BAB 16 :
SEJARAH
AWAL KRISTEN: SELAYANG PANDANG
The
History of The Qur'anic Text hal 304 - 310
3. Yesus dan Risalahnya:
Bertobat, Karena Kerajaan Langit Berada di Tangan
Semua sumber untuk ajaran-ajaran Yesus
berasal dari pengarang-pengarang yang anonim (tak jelas namanya).
Sebagaimana disebutkan di atas, Hermann Reimarus (1694-1768) adalah
merupakan orang pertama yang berusaha membuat sejarah Yesus. Dalam hal
ini dia membedakan antara apa yang tertulis dalam kitab-kitab Injil
dan apa yang diproklamasikan Yesus sendiri selama masa hidupnya,
dengan menyimpulkan bahwa ajaran-ajaran aktual Yesus dapat diringkas,
dalam dua frasa dari arti yang sama, 'Tobatlah,
dan percayailah kitab-kitab Injil,' atau, seperti yang disebut di
berbagai tempat, 'Tobatlah, karena Kerajaan Langit berada di Tangan.'22
Oleh karena dia tak pernah menjelaskan
salah satu pun dari kedua frasa ini, Reimarus berargumen bahwa Yesus
melakukan dakwah itu sepenuhnya dalam framework Yahudi, dengan
meyakini bahwa audiensnya memahami 'Kerajaan Langit' (the Kingdom
of Heaven) dalam konteks Yahudi. Yaitu, bahwa dia merupakan Juru
Selamat Bangsa Israel. Niat mendirikan sebuah agama baru tak pernah
ada.23
i. Yesus dan Skup Risalahnya
Dengan mengarahkan ajaran-ajarannya pada
audiens Yahudi dan mengekspresikan konsep-konsepnya dari dalam
framework Yahudi yang ketat, jelas sekali Yesus membatasi risalahnya
hanya pada bagian masyarakat itu. Hal ini terbaca jelas dari
pernyataan-pernyataan Yesus sebagaitnana termaktub dalarn Matius
10:5-6:
5 Kedua belas murid itu kemudian diutus
oleh Yesus dengan mendapat petunjuk ini, "Janganlah pergi ke daerah
orang-orang yang bukan Yahudi. Jangan juga ke kota-kota orang Samaria:
6 Tetapi pergilah kepada orang-orang
Israel yang sesat."
Hal ini juga ditegaskan dalam Al-Qur'an
secaru gamblang:24
Dan
Allah mengajarkannya Kitab dan hikmah, Taurat dan Injil, dan /mengangkatnya/
sebagai utusan kepada anak-cucu Israel...
Sebagian sarjana Kristen modern juga
mengakui hal ini; sebagaimana I Helmut Koester menulis:
Adalah sebuah fakta sejarah yang telanjang
bahwa Yesus adalah seorang Israel dari Galilea, dan bahwa dia memahami
dirinya tidak lebih sebagai seorang nabi di Israel dan untuk Israel-suatu
tradisi yang mulia, dan dia bukanlah yang pertama dari nabi-nabi
Israel yang ditampik dan dianiaya.25
Koester tidaklah sendirian. "Yesus
sungguh-sungguh menganggap dirinya sebagai seorang nabi (Markus 6: 4;
Lukas 13: 33) tapi ada kualitas final tentang risalah dan tugas dia
yang membuat kita berhak menyimpulkan bahwa dia menganggap dirinya
sebagai utusan final dan definitif Tuhan kepada Israel. "26
Luther, Voltaire,
Rousseau, dan Bultmann semua berpandangan yang sama.
ii. Kredo-Kredo Kristen
Sebagaimana Yesus secara pribadi tak
pernah mendefinisikan risalahnya selain sebagai Juru Selamat
(Deliverer), al-Masih, begitu juga ia tak pernah menegaskan kredo
tertentu, dan dalam beberapa dekade saja hal ini telah mengakibatkan
chaos. Maka lahirlah beberapa kredo, dan yang termasuk Kredo-Kredo
Timur yang awal-awal adalah "I. Epistola Apostolorum. II. Kredo Kuno
Alexandria. III. Kredo Pendek Orde Gereja Mesir. IV. Kredo Marcosia.
