BAB 15 :
PERJANJIAN LAMA DAN PERUBAHANNYA
The
History of The Qur'anic Text hal 268 - 276
5. Dalam Pencarian Sebuah
Teks yang Otoritatif
Bukan rahasia lagi bahwa selama
berabad-abad teks Ibrani dari Perjanjian Lama berwujud sebagai teks
konsonan (huruf mati) murni. Tanda-tanda vowel tidak ditambahkan pada
teks ini sampai tahap belakangan, ketika teks konsonan telah mapan
(established) dengan sejarah transmisi yang panjang di baliknya.59
Sejarah keragaman tekstual yang
bermacam-macam, pencantuman vowel berikutnya, dan munculnya final
sebuah versi teks PL yang otoritatif, perlu pencermatan yang mendetail.
i. Peran Konsili Jamnia-Akhir Abad Pertama M.
Wurthwein menulis,
Teks konsonan yang dipelihara dalam
manuskrip-manuskrip abad pertengahan dan yang merupakan dasar bagi
edisi-edisi kita sekarang ini tarikhnya kembali pada kira-kira tahun
100 M. Sebagai bagian dari kebangkitan besar bangsa Yahudi yang
menandai dekade-dekade setelah malapetaka tahun 70 M., status resmi
kitab-kitab tertentu dari Perjanjian Lama yang diperdebatkan telah
diselesaikan pada Konsili Jamnia (akhir abad pertama M.), dan teks
otoritatif Perjanjian Lama juga ditentukan.60
Teks (PL) yang terpelihara pada periode
setelah tahun 70 M., hanyalah tinggal yang ada pada grup yang paling
berpengaruh, aliran Farisi. Sementara tipe-tipe teks yang didukung
grup-grup yang lebih kecil telah lenyap, yang membuat teks standard
yang ada sekarang ini adalah merupakan sebuah hasil dari perkembangan
dan evolusi sejarah belaka.61 Penegasan Wurthwein
bahwa Konsili Jamnia telah menentukan teks otoritatif kelihatannya tak
lebih sekadar wishful thinking, karena hal ini bertentangan dengan
klaim dia di tempat lain bahwa teks PL ditentukan secara final pada
abad ke-10 M.62
ii. Teks Perjanjian Lama dikenal dalam Berbagai
Tradisi yang Berbeda-beda
Sebuah kesan yang salah telah terbangun di
antara para pembaca umum bahwa PL telah ditransmisikan sepanjang masa
secara persis kata demi kata, dan huruf demi huruf
63 Padahal tidaklah demikian kasusnya; bahkan "Sepuluh Perintah" (the Ten
Commandments) saja berbeda dalam dua versi.64
Para sarjana sepakat bahwa pada akhir era
pra-Masehi, teks PL dikenal dalam berbagai tradisi yang berbeda satu
sama lain sampai pada tingkat yang beragam. Untuk menyelesaikan
teka-teki tipe teks yang sangat beragama ini, para sarjana telah menggunakan
pendekatan-pendekatan (approaches) yang berbeda. "Frank M. Cross
menafsirkan keberagaman tersebut sebagai bentuk-bentuk teks lokal
Palestina, Mesir, dan Babilonia,"65 yang berarti bahwa setiap pusat
dari pusat-pusat itu memelihara teks PL masing-masing, yang sama
sekali berdiri sendiri (independent) dan tak ada hubungan apa pun
dengan teks-teks yang digunakan pusat-pusat yang lain. Shemaryahu
Talmon menolak teorinya Cross; sebagai gantinya dia berpendapat bahwa
"para pengarang, penghimpun, dan juru tulis dulu itu menikmati apa
yang bisa diistilahkan sebuah kebebasan yang terkontrol tentang
keragaman teks ..- Dari tahap transmisi manuskripnya yang paling awal,
teks Perjanjian Lama memang dikenal dalam sebuah keragaman tradisi
yang berbeda satu sama lain sampai pada kadar yang beragam pula."66 Jadi, sementara Cross berpendapat bahwa setiap pusat (centre)
menentukan bentuk teksnya masing-masing, Talmon berargumen bahwa
keberagaman ini tidak disebabkan karena pusat-pusat yang berbeda, akan
tetapi karena para penghimpun dan juru tulis teks-teks itu sendiri
yang sejak semula memang menggunakan sedikit kebebasan dalam hal
bagaimana mereka membentuk ulang teks itu. Apa pun jawabannya,
wujudnya bentuk-bentuk teks yang berbeda tidak mungkin dimungkiri.
