BAB 8 :
PERKEMBANGAN ALAT PEMBANTU BACAAN
DALAM MUSHAF 'UTHMANI
The
History of The Qur'anic Text hal 123 - 128
Sebelum membahas
masalah
yang lebih kompleks dalam ilmu tulisan Arab kuno (Arabic
paleography)
dan sistem tanda titik dalam bab
yang
akan datang, di sini kita hendak mengupas secara ringkas beberapa alat
bantu visual dan perkembangan estetika yang dimasukkan oleh para
penulis ke dalam Mushaf.
1.
Tanda Pemisah Surah
Pada awalnya naskah
Mushaf 'Uthmani tidak
mempunyai pemisah surah (
),
permulaan tiap surah dapat diketahui dari ungkapan kalimat:
, yang
biasanya ditulis dengan jarak sedikit lebih senggang. Hal ini kita
dapat kita saksikan dalam sample di bawah ini.
Gambar 8.1: Sebuah
Mushaf abad pertama Hijrah di dalam skrip Hejazi.
Sumber: Masahif San'a, papan 4. |
Beberapa naskah yang
tak resmi yang ditulis bersamaan dengan Mushaf 'Uthmani, pemisah surah
untuk pertama kali dapat kita lihat secara selayang pandang melalui
pengenalan sebuah ornament sederhana. Biasanya ungkapan kalimat KHAT
itu yang selalu tampak tertulis. Contohnya dalam Mushaf Malik bin Abi
'Amir.1
Gambar 8.2:
Sebuah Mushaf abad pertama Fiijrah di dalam skrip flejazi.
Sumber: Masahif San `a, papan gambar 11. |
Mushaf ini
tidak
diikuti dengan pengenalan nama surah, dalam warna yang berbeda, tetapi
masing-masing tetap mempertahankan bentuk ornament dan kata-kata
Gambar 8.3:
Sebuah Mushaf terakhir abad pertama atau awal abad ke dua hijrah,
sebuah ornament yang diikuti dengan nama surah (dalam tinta emas)
memisahkan surah yang lain. Jasa Baik dari Museum Arsip Nasional
Yaman. |
2. Pemisah Ayat
Mushaf Samarqand (juga dikenal sebagai
Mushaf Tashkent), dinisbatkan ke 'Uthmani, yakni bahwa kemungkinan la
merupakan kopian dari aslinya. Nampaknya mushaf tersebut ditulis oleh
beberapa tangan yang diantaranya menghapus pemisah-pemisah ayat.
Gambar 8.4:
Mushaf Tashkent. Sumber: al-Munaggid, Etudes, hlm. 5
|
Gambar 8.5: Lembaran
lain dari Mushaf Tashkent (Samarqand). |
Sebelumnya, pemisah ayat yang panjang
disisipkan. Tidak tampak adanya penggunaan cara tertentu yang
ditetapkan. Setiap penulis bebas menggunakan pilihan sendiri. Ketiga
contoh yang saya kemukakan, semua diambil dari Mushaf yang ditulis
dalam skrip Hejazi (tahun pertama Hijrah). Dalam contoh pertama,
pemisah ayat berbentuk dua kolom dari setiap tiga titik; dalam contoh
kedua, berbentuk garis dan empat titik, dalam contoh ketiga, titik
yang berbentuk segitiga.
Gambar 8.6: Mushaf abad
pertama Hijrah dengan pemisah ayat dalam bentuk titik kolom.
Sumber: Musahif San'a, papan 3 (hlm. 61) |
Gambar 8.7: Sebuah
Mushaf abad pertama Hijrah dengan pemisah ayat dalam benruk
empat titik honisontal. Sumber: Musahif San'a, papan 3 (hlm.
60). |
Gambar 8.8: Sebuah lagi
Mushaf abad pertama Hijrah dengan pemisah ayat dalam bentuk segi
tiga Jasa baik dari Museum Arsip Nasional Yaman.. |
Kemudian hiasan selanjutnya digunakan
dalam bentuk ciri khusus umuk setiap ayat kelima dan / atau kesepuluh.
Gambar 8.9:
Sebuah Mushaf abad kedua Hijrah dengan tanda khusus pada setiap
ayat kesepuluh (baris kedua dari atas). Jasa baik dari
Museum Arsip Nasional Yaman. |
Gambar 8.10: Mushaf ini
dari ahad ketiga Hijrah, mempunyai tanda untuk setiap ayat
kelima (baris ketiga dari atas dalam bentuk satu titik berwarna
emas) dan tanda lainnya pada setiap ayat kesepuluh (baris ketiga
dari bawah). Semua ayat yang lain dipisahkan oleh bentuk
segitiga. Dicetak ulang dengan ijin perpustakaan Inggris,
Manuskrip Or. 1397, F 15b.
|
Mushaf penting
yang lain, yang
ditulis oleh seorang ahli kaligrafi Ibn al-Bawwab dan tertanggal 391
H/1000 M. disimpan pada Chester Beatty. Dalam Mushaf ini ada beberapa
tanda khusus untuk setiap ayat kelima dan kesepuluh, dan selanjutnya
ditulis kata-kata
...
seperti sepuluh, dua puluh, tiga puluh, dan seterusnya.
3.
Kesimpulan
Dalam bab
yang lalu kita
telah jelaskan sikap kepedulian al-Hajjaj dalam pencarian letak satu
per tiga, satu per empat, dan satu per tujuh Al-Qur'an. Tidak lama
kemudian sekitar abad pertama Hijrah, Mushaf dikelompokkan ke dalam
tujuh bagian yang disebut manazil (
).
Pengelompokan ini sengaja dibuat untuk orang yang hendak menyelesaikan
bacaan seluruh Mushaf dalam waktu satu minggu. Pada abad ketiga Hijrah
muncul kesimpulan lain yang mengelompokkan Al-Qur'an ke dalam tiga
puluh bagian
(
Juz' ) bagi mereka yang ingin menghabiskan tadarus dalam waktu
satu bulan. Pembagian ini adalah sebagai perkembangan kajian yang
dilahirkan oleh al-Hajjaj dan telah berfungsi sebagai alat yang
bermanfaat untuk sernua orang yang mau memakainya.
Bermacam-macam batasan,
seperti menggunakan tinta emas dan perkembangan
yang lainnya, sudah
digunakan menurut selera kemampuan setiap penulis. Tetapi ini semuanya
hanya seni, tidak seperti pemisah surah dan ayat betul-betul merupakan
alat bantu yang tidak akan kita bedah di sini. Banyak lagi alat bantu
lainnya, dalam bentuk titik dan tanda diakritikal (di atas dan
di bawah), dan ini memengaruhi terhadap sistem pengajaran Al-Qur'an
untuk orang bukan Arab di seluruh dunia Islam. Alat-alat bantu ini,
dan beberapa kontroversi pendapat para orientalis akan kita bongkar
dalam bab berikutnya.
1. Untuk lebih detail lagi
lihat film. 113-114.
|
|