe yang sebelumnya, dalam substansi mengikuti teks
Alexandria tapi tetap memelihara teks Barat yang tidak kelihatan
terlalu tidak masuk akal.25
-
Teks
Byzantium.
Lucian dari Antioch, bekerja di Suriah pada masa-masa awal abad
keempat, membandingkan berbagai bacaan PB untuk memproduksi sebuah
bentuk teks yang revised dan kritis. Untuk tujuan ini dia lebih
bersandar secara konsisten pada tipe teks Barat daripada Alexandria,
dan mengambil jalan harmonisasi dan interpolasi ketika diperlukan.
Hasil akhirnya segera memperoleh popular'rtas yang luas di seluruh
Mediterania, menjadi teks favorit Gereja Ortodox Yunani; teks ini
mengalami revisi lebih lanjut selama empat abad berikutnya sampai
kemudian distandardisasikan.26
Jadi, teks Byzantium yang paling tersebar
luas daripada yang lain ini, ternyata banyak bersandar pada teks Barat
yang diakui paling sedikit dapat dipercaya di antara keempat teks yang
lain. Agaknya tak dapat dihindarkan bahwa Lucian mesti telah
memasukkan ke dalam teksnya paling tidak beberapa interpolasi, dari
sumber-sumber tradisional dan bahkan non-biblikal, yang membentuk
sebuah tanda utama tipe teks Barat. Kenyataannya pengaruh teks Barat
ini secara umum memang mengagumkan; bahkan pemula teks Kaisar telah
mencampurkan teks Alexandria yang relatif murni dengan elemen-elemen
populer dari teks Barat, meskipun sepenuhnya menyadari inferioritasnya
teks Barat ini.
ii. Tarikh Resensi
Resensi adalah proses sekrutinisasi (pemeriksaan
dengan cermat) semua bentuk yang ada dari sebuah dokumen, dan
menyeleksi yang paling dapat dipercaya di antara yang lain sebagai
dasar bagi sebuah teks yang standar. Secara alami, semakin belakang
tarikh resensi yang pertama kali diupayakan maka semakin memungkinkan
bahwa manuskrip-manuskrip yang tengah diperiksa itu akan mengandung
perubahan-perubahan. George D. Kilpatrick dari Queen's College, Oxford
"menegaskan bahwa pada kira-kira tahun 200 M. mayoritas
perubahan-perubahan yang disengaja telah disusupkan ke dalam alur teks
PB, dan bahwa setelah itu para juru tulis mentransmisikan beberapa
bentuk teks dengan ketelitian tinggi.27
Para sarjana modern sepakat bahwa tidak ada bukti substansial yang
menunjukkan adanya resensi bahkan selama abad ke-3 sekali pun.28
Sebagaimana hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian besar perubahan-perubahan teologis
telah dimasukkan ke dalam teks sebelum adanya usaha resensi,29
dapat kita katakan bahwa banyak dari pada perubahan-perubahan ini
telah menyusup secara permanen ke dalam PB. Dan sebagaimana akan kita
lihat dalam kasus Comma Johanneum, sebuah perubahan teologis
besar yang disengaja telah terjadi bahkan sampai abad ke-16.30
1.
Beberapa nukilan panjang yang saya lakukan dalam bab ini, seperti halnya Bab
ke-15 dan 16, adalah terbatas dari sarjana-sarjana Yudco-Kristen (barangkali
hanya ada satu pengecualian), agar sekali lagi mereka menjelaskan agama mereka
sendiri kepada pembaca.
2.
Burton L. Mack, The Lost Gospel: The Book of Q & Christian Origins, hlm.
1.
3.
Ibid, hlm. 73-80.
4. lbid,
hlm. 131.
5.
Ibid, hlm. 172.
6.
Ibid, him. 82, 89, 173-4.
7.
Ibid, him. 4-5.
8.
Ibid, hlm. 177.
9.
Ibid, hlm. 1-2. Hanya berkat analisa kritis terhadap teks selama abad yang
lalu, bodi Q dapat dikenali dan secara perlahan direkonstruksi.
*
[njil-injil sinoptik adalah Matius, Markus dan Lukas. (penterjernah)
10
Sir E. Hoskyns dan N. Davcy, The Riddle of the New Testament, Faber &
Faber, London. 1963, hlm. 196.
11.
Ibid, hlm. 201.
12.
Maurice Bucaille, The Bible, The Qur'an and Science, hlm. 47-48. Buku
yang bagus sekali ini mengandung kekayaan informasi tidak hanya tentang sains,
tapi juga sejarah Kitab Suci dan Qur'an - yang sangat banyak melengkapi bab-bab
di dalam buku ini.
13.
Lihat Helmut Kocster, "What Is - And Is Not - Inspired", Bible Review,
vol. xi, no. 5, Oktober 1995, hlm. 18.
14.
P.W. Comfort, Early Manuscript & Modern Translations of the New Testament,
Baker Books, 1990, hlm. 3. Selanjutnya disebut Comfort.
15.
Ibid, hlm. 6.
16.
H. Kocster, "What Is - And Is Not - Inspired", Bible Review, vol. xi, no.
5, Oktober 1995. hlm. 18, 48.
17.
Comfort, hlm. 3.
18.
Ibid, hlm. 3-4. Di sini saya harus sisipkan bahwa tarikh ini murni dugaan,
suatu hal yang subjektif yang kadang kala dapat berbeda dalam hitungan dekade
sampai ratusan tahun. Di antara manuskrip PB berbahasa Yunani yang paling awal
yang memuat tarikh adalah yang ditulis pada Tahun Dunia 6457 (yakni 949 M.). [Perpustakaan
Vatikan No. 345. Lihat Bruce M. Metzger, The Text of the New Testament, Its
Transmission, Corruption, and Restoration, edisi ke-3, Oxford Univ. Press,
1992, hlm. 56. Selanjutnya disebut Metzger.] Perhatikan bahwa manuskrip itu
tidak memuat tarikh Kristen, karena sistem kalender Anno Domini ("Tahun Tuhan")
belum lagi diciptakan. Lihat juga buku ini hlm. 238-9, di mana Leningrad Codex
menyebutkan banyak tarikh, yang tidak satu pun di antaranya adalah tarikh
Kristen. Hal ini menunjukkan bahwa, paling tidak sampai abad 11 M. (jika tidak
setelahnya), sistem kalender Kristen tidak ada wujudnya, atau setidaknya tidak
lazim digunakan.
19.
Ibid, hlm. 6.
20.
Ibid, hlm. 7.
21.
Ibid, him. 6.
22.
Ibid, hlm. 6.
23
Ibid, hlm. 12.
24
Ibid, hlm. 13.
25
Etzger, hlm. 215.
26
Comfort, him. 13-14.
27
Metzger, hlm. 177.
28
Comfort, hlm. 9.
29
Ibid, him. 15.
30
Lihat buku ini hlm. 323-4.
|
|