iii. Sekitar 6000 Perbedaan Antara Pentateuch Samara dan Yahudi Saja
Sebuah sekte religius dan etnis Ibrani, yaitu
orang-orang Samara, mengklaim Musa sebagai satu-satunya nabi mereka, dan Taurat
sebagai satu-satunya Kitab Suci mereka, yang mana mereka bersikeras bahwa
resensinya yang sempurna hanyalah dimiliki mereka (dan tidak golongan non-Yahudi).67 Tanggal pecahnya suku Samara yang tepat dari bangsa Yahudi masih tidak diketahui,
tapi kemungkinan besar terjadi pada masa Dinasti Makkabi (166-63 S.M.) dengan
penghancuran tempat suci Syakim dam Gunung Jerizim.68
Masalah Pentateuch Samara adalah bahwa ia berbeda
dari [teks Ibrani Masoretik] dalam sekitar enam ribu perbedaan. ... [banyak di
antaranya ] adalah sepele dan tidak memengaruhi arti dari pada teks, tapi adalah
signifikan bahwa sekitar seribu sembilan ratus perbedaan yang lain [Pentateuch
Samara bersepakat dengan Septuagint69 berbeda dengan teks Masoretik]. Beberapa
varian dalam [Pentateuch Samara] harus dianggap sebagai perubahan-perubahan yang
dimasukkan suku Samara untuk kemaslahatan kultus mereka sendiri. Hal ini benar
belaka khususnya tentang perintah yang disisipkan setelah Keluaran 20:17 untuk
mendirikan sebuah tempat suci di atas Gunung Jerizim, tentang Ulangan 11:30 di
mana ditambahkan
, dan tentang sembilan belas bagian dalam
Ulangan di mana pemilihan tempat suci ditentukan sesuai masa lalu dan rujukan
kepada Syakim pun terlihat jelas.70
Seseorang tentu tergoda untuk bertanya berapa banyak
dari 6000 perbedaan ini yang disebabkan karena perubahan-perubahan Samaria, dan
berapa banyak yang disebabkan karena perubahan-perubahan Yahudi. Sebagaimana
yang akan kita saksikan pada halaman ..., tidak ada satu versi otoritatif apa
pun dari PL yang wujud sebelum paling kurang abad pertama S.M., apalagi suatu
versi otoritatif yang ditransmisikan dengan kadar ketelitian yang appreciable. Cermatilah bahwa paling kurang dalam seribu sembilan ratus hal yang disepakati
antara Septuagint dan Samaria yang berlawanan dengan teks Masoretik, orang-orang
Yahudi telah mengubah teks yang terakhir ini. Septuagint muncul kira-kira abad
ke-3 S.M. di bawah arahan (menurut sumber-sumber tradisional) enam penerjemah
dari setiap suku Israel yang berjumlah dua belas itu.71 Jadi, sekurang-kurangnya
tiga atau empat abad memisahkan Septuagint dari kemungkinan tanggal yang lebih
awal untuk sebuah edisi PL yang otoritatif. Berdasarkan pada permusuhan
bebuyutan antara orang-orang Yahudi dan Samaria, dan kengototan yang terakhir
(Samaria) bahwa hanya mereka saja yang memiliki resensi yang sempurna, maka
kemungkinan suatu upaya Samaria yang dimaksudkan untuk mengubah Pentateuch
mereka agar sesuai dengan Septuagint Yahudi agaknya sangat jauh. Dengan demikian
jelas, kesimpulan yang terbaik adalah kecurangan atau perubahan telah terjadi
dalam teks Masoretik mengenai seribu sembilan ratus hal itu, setelah abad ke-3
S.M., untuk mengatakan tidak adanya kecurangan atau perubahan sebelum tarikh
tersebut yang, jika memang demikian, harus dilemparkan ke Septuagint.
iv. Perubahan-Perubahan Teks yang Tak Sengaja
Kesalahan-kesalahan bisa masuk secara
pelan-pelan ke dalam teks dari setiap jalur yang memungkinkan, karena
orang penyalin yang paling profesional sekali pun akan mengakuinya.
