BAB 7 :
MUSHAF 'UTHMANI
The
History of The Qur'anic Text hal 114 - 121
6. Al-Hajjaj dan Kontribusinya Kepada Mushaf
Setelah Khalifah 'Uthman, kita sekarang bisa
mengalihkan pandangan kita ke al-Hajjaj bin Yusuf ath-Thaqafi (w. 95 Hijrah),
Gubernur Irak pada zaman Khalifah Umayyah dan seorang yang cukup terkenal dengan
kejahatannya. Keberanian, pemerintahan tangan besinya telah menjadi simbol
kebenaran dalam sejarah Irak. Yang ironisnya dia juga berperan dalam pengabdian
kepada Al-Qur'an, walaupun dia tidak kurang musuh dalam hal ini. Ibn Abi Dawud
mengutip 'Auf bin Abi Jamila (60-146 Hijrah) menyatakan bahwa al-Hajjaj mengubah
Mushaf 'Uthmani dalam sebelas tempat.67 Penelitian mengungkapkan bahwa 'Auf,
walaupun seorang jujur, mempunyai kecenderungan kepada shi'ah dan anti
Umayyah.68 AI-Hajjaj, salah satu pemimpin pasukan tentara Umayyah yang terkuat,
mempunyai target dalam kepemimpinannya; semua laporan yang dibuat oleh musuh
harus dilihat sebagai sesuatu yang berbahaya. Tambah lagi Mu'awiyah (pemimpin
pertama kerajaan Umayyah) memerangi 'Ali atas tuduhan kasus pembunuhan 'Uthman,
dan ini membuat al-Hajjaj mengubah Mushaf `Uthmani khususnya yang tidak bisa
dipercayai, yang ia akan menjelekkan Khilafah Ummayyah.
Apa pun juga kebenarannya, di bawah ini daftar
kata-kata yang telah, dituduhkan, diubah oleh al-Hajjaj.69
Jauh sebelum 'Auf bin Abi Jamila menuduh al-Hajjaj,
ilmuwan-ilmuwan telah berdebat tentang naskah Mushaf 'Uthmani yang resmi dan
dengan teliti membandingkannya huruf demi huruf; perbedaan yang disebutkan oleh
ilmuwan-ilmuwan terdahulu tidak sesuai dengan perbedaan yang disebutkan oleh
`Auf. Mushaf yang dibuat oleh 'Uthman tidak terdapat titik,70
dan hingga pada zaman al-Hajjaj, titik tidak digunakan di mana-mana. Ada
beberapa kata di tabel alas tadi, yang jika titiknya dibuang, tetap sama
identiknya.71
Kemudian jika tidak ada titik dan kerangka huruf sama, bagaimana dia bisa
memodifikasi kata-kata ini?72
Tidak ada satu pun yang diklaim ada perubahan mengandung makna lain ayat
tersebut, dan tuduhan itu sendiri (berdasarkan kepada yang di atas) kelihatannya
tidak berdasar.73
Kasus di bawah ini, disebutkan oleh Ibn Qutaib, mungkin memberikan clue (indikasi)
kepada interpretasi lain.
Berdasarkan laporan 'Asim al-Jahdari, al-Hajjaj
menunjuk dia, Najiya bin Rimh, dan 'All bin Asma` untuk memeriksa
Mushaf dengan tujuan untuk menyobek semua mushaf yang berbeda dengan
Mushaf `Uthmani. Pemilik Mushaf seperti itu akan mendapatkan
kompensasi 60 dirham.74
Beberapa Mushaf seperti ini mungkin bisa
tidak dirusak, setelah dibetulkan dengan menghapuskan tinta lama dan
menuliskan lagi di kertas kulit yang kosong. Beberapa orang mungkin
salah menginterpretasikan perbuatan ini seperti usaha al-Hajjaj untuk
mengubah Al-Qur'an.
Setelah kepimpinan 'Uthman, al-Hajjaj juga
mendistribusikan naskah-naskah Al-Qur'an ke beberapa kota. 'Ubaidillah
bin 'Abdullah bin 'Utbah menyatakan bahwa Mushaf Madinah disimpan di
Masjid Nabi saw. dan dibaca setiap pagi.75
Pada waktu masyarakat
berkecamuk tentang pembunuhan 'Uthman, seseorang melarikan Al-Qur'an
secara diam-diam. Muhriz bin Thabit melaporkan dari bapaknya (yang
menjadi salah satu penjaga keamanan al-Hajjaj) bahwa al-Hajjaj
menyuruh membuat beberapa Mushaf,76
dan salah satunya dikirimkan ke Madinah. Keluarga `Uthman sangat sedih,
tetapi ketika mereka diminta untuk terus menyimpan Mushaf yang
original, yang mungkin bisa dibaca lagi, mereka mendeklarasikan bahwa
Mushaf itu telah rusak (
) pada hari
pembunuhan 'Uthman. Muhriz diinformasikan bahwa Naskah utama Mushaf
'Uthmani masih ada kepunyaan cucu laki-lakinya, Khalid bin. 'amr bin
'Uthman, tetapi kita pikir bahwa yang dikirim oleh al-Hajjaj
dijadikan bacaan umum di Masjid Nabi pengganti Mushaf asli.
Berdasarkan kepada as-Samhudi, yang mengutip Ibn Zabala,
Al-Hajjaj mengirimkan Al-Qur'an ke kota-kota besar, termasuk Mushaf
besar dikirimkan ke Madinah, dan ia merupakan Mushaf yang pertama yang
dikirimkan ke kota-kota.
Ibn Shabba berkata,
Dan ketika (Pemerintahan Abbasiyyah) al-Mahdi
menjadi khalifah, dia mengirimkan satu lagi Mushaf ke Madinah, yang
dibaca sampai sekarang. Mushaