BAB 12 :
METODE PENDIDIKAN MUSLIM
The
History of The Qur'anic Text hal 204 - 213
7.
Sertifikat Bacaan
Sebagaimana telah kita
bahas sebelumnya, para ilmuwan menghadapi keterbatasan mengenai buku
yang dapat dianggap sebagai sertifikat bacaan. Dalam peluncuran buku
hadith biasanya catatan daftar hadir selalu dipelihara; ditulis oleh
guru atau salah seorang ilmuwan terkenal yang mencatat secara detail
mengenai seseorang yang pernah mendengar bacaan keseluruhan isi buku,
yang hanya mengikuti sebagian, bagian yang mana yang tertinggal, pria,
wanita, dan anak-anak (dan juga pembantu rumah baik pria mau pun
wanita) yang turut serta, tanggal, lokasi tempat bacaan itu. Siapa
yang hadir di bawah usia lima tahun, terdaftar lengkap dengan kelompok
usia dan diberi tanda atau kata hadar (telah hadir); jika lebih
dari lima tahun maka ia disebut sebagai murid. Sebuah tanda tangan
pada bagian belakang buku itu biasanya menandai berakhirnya sertifikat
bacaan, menandai tidak adanya tambahan yang boleh dibuat sesudahnya.44
Bagi para
muhaddithun ijazah ini disebut tibaq, yaitu sejenis
surat izin eksklusif bagi yang namanya terdaftar boleh membaca kembali,
mengajar, menyalin, atau mengutip dari buku itu.
Dalam manuskrip
tertulis tahun 276 H. (Gambar 12.6) ijazah bacaan ini memuat
aneka ragam informasi; perhatikan bahwa mereka yang hadir telah
menjadi tambahan tetap judul buku tersendiri.
Gambar 12.6: Jami 'Ibn
Wahb, dengan ijazah bacaan tahun 276 H. Sumber: Perpustakaan Mesir,
Kairo.
Dari sertifikat itu kita dapat menyerap
beberapa hal sebagai berikut:
Guru : Abu Ishaq Ibrahim
bin Musa
Judul Buku : Kitab as-Samt
Peserta : 'All bin Yahya -
'Abdullah
bin Yusuf - Muhammad bin Isma'il - Sulaiman bin al-Hasan - Nasr,
bekas budak 'Abdullah - Asbat bin Ja'far -
Lakhm, bekas budak
Salih - Hasan bin Miskin bin Shu'bah - Ahmad bin Ishaq -
Hatim bin Ya'qub - 'Abdul 'Aziz bin Muhammad - 'Ali bin
Maslamah - Muhammad bin Mutayyib - al-Hasan bin Muhammad bin
Salih
Kota : Asna
Tanggal : Rabiul Awwa1276 H.
Kata Turunan : "Saya telah menyalin dua jilid
ini dari buku Abu Ishaq Ibrahim bin Musa."45
Pengarang Asal : ['Abdullah bin Wahb]
Buku ini bermula:
Ini adalah Kitab as-Samt, bagian dari Jami
` Ibn Wahb. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
[Bab ini mengenai] berkatalah saat ada hal yang tidak boleh dikatakan,
dan ketika tidak baik [untuk berkata]. Abu Ishaq memberitahu kami
bahwa Harmalah bin Yahya menyatakan bahwa 'Abdullah bin Wahb
mengatakan kepadanya...46
i. Pentingnya Catatan Bacaan
Dengan maksud hendak memelihara kompilasi
hadith dari pemalsuan, ijazah-ijazah menyediakan pada para ilmuwan
masa kini sebagai lautan informasi yang amat berharga. Jika seorang
dapat melacak menyebarnya sebuah buku melalui catatan-catatan ini akan
jauh lebih baik dari sekadar berpijak pada data bibliografi, seperti
yang akan saya tunjukkan pada beberapa halaman berikut ini.