Kebanyakan hal itu adalah tidak sengaja. Dalam kaitannya dengan ini
para sarjana PL telah menciptakan perbendaharaan kata mereka
masing-masing untuk klasifikasi ketergelinciran-ketergelinciran mental
ini. Mempelajari kategori-kategori yang paling umum kita temukan:
kekacauan tentang huruf-huruf yang mirip (seperti
dan
, dan
) ; dittografi (pengulangan
aksidental); haplografi (pembuangan aksidental ketika suatu huruf ada
dalam suatu kata sebagai huruf dobel); homoioteleuton (pembuangan
ketika dua kata-kata memiliki akhiran yang identik dan juru tulis
melompat dari yang pertama kepada yang kedua, dengan menghilangkan apa
saja yang terdapat di antaranya); kesalahan-kesalahan yang dikarenakan
vowel, beberapa lainnya.72
Membaca penelitian kontemporer secara teliti dan detail mengenai
penyimpangan-penyimpangan tertentu dalam penggalan-penggalan tua,
bukanlah hal yang sama sekali luar biasa untuk mendapatkan pengarang
kontemporer yang melakukan homoioteleuten (misalnya) untuk
menghilangkan pikiran bahwa kesalahan adalah disengaja dari pihak juru
tulis; hal ini barangkali mungkin bisa dimajukan sebagai satu
penjelasan sangat mungkin meskipun jika pembuangan yang sama terjadi
pada manuskrip-manuskrip lain yang penting.73
v. Tiada Rasa Cemas dalam Mengubah Teks
ketika di sana Agaknya Terdapat Alasan-alasan Doktrinal yang Cukup
Bagaimana pun juga, kita harus lebih
mencermati perubahan-perubahan yang disengaja, sebab secara natural
hal ini lebih serius. Sampai abad-abad Pertengahan teks PL belum lagi
mapan (established),74
dan "sebelumnya secara resmi ditetapkan pun, teks Perjanjian Lama
tidak pernah dianggap sebagai tak boleh diubah."75
Oleh karena itu, para juru tulis dan perawi (transmitters) kadang-kadang melakukan perubahan-perubahan secara sengaja yang,
terlepas dari apa pun niat mereka, telah membuktikan cita-rasa yang
sangat real untuk mengubah teks asli. Manuskrip-manuskrip yang serupa
menunjukkan bahwa bahkan teks Masoretik pun, yang memang dimaksudkan
untuk memelihara PL dari perubahan-perubahan lebih lanjut, tidak
terkecuali immun dari fenomena ini.76
Namun perbaikan teks tradisional awal,
merekonstruksinya dan memeliharanya agar terhindar dari kritik,
hanyalah salah satu tanda-tanda kesibukan para rabbi dengan teks [Masoretik].
Tanda kedua menyiratkan sebuah tendensi yang berlawanan. Terdapat
bukti yang jelas bahwa tidak ada rasa cemas apa pun dalam mengubah
teks ketika di sana agaknya terdapat alasan-alasan doktrinal yang
cukup.77
Apakah gerangan sebagian alasan-alasan
doktrinal yang mendesak ini? Kadang-kadang hanyalah masalah linguistik
saja, mengubah suatu kata asing atau kurang dikenal dengan kata-kata
yang lebih umum. Terkadang juga menyangkut masalah pembuangan susunan
kata yang secara religius ofensif, or (yang lebih serius dari semuanya)
masalah penyusupan kata-kata tertentu untuk mendukung satu
interpretasi yang mungkin dari suatu ayat di atas seluruh interpretasi
yang lainnya.78
Tradisi Yahudi memelihara sebagian catatan perubahan-perubahan
tekstual ini dikenal sebagai the Tiqqune Sopherim dan Itture
Sopherim,79
yang sudah barang tentu secara relatif merupakan karya-karya
belakangan.
-
Tiqqune Sopherim mencatat
beberapa revisi tekstual yang dilakukan karena alasan-alasan doktrinal.
Satu tradisi Masora, misalnya, menyinggung delapan belas posisi di
mana teksnya telah diubah untuk membuang "ekspresi-ekspresi yang tidak
dapat disetujui mengenai Tuhan".80
-
Itture Sopherim mencatat
beberapa kata-kata yang beragam dalam teks asli yang secara sengaja
dibuang para juru tulis. Misalnya, Talmud Babilonia (Ned. 37b)
menyebut lima tempat di mana kata-kata tertentu harus dilewati, dan
tujuh tempat yang lain kata-kata tertentu harus dibaca meskipun dalam
teks asal tidak ada.81
Tidak mungkin kita salah dalam menganggap
bukti tradisi-tradisi ini hanya sebagai sepenggal kecil dari sebuah
proses yang lebih panjang.82
vi. Tidak ada Satu pun Teks PL yang Otoritatif
sampai Tahun 100 M.
Beberapa manuskrip dari Qumran (sumber
Gulungan-gulungan dokumen Laut Mati) begitu dekat dengan teks
Masoretik sebagaimana yang diselesaikan pada abad pertengahan.