V. Kredo Awal Afrika. VI. Profesi Kaum 'Presbyter' di Smyrna."27
Yang paling awal dari
kredo-kredo ini layak dikutipkan di sini karena pendek dan simpel:
Epistola Apostolorurn
( Iman)
Kepada Tuhan Ayah yang Maha Besar;
Kepada Yesus Kristus, Juru Selamat kita;
Dan kepada Roh, yang Kudus, dan Paraclete;
Gereja yang Suci;
Pengampunan dosa.28
Bandingkan ini dengan Kredo Nicea yang
sangat bertele-tele dari abad keempat:
Saya iman kepada satu Tuhan
Ayah yang maha Besar,
Pencipta langit dan bumi,
Dan segala sesuatu yang terlihat dan tak
terlihat:
Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus,
Anak laki-laki Tuhan satu-satunya yang
diperanakkan, Lahir dari Ayahnya
Sebelum alam seluruhnya,
Tuhannya Tuhan,
Cahayanya Cahaya,
Tuhan yang sebenarnya dari Tuhan yang
sebenarnya,
Diperanakkan, tidak dibuat,
Satu Zat yang sama dengan Ayah,
Yang oleh-Nya segala sesuatu diciptakan:
Untuk kita manusia,
dan untuk keselamatan kita
la turun dari langit,
Dan menjelma lewat Roh Kudus
dan Perawan Suci Mary,
Dan diciptakan sebagai lelaki,
Dan disalib juga untuk kita
di bawah pemerintahan Pontius Pilate.
la menderita
dan dikebumikan,
Dan menurut Kitab Suci bangkit kembali
pada hari ketiga,
Dan naik ke langit
Dan duduk di sebelah kanan Ayah.
Dan ia akan datang lagi dengan kebesaran
Untuk menghakimi yang hidup dan yang mati:
Yang kerajaannya akan abadi.
Dan saya iman kepada Roh Kudus,
Tuhan dan pemberi hidup,
Yang berasal dari Ayah dan Anak,
Yang bersama-sama dengan Ayah dan Anak
disembah dan diagungkan,
Yang berkata lewat Nabi-nabi.
Dan saya iman kepada satu Gereja
Katolik dan Apostolik,
Saya mengakui satu Pembaptisan
Untuk penghapusan dosa.
Dan saya mencari Kebangkitan dari mati,
Dan kehidupan yang akan datang.
Amin.29
Kedua kredo yang sangat jauh berbeda ini
membuktikan bahwa Yesus tak pernah benar-benar mendefinisikan
risalahnya, atau bahwa risalahnya telah mengalami distorsi yang sangat
luar biasa dalam berbagai cara, sebab jika tidak, sebuah pernyataan
keimanan yang simpel itu tidak akan mengembang menjadi pidato yang
bertele-tele. Kredo yang terawal itu tak mencakup referensi apa pun
tentang Trinitas, sementara Kredo Nicea mencakup Anak Tuhan (Son of
God), Tuhannya Tuhan (God of God), dan Diperanakkan (Begotten), yang
kesemuanya itu membuktikan berubah-ubahnya kepercayaan-kepercayaan
Kristen mengenai Yesus pada masa-masa pertumbuhan Kristen.
iii. Beberapa Implikasi Terminologi 'Kristeni'
pada Masa-masa Awal
Kenyataannya, istilah 'Kristiani' itu
tampak hanyalah merupakan bikinan dari propaganda Roma, sebab pada
masa-masa awal,
nama 'Kristen' itu diasosiasikan dengan
segala macam kejahatan yang menjijikkan - hal ini juga merupakan
ciri-ciri umum propaganda politis, dan pengarang 1 Petrus...