a) Mingana, Robson, dan Periwayatan
Kumpulan Hadith-Hadith
Rev. Mingana telah menerbitkan sebuah
karya tulis mengenai pengembangan Sahih al-Bukhari, sementara James
Robson menulis mengenai transmisi Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan
at-Tirmidhi, Sunan an-Nasa'i, dan Sunan Ibn Majah. Walaupun kedua
karya itu dipadati banyak miskonsepsi yang sangat memprihatinkan, saya
lebih baik minggir untuk sementara tanpa komentar cukup menyalin
diagram yang dibuat Robson tentang sistem transmisi yang dipakai oleh
Sunan Ibn Majah.47
Gambar 12.7: Diagram Robson
tentang sistem transmisi Ibn Majah. |
Diagram yang
lebih meyakinkan telah
dibuat oleh Ishaq Khan dalam karyanya tentang al-Usul as-Sittah wa
Ruwatuha,48
meskipun pada dasarnya ia telah
gagal dalam menyampaikan ruang transmisi secara utuh. Di bawah ini
kita hanya sajikan diagram mengenai Ibn Qudamah (aslinya dalam bahasa
Arab):
Gambar
12.8: Diagram Ishak Khan mengenai sistem transmisi Ibn Majah.
Hal ini hanya mencakup sistem yang dipakai oleh Ibn Qudamah |
Setelah digabung
bersama, kedua skema tersebut memberi gambaran bahwa kurang dari satu
lusin murid yang meriwayatkan Sunan Ibn Majah melalui jalur Ibn
Qudamah sebagai ilmuwan kenamaan. Bentuk persepsi dengan memakai cara
yang kikir ini, saya percaya dapat dipatahkan sekiranya kita mau
menyelidiki manuskrip at-Taimuriah, No. 522 yang terdapat di
Perpustakaan Umum Mesir, Kairo.
b)
Ijazah Bacaan dalam Sunan Ibn Majah
Ibn Qudamah al-Maqdisi
(w. 620 H.), pengarang salah satu buku ensiklopedia fikih Islam yang
paling masyhur, al-Mughni (dicetak ke dalam empat belas jilid),
bertindak sebagai penulis manuskrip yang amat berharga. Dengan membagi
ke dalam tujuh belas bagian, ia telah meletakkan lembaran kosong pada
akhir tiap bagian guna memberi peluang yang cukup untuk ijazah bacaan,49
yang la salin dengan singkatan pada tiap penutupan sambil menyatakan
bahwa ijazah penuh telah ditulis tangan oleh ilmuan terkenal lainnya,
Ibn Tariq (w. 592 H.) Ijazah bagian keenam, misalnya, menunjukkan
bahwa bagian dibacakan oleh `Abdullah bin Ahmad bin Ahmad bin Ahmad
bin al-Khashshab, kepada Syaikh Abu Zur'ah Tahir bin Muhammad bin
Tahir al-Maqdisi. Mereka yang hadir termasuk `Abdullah bin `Ali bin M.
M. al-Farra', Dulaf, Abu Hurairah, Ibn Qudamah, `Abdul-Ghani, Ahmad
bin Tariq, dll. Tertanggal: Selasa, 19 Rabiul Akhir, 561 H.
Dengan penyalinan ini,
walau menggunakan singkatan, Ibn Qudamah al-Maqdisi telah menetapkan
dua hal penting:
-
la mempunyai
otoritas untuk memakai manuskrip ini demi tujuan mengajar dan
mengutipnya, karena ia mendapatkannya melalui Plan yang betul.
-
Naskah Ibn Majah
ini adalah merupakan salinan asal yang sama yang dibacakan
kepada gurunya, jadi la tidak melanggar peraturan periwayatan.
Di bawah ini saya
telah sediakan ringkasan catatan bagian keenam. Karena penjilidan
manuskrip dalam kondisi yang kurang memuaskan, dan beberapa halaman
berserakan dan tidak teratur untuk waktu tertentu, ini berarti
beberapa halamannya bisa jadi salah letak dan bahkan mungkin hilang.
Saya telah meneliti bahwa tidak ada lembaran dari bagian yang lain
yang menyeruak ke dalam bagian ini, karena dalam halaman-halaman
tersebut tercatat kelompok mana pada catatan bacaan itu.50
No.