Akan tetapi meskipun ada semua kemiripan
superfisial itu di sana terdapat satu perbedaan yang desisif: teks
Qumran dari tipe Masoretik hanyalah salah satu dari sekian banyak tipe
yang umum digunakan yang sangat beragam... dan tidak terdapat indikasi
apa pun bahwa teks tersebut dianggap sebagai lebih otoritatif dari
pada yang lain. Boleh kita simpulkan bahwa mengenai Qumran, dan secara
meyakinkan juga seluruh Yudaisme, tidak terdapat satu pun teks yang
otoritatif83
Hanya pada masa kebangkitan Yahudi yang
berikutnya, salah satu dari berbagai teks ini benar-benar memperoleh
pengakuan akan keunggulannya, mengalahkan yang lain yang selama ini
beredar luas hingga pada abad pertama Masehi. Pada kenyatannya,
gua-gua Qumran mengandung tiga tipe teks yang berlainan: Pentateuch
Samaria, Septuagint, dan Masoretik. Wurthwein menegaskan bahwa yang
disebut terakhir dari ketiga teks ini paling tidak telah memperoleh
otoritasnya pada waktu antara tahun 70-135 M.,84
meski pun kesimpulan ini sebenarnya berdasar pada penanggalan yang
salah mengenai beberapa gua di Qumran dan Wad! Murabba'at, seperti
yang akan saya jelaskan pada halaman 281-6.
vii. Sarjana-sarjana Yahudi Menetapkan Teks PL
pada Abad Kesepuluh, Secara Aktif Menghancurkan Manuskrip-manuskrip
yang Lebih Awal
Aturan-aturan Yahudi menuntut penghancuran
manuskrip-manuskrip yang usang dan cacat. Dan ketika para sarjana
telah menetapkan teks itu secara final pada abad kesepuluh, semua
manuskrip yang merupakan tahap-tahap awal perkembangannya secara alami
dianggap cacat, dan dalam perjalanan waktu semuanya lenyap.85
Penetapan sebuah tipe teks tunggal pada
abad ke-10 itu bertepatan dengan pengenalan Masorah - sistem
tanda-tanda vowel dan aksen yang digunakan sebagai sarana untuk
mencegah kesalahan-kesalahan penulisan lebih lanjut. Sistem ini,
bersama-sama dengan penghancuran manuskrip-manuskrip yang `cacat'
(defective), akan lebih mudah diimplementasikan begitu koloni
Yahudi terbesar di Babilonia (aliran-aliran Timur dari Sura, Nahardea,
dan Purnbeditha) telah kehilangan signifikansinya dan menghilang pada
abad ke-10 dan ke-11.
Sekali lagi Barat telah mengambil
kepemimpinan spiritual Yudaisme, dan Masorah Barat berusaha
menghapus semua bekas tradisi-tradisi tekstual yang berbeda
dengan miliknya. Pandangan-pandangan aliran [Barat] Tiberias telah
menjadi yang menentukan pada masa-masa berikutnya, dan tradisi Timur
telah dilupakan selama satu milenium,86
Manuskrip-manuskrip Ibrani dari abad ke-10
dan ke-11 yang sangat penting ini, yang memasukkan Masorah dan
menuntaskan tipe teks buat generasi-generasi yang akan datang, adalah
sangat langka; jumlahnya hanya tiga puluh satu, dan kebanyakannya
adalah terpenggal-penggal.87
viii. Masorah dan Integritas Tekstual
Dengan penetapan salah satu tipe teks
tertentu sebagai superlatif (paling unggul) dari pada yang lain
semuanya, kebebasan tekstual yang sebelumnya dihormati telah
digantikan dengan kekerasan. Wurthwein berkomentar bahwa demikianlah
fungsinya Masorah, dan menukil pernyataan Rabbi Akiba bahwa,
"Masorah adalah sebuah pagar (pelindung)
Hukum." Ini adalah merupakan tujuan dari kerja para juru tulis yang
sangat teliti dan cermat. Mereka menghitung ayat-ayat, kata-kata, dan
huruf-huruf dari Kitab Hukum dan bagian-bagian lain dari Kitab Suci sebagai suatu bantuan prosedural dalam memonitor manuskrip-manuskrip dan
memeriksa akurasinya.88
Pernyataan Rabbi Akiba tidak sepenuhnya
jelas: tentu saja penghitungan ayat-ayat dan huruf-huruf tidak dapat
dijalankan pada masa dia (+ 55-137 M.), dan baru menjadi mungkin dan
feasible pada akhir abad ke-9 dan awal ahad ke-10, ketika
kemunculan sistem Masora untuk pertama kalinya. Wurthwein sendiri
mencatat:
Maka dari itu kita harus berasumsi bahwa
ketika teks konsonantal dikukuhkan pada +/- 100 M., tidak berakibat
secara langsung pada penindasan terhadap semua bentuk-bentuk teks yang
lain, tetapi manuskrip-manuskrip dengan beragam teks itu masih terus
beredar untuk waktu yang lama sekali, terutama di kalangan-kalangan
pribadi. Penyatuan manuskrip-manuskrip abad kesepuluh dan
berikutnya yang begitu mengesankan itu disebabkan... oleh para
tokoh Masoret masa-masa awal dan belakangan yang memperjuangkan
dikukuhkannya teks itu dan membantu sekuat tenaga untuk mencapai
kemenangannya atas berbagai bentuk teks yang lain.