mengingatkan para pembacanya agar jangan sekali-sekali menderita
karena hal-hal yang menurut khalayak ramai diimplikasikan atas nama
'Kristen' (4:15), misalnya seperti "pembunuh, pencuri, pelaku
kejelekan, atau pelaku kejahatan."30
Gereja masa awal sibuk dengan memerangi
sebutan umum 'Kristen' ini, yang dalam anggapan bangsa Romawi adalah
sama dengan sebuah perkembangbiakan kejahatan-kejahatan. Kajian
terhadap asal-usul terminologi ini mengimplikasikan bahwa bangsa
Romawilah, dan bukan orang-orang Kristen generasi awal, yang
berkeinginan kuat untuk membedakan para pengikut agama baru ini dari
tradisi Israel kuno.31
4. Penyiksaan
Orang-orang Kristen Awal
Sementara agama Yahudi dipandang sebagai
gangguan, upaya-upayanya yang sporadis untuk meraih kemerdekaan
politis pun ditumpas habis-habisan, meskipun ada sedikit toleransi
dari bangsa Romawi terhadap upaya-upaya yang tidak membangkitkan
perlawanan. Orang-orang Kristen mengalami nasib yang lain, karena
mereka menyatakan kesetiaan kepada Kaisar, tetapi pada waktu yang sama
"tidak berpartisipasi dalam peribadatan di rumah-rumah ibadah
tuhan-tuhan (Romawi), dan-oleh karenanya-dituduh sebagai
ateis."32
Sudah barang tentu
penyiksaan imperial dan publik merupakan hal yang tak terhindarkan
lagi. Bahkan golongan-golongan intelektual mengejek agama Kristen
sebagai takhayul atau khurafat. Orang-orang Krtisten dianggap sebagai
ancaman terhadap pandangan hidup Yunani-Romawi (Greco-Roman),
karena mereka memisahkan diri dari masyarakat lainnya, dan utamanya
mereka melaksanakan ibadah secara rahasia, "ada laporan beredar bahwa
di dalam biara mereka melakukan praktik permesuman seksual".33
Tetapi, agama Kristen
telah menyebar di sebagian besar provinsi-provinsi Imperium Romawi
pada pertengahan abad ke-3, meskipun penyiksaan lokal yang
berulang-ulang dan antagonisme yang meluas dari khalayak ramai.
Akhirnya, penyiksaan lokal mencapai
puncaknya dalam kebijakan kekaisaran. Imperium Romawi tengah mengalami
kemunduran secara nyata pada paruh kedua abad ke-3, dan untuk
mengimbangi kenyataan ini maklumat kekaisaran pada tahum 249
memerintahkan seluruh bangsa taklukkan Romawi untuk berkorban demi
tuhan-tuhan (Romawi). Kebijakan-kebijakan keras diterapkan kepada
orang-orang Kristen, yang menolak menaati maklumat ini, sampai pada
tingkat di mana seluruh orang yang menghadiri Misa di gereja diancam
dengan hukuman mati. Ditangkapnya Kaisar Valerian oleh bangsa
Persia pada 260 berakhirlah rangkaian
penyiksaan-penyiksaan ini, dan untuk empat dekade berikutnya gereja
mengalami perkembangan cukup pesat. Akan tetapi, pada tahun 303
pengekangan terjadi lagi, dengan tingkat yang lebih parah dari pada
yang dialami orang-orang Kristen sebelumnya. Beratus-ratus, jika tidak
beribu-ribu, orang hinasa. Masuknya Constantine, seorang calon pewaris
takhta, ke agama Kristen telah menyelamatkan toleransi Romawi pada
tahun 313 dan menggalakkan penyebaran agama Kristen dengan cepat
sekali.34
5. Praktik-Praktik dan
Kepercayaan pada Awal Kristen dan Berikutnya
Ketidakjelasan mengenai ajaran-ajaran
Yesus yang terpatri, ditambah dengan penyiksaan terus-menerus terhadap
orang-orang Kristen sampai awal abad ke-4, telah mengakibatkan
beragamnya praktik-praktik keagamaan di bawah bendera Kristen. Ehrman
berkata:
Tentu saja terdapat orang-orang Kristen
yang percaya kepada satu Tuhan; bagaimana pun juga yang lainnya
percaya kepada dua Tuhan; dan yang lainnya lagi menyembah 30 tuhan,
atau 365, atau lebih... Sebagian orang Kristen meyakini bahwa Kristus
adalah manusia dan Tuhan sekaligus; yang lainnya mengatakan bahwa ia
seorang rnanusia, bukan Tuhan; yang lainnya lagi mengklaim bahwa ia
adalah Tuhan, bukan manusia; yang lainnya lagi bersikeras bahwa ia
seorang manusia penjelmaan Tuhan untuk sementara waktu. Sebagian orang
Kristen meyakini bahwa kematian Kristus telah mengantarkan keselamatan
dunia; yang lainnya mengklaim bahwa kematian ini tidak ada pengaruhnya
terhadap keselamatan; sementara yang lainnya lagi menganggap bahwa la
tak pernah mati.35
Q, koleksi
asli ajaran-ajaran Yesus, telah lenyap dibanjiri dengan
pengaruh-pengaruh lain yang bersaing pada saat agama baru itu masih
dalam taraf perkembangannya.36
Teks-teks yang muncul di
kalangan-kalangan Kristen berikutnya, dalam rangka mengisi kekosongan
ini, mulai mendapat status sebagai Kitab Suci. Sementara di
tengah-tengah kerisauan dalam usaha menemukan basis teologis bagi
keyakinan-keyakinan mereka kepada Kitab-kitab Suci, berhagai macam
sekte dengan pandangan yang sangat berbeda-beda tentang kehidupan
Yesus Kristus-memainkan peran masing-masing dalam memperbaiki dan
membentuk teks, dengan tujuan untuk mencapai pandangan khusus
teologisnya sendiri.