Catatan
Pembacaan |
Nama Guru |
Nama Pembaca |
Penyalin
Ijazah |
Tanggal Pembacaan |
Jumlah Kehadiran |
1 |
Menerangkan otoritas Ibn Qudamah dalam menggunakan Sunan Ibn
Majah
|
2 |
' Abdullah
bin Ahmad
al-Maqdisi (Ibn Qudamah) |
' Ubaydullah bin
' Abdul-Ghani |
' Ubaydullah bin
' Abdul-Ghani |
15 Syawal 604 H. |
30 |
3 |
Ibn Qudamah al-Maqdisi |
Muhammad bin
Ahmad |
(tak
terbaca) |
Selasa,12
Ramadhan, |
32 |
4 |
'Abdul-Qadir ar-Rahawi
|
Muhammad bin
Qasim bin al-Hasan |
Mahmud bin
Ayytib as-Suhrawardi |
Minggu 21
Rabiul Akhir, 596 |
|
5 |
Ibn Qudamah |
'Abdur-Razzaq |
(tak
terbaca) |
(tak terbaca) |
(tak
terbaca) |
6
|
Ibn Qudamah |
Yusuf bin
Khalil ad-Dimas\hqi |
Ibrahim bin 'Abdullah, bekas budak
'Abdan bin Nasr al-Bazzaz ad-Dimashqi |
Kamis, 8 Dzul Qaidah, 600 |
33 |
7 |
Ibn Qudamah |
Mahfuz bin 'Isa |
Mahfuz bin 'Isa |
Minggu, 12 Dzul Qaidah, 600 |
1 |
8 |
Ibn Qudamah |
Yahya bin
'Ali al-Maliqi |
Salih bin Abu
Bakr |
...[5]77 |
20 |
9
|
Para Guru:
(a) Ibn ash- Shihna-Anjab-Abu Zur'ah
(b) Sittil Fuqaha'-Anjab, Ibn Qibiti, and al-Hashimi-Abu Zur'ah
(c) Ibn as-Sa'igh-ar-Rikabi-as-Suhrawardi-Abu Zur'ah
(d) Ibn al-Muhandis-Ba'labakki-Tbn Ustadh-Muwaffaq-Abu Zur'ah
(e) Ibn al-Muhandis-Ba'labakki-Ibn Qudamah- Abn Zur'ah
(f) An-Nawwas-Ibn al-Baghdadi-Ibn Qudamah-Abu Zur'ah
(g) An-Nawwas-Ibn al-Baghdadi-ar-Rahawi- AN Zur'ah
Pembaca dan Penyalin:
Ibn as-Sairafi |
10-11-725 H. |
50 |
10
|
Para Guru:
(a) 'Abdur-Rahman bin Muhammad bin Qudamah
(b) Ibrahim bin `Abdullah
(c) Muhammad bin `Abdur-Rahman
(d) Ahmad bin Ahmad bin `Ubaidullah
Penyalin:
'Abdul-Hafiz al-Maqdisi |
10-11-659 H. |
100 |
11
|
Mahmud bin 'Abdullah ar-Raihani
-as-Suhrawardi
-Abu Zur'ah |
Ibrahim bin Yahya bin Ahmad |
Ibrahim bin Yahya bin Ahmad |
Selasa, 11-5-665 |
20 |
12 |
Mahmud bin
'Abdullah ar-Raihani |
'AI' bin Mas'ud bin Nafis al-Mausili |
'Ali bin 'Abdul-Kafi |
(Terhapus) |
12 |
13 |
Para Guru:
(a) al-Balisi-Um 'Abdullah
(b) al-Harrani-Ibn 'Alwan-'Abdul-Latif al-Baghdadi
(c) [brahim bin Buhair-Ibn 'alwan
(d) Ibn Sultan al-Maqdisi-Zainab hint Kamal-Abti Zur'ah
(e) Khalid Sanqar-al-Baghdadi-Abu Zur'ah
(f) Ibn Sultan al-Maqdisi-an-Nabulsi-Ibn Qudamah and `abdul-Latif-Abu
Zur'ah
Pembaca dan Penyalin:
Muhammad al-Qaisi ad-Dimashqi |
Selasa, 2-11-798 H. |
35 |
14 |
'Abdur-Rahman bin Muhammad
-Ibn Qudamah |
(Terhapus) |
(Terhapus) |
Rabu, 15-7-678 |
40 |
15 |
Sittil Fuqaha'
- Ibn al-Qabiti
- Abu Zur'ah |
'abdul-`aziz bin Muhammad al-Kaltani |
'abdul-`aziz bin Muhammad al-Kaltani |
Rabu, 19-8-625 |
20 |
Dari tabel di alas
dapat ditarik kesimpulan bahwa sebanyak 115 murid mengkaji bagian ke
enam secara langsung dari Ibn Qudamah; namun yang belajar dari
murid-muridnya berjumlah sekitar 450 orang. Dari sekian banyak
manuskrip
Sunan Ibn Majah
yang beredar ketika
itu, kemungkinan besar terdapat manuskrip lain yang juga memasukkan
nama Ibn Qudamah dalam ijazah bacaan mereka. Manuskrip-manuskrip itu
boleh jadi belum ditemukan lagi ataupun mungkin tidak akan ditemukan
sama sekali. Informasi mengenai jumlah tulisan yang banyak dalam satu
manuskrip ini menunjukkan bahwa seluruh diagram jaringan mata rantai
riwayat yang dibuat hingga kini, baik untuk
Ibn
Majah
atau karya-karya yang lain, masih sangat sedikit, dan
kita tidak dapat mengatakan sebagai hal yang belum sempuma, jika tak
ingin mempermalukan diri kita sendiri.