89
Dari kata-kata Wurthwein sendiri ini
sangat jelas bahwa penyatuan teks yang demikian impresif ini dicapai
pada abad ke-10 M. dan setelahnya, bukan pada abad pertama Masehi.
59. Ibid, hlm. 12
60. Ibid, hlm. 13. Cetakan miring dari penulis.
61. Ibid, hlm. 14.
62. Lihat buku ini hlm. 275
63. Lihat "Are Torah Scrolls Exactly the Same?" , Bible
Review, vol xiii, no. 6, Desember 1997, hlm. 5-6
64. Lihat misalnya analisis Wurthwein tentang Nash Papyrus
( Wurthwein hlm. 34)
65.
Ibid, hlm. 14-15.
66.
Ibid, hlm. 14-15. Cetakan miring dari penulis.
67.
Dictionary of the Bible, hlm. 880. Resensi adalah proses pemeriksaan seluruh
manuskrip yang ada, dan pembentukan sebuah teks berdasarkan pada bukti yang
paling terpercaya.
68.
Wurthwein, hlm. 45.
69.
Septuagint adalah Perjanjian lama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani,
diduga pada masa abad ke tiga S M . dan digunakan orang-orang Yahudi yang
tinggal di diaspora Yunani untuk membaca Kitab Suci mereka dalam bahasa yang
familier dengan mereka. Wurthwein menulis bahwa "apa yang kita temukan dalam
[Septuagint] tidaklah sebuah versi yang tunggal melainkan sebuah koleksi dari
beberapa versi yang dibuat oleh beberapa penulis yang sangat berbeda dalam
metode terjemahan mereka, pengetahuan mereka tentang bahasa Ibrani, style mereka,
dan dalam banyak hlm." [ ibid, hlm. 53-4]
70.
Ibid, hlm. 46. Simbol-simbol versi ini telah diterjemahkan dan diletakkan
dalam kurung besar.
71.
Untuk jumlah 72 orang penterjemah 'Septuagint' adalah terjemahan ' The Version
of Seventy' (Versi Tujuh Puluh dan secara umum disebutkan sebagai LXX (
Dictionary of the Bible, hlm. 347)
72.
Wurthwein, hlm. 108-110.
73.
Lihat Wurthwein, hlm 154
74.
Lihat buku ini hlm. 274-5
75.
Wurthwein, hlm. 111
76. Ibid, hlm. 111
77. Ibid, hlm. 17. cetakan miring dari penulis.
78. Ibid, hlrn 111-112
79. Ibid, him 17
80. Ibid,
hlm. 17
81. Ibid, hlm. 18
82
Ibid, hlm.18.
83
Ibid, hlm.14. Cetakan miring dart penulis
84
Ibid, hlm 14
85
Ibid, hlm 11 Cetakan miring dari penulis
86
Ibid, him.12. Cetakan miring dari penulis.
87
Lihat karya ini, hal. 266
88
Wurthwein, hlm. 19 Wurthwein mengkualifikasikan dirinya dalam catatan kaki: "Bagaimana
pun tidak pasti, apakah dalam pernyataan Rabbi Akiba (Pirqe Aboth 3:13)
kata-kata 'Masora' ini mengacu pada Aktivitas -aktivitas transmisi tekstual,
seperti yang biasanya dipahami.... R.Akiba bermaksud bahwa Tradisi para Pendeta
(The Tradition of the Fathers) (Hukum Lisan) dimaksudkan untuk mencegah
pelanggaran Hukum Tertulis " (hlm 18, catalan kaki 241)
89.
Ibid, him. 20. Penegasan ditambahkan.
|
|