Gereja Ortodoks, sebagai sebuah sekte yang
akhimya menjadi dominan di atas sekte-sekte yang lain, menentang keras
berbagai ide (bid'ah) yang waktu itu tengah beredar. Ide-ide tersebut
meliputi Adopsionisme (ide bahwa Yesus bukanlah Tuhan, tapi seorang
manusia); Dosetisme (pandangan sebaliknya, bahwa Yesus adalah Tuhan
dan bukan manusia); dan Separasionisme (bahwa elemen ketuhanan dan
kemanusiaan Yesus adalah dua zat yang berbeda). Dalam setiap kasus,
sekte yang kemudian tumbuh menjadi Gereja Ortodoks ini, secara sengaja
telah mengubah Kitab Suci agar mencerminkan pandangan-pandangan
teologisnya sendiri tentang Yesus Kristus, dan sekaligus menghapus
pandangan-pandangan teologis rivalnya.37
6. Kesimpulan
Perhatikan poin-poin ini: bahwa para murid
Yesus, menurut Alkitab, kualitasnya tak pasti; bahwa Q, Injil Yesus
yang asli, telah tersaingi oleh ide-ide yang lain dalam tahap-tahap
Kristen yang paling awal; bahwa sebuah pernyataan iman yang simpel,
karena tidak-adanya kredo yang pasti, telah menggelembung dan mencakup
pandangan-pandangan teologis baru yang berkembang pada berabad-abad
kemudian; bahwa keragaman pendapat yang demikian besar mengenai tabiat
Ketuhanan (Godhead) telah berakibat pada perubahan teks-teks
yang ada demi tujuan-tujuan teologis; dan bahwa, di atas
kekacaubalauan teologis ini, tiga abad pertama dari sejarah Kristen
dipenuhi dengan penyiksaan. Suatu atmosfer yang begitu sangat
berubah-ubah ini tidak mungkin kondusif bagi transmisi dan
perneliharaan Kitab Suci Kristen.
22.
Schweitzer, hlm. 16. Cetakan miring ditambahkan.
23.
Ibid, hlm. 16-18.
24.
AI-Qur'an 3: 48-9.
25.
Helmut Koester, "Historic Mistakes Haunt the Relationship of Christianity and
Judaism", Biblical Archaeology Review, vol. 21, no. 2, Mar/Apr 1995, hlm.
26. Koester, seorang pastor gereja Luther, adalah Profesor John Morrison untuk
studi PB dan professor Winn untuk Sejarah Gereja pada Harvard Divinity School.
26.
The Oxford Companion to the Bible, hlm. 360.
27.
F.J. Badcock, The History of the Creeds, edisi ke-2, London, 1938, hlm.
24.
28.
Ibid, hlm. 24.
29.
Ibid, hlm. 220-1. Badcock mencetak miring perbedaan-perbedaan dari teks
Yunani.
30.
Dictionary of the Bible, hlm. 138.
31.
Dalam faktanya, gereja masa awal cukup senang menyebut agama baru itu hanya
sebagai Jalan, seperti dalam `Jalan Tuhan,' `Jalan Kebenaran,' 'Jalan
Keselamatan,' dan `Jalan Kesalehan.' lihat Dictionary of the Bible, hlm.
1391
32.
K.S. Latourette, Christianity through the Ages, Harper & Row, Publishers,
New York, 1965, hlm. 32; cetakan miring ditambahkan.
33.
Ibid, hlm. 35.
34.
Ibid, hlm. 32-36.
35.
Bart D. Ehrman, The Orthodox Corruption of Scripture, Oxford Univ. Press,
1993, hlm. 3. Selanjutnya disebut The Orthodox Corruption of Scripture.
36.
Burton L. Mack, The lost Gospel: The Book of Q & Christian Origins,
Harper San Fransisco, 1993, hlm. 1 . Inisial Q berasal dari bahasa Jerman Quelle,
yang berarti sumber. Penjelasan yang Iebih detail akan dibuat pada Pasal 17.
37.
The Orthodox Corruption of Scripture, hlm. xii.
|
|