8.
Pengaruh
Metodologi
Hadith pada Cabang Ilmu
Lainnya
Begitu ampuh metode
ini, dan mampu tahan uji sehingga begitu cepat melintasi batasan
literatur hadith dan guna memasukkan semua karya ilmiah:
-
Beberapa contoh di
bidang ilmu tafsir, lihat
Tafsir
'Abdur-Razzaq (w. 211 H.) dan Sufyan ath-Thauri (w.
161. H.)
-
Dalam bidang sejarah,
lihat
Tarikh
Khalifah bin Khayyat
(w. 240 H.)
-
Dalam bidang hukum,
lihat Muwatta' Imam Malik (w. 179 H.)
-
Dalam karya sastra
dan cerita dongeng, lihat
al-Bayan
wa
at-Tabyin
oleh
al-Jahiz (150-255 H.) dan al-Aghani oleh
al-Asfahani (w. 356 H.). Karya yang disebut terakhir ini terdiri dari
dua puluh jilid yang menceritakan tentang kisah para komposer, penyair,
clan artis lagu (pria dan wanita), juga anekdot-anekdot tak vulgar
penghiburkan hati. Yang menarik adalah, bahkan dalam cerita-cerita
yang menggelitik, kita dapatkan hal itu disertai juga dengan isnad
yang lengkap. Apabila pengarang mengambil bahan dari buku yang tidak
punya surat izin, ia akan menyatakan, "Saya mengopi dari buku ini dan
itu."
9. Isnad dan Transmisi
Al-Qur'an
Semua kajian ini dapat memunculkan sebuah
pertanyaan penting. Apabila metode yang ketat disiplin berfungsi
sebagai jalan kerja harian dalam pengalihan informasi, segalanya dari
mulai Sunnah sampai kisah cinta para penyanyi sekali pun, mengapa
tidak diterapkan juga untuk Al-Qur'an?
Dalam memberi jawaban, ia menuntut
kita mengingat kembali sifat Kitab Suci ini. Karena ia merupakan Kalam
Allah dan sangat penting dalam setiap shalat, maka penggunaannya
selalu lebih luas dari Sunnah. Keperluan dalam penggunaan jaringan
mata rantai dan ijazah bacaan bagi setiap orang yang ingin
mempelajari Al-Qur'an, tentunya akan lebih. Seseorang yang ingin
mempelajari seni baca Al-Qur'an secara profesional, hendaknya ia
melatih suara dan makharij (cara mengeluarkan huruf) yang digunakan
oleh para juru baca kenamaan pemegang ijazah dengan urut-urutan mata
rantai yang akhirnya sampai pada Nabi Muhammad Abu al-`Ala' al-Hamadhani
al-`Attar (488-569 H./1095-1173 M.), seorang ilmuwan yang terkenal,
membuat kompilasi biografi para juru baca Al-Qur'an yang diberi judul
al-Intisar fi Ma'rifat Qurra' al-Mudun wa al-Amsar. Buku yang
terdiri dari dua puluh jilid ini, disayangkan telah musnah sejak dulu.
Namun demikian, kita masih dapat mengutip beberapa butir kandungan
informasi melalui para ilmuwan yang menulis tentang hal itu; misalnya
kita dapat melihat daftar guru-guru pengarang clan juga guru-guru
mereka secara lengkap, dalam satu jalur yang pada akhirnya bertemu
atau sampai pada Nabi Muhammad yang jumlah halaman bermula dari 7
hingga 162 dari buku tersebut.51
Semuanya merupakan para juru baca Al-Qur'an yang cukup terlatih. Jika
kita ingin memperpanjang skema yang ada pada daftar itu dengan
memasukkan yang nonprofesional akan menjadikan kerja itu sia-sia.
Bahkan kecepatan penyebaran Al-Qui an itu sendiri sangat susah untuk
mengukurnya. Guna menenangkan rasa ingin tahu tentang jumlah murid yang belajar kitab ini dari
satu halaqah di kota Damaskus, Abu ad-Darda' (w. sekitar 35
H./655 M.) meminta Muslim bin Mishkam menghitung untuknya: hasilnya
melebihi 1600 orang. Para murid yang menghadiri pengajian sistem
melingkar (halaqah) Abu ad-Darda' secara bergiliran setelah
shalat subuh, pertama-tama mereka mendengarkan bacaan yang diikuti
oleh murid-muridnya, clan juga melatih
sendiri-sendiri.52
Dengan menerima keterlibatan dua
metode yang berbeda dalam penyebaran Al-Qur'an versus Sunnah, masih
terdapat beberapa persamaan mengenai transmisi kedua:
-
Ilmu pengetahuan menghendaki hubungan
langsung, dan berpijak sepenuhnya pada buku sangat tidak dibenarkan.
Semata-mata memiliki sebuah Mushaf, tidak akan dapat menggantikan
fungsi kemestian belajar membaca dari seorang guru dengan ilmu yang
memadai.
-
Standar moralitas yang ketat
diperlukan bagi semua guru. Jika seorang sahabat dekat meragukan
kebiasaan akhlaknya, maka tak akan ada siapa pun yang hendak berguru
kepadanya.
-
Melukis,diagram tentang transmisi
dengan data bibliograti semata, tidak dapat memberi gambaran
sepenuhnya mengenai besarnya ukuran subjek yang dikaji. Untuk
membuat outline pengembangan Al-Qur'an, seperti telah kita lakukan
pada bagian keenam manuskrip Sunan Ibn Majah, mengharuskan
pencatatan bagi setiap Muslim yang pernah menginjakkan kaki di atas
bumi sejak permulaan Islam hingga saat ini.
10. Kesimpuan
Kembali kepada guru yang diakui,
penelitian riwayat hidup dilakukan guna menyingkap akhlak pribadi
seseorang, legitimasi yang dibangun melalui sistem ijazah bacaan, dan
berbagai segi lain dari metode ini, disatukan untuk membuat dinding
penghalang terhadap upaya pemalsuan buku-buku tentang Sunnah. Dengan
memberi pengecualian terhadap para juru baca Al-Qur'an profesional,
satu bidang yang tidak mengikuti sistem isnad yang ketat adalah
transmisi Al-Qur'an, karena yang satu ini, mustahil akan melahirkan
penyebab yang dapat merusak teks. Kata-katanya tetap sama seperti yang
dibaca di setiap masjid, sekolah, rumah, dan pasar di seluruh penjuru
dunia Islam yang merupakan pelindung dari kerusakan yang ampuh
dibanding segala sistem yang mungkin diciptakan oleh manusia.
44. Ada banyak cara
mengeluarkan ijazah-ijazah ini, yang umumnya memuat informasi
yang penting dan perlu, walaupun urutan informasi itu
diserahkan kepada kebijaksanaan penulisnya.
45 J. David-Weill (ed.), Le
Djami' d'Ibn Wahb, Imprimeric De L'Institut Francais
D'Archeologic Orientate, Kairo, 1939, hlm. 77. Saya menyusun
informasi ini dalam bentuk ini hanya untuk tujuan penjclasan
saja.
46 Ibid., hlm. 40.
47 J. Robson, "The Transmission
of Ibn Maga's Sunan", Journal of Semitic Studies,
jld. 3 (1958), hlm. 129-141. Hanya bagian yang memuat Ibn
Qudamah saja yang dipaparkan.
48 Tesis M.A., College of
Education, King Saud University, Riyadh, 1405 (1985), hlm. 323.
49 pada umumnya
pembagian-pembagian itu terserah pada kebijaksanaan penyalin: ia
bisa saja membuang bagian-bagian itu, atau membuat kerangka
tersendiri.
50 Catatan bacaan asli memuat
banyak rincian lagi, khususnya mengenai cara periwayatan yang
digunakan (contohnya, ijazah
atau sama'), dan dalam masalah yang
lain dinyatakan juga apakah hanya sebagian saja yang dibaca. Di
sini saya cukupkan hanya dengan gambaran yang sederhana mengenai
seluruh jaringan mata rantai periwayatannya.
51 Al-Hamadhani, Ghayat
al-Ikhtisar, I:
7-162.
52 Adh-Dhahabi, Siyar, II: 346.
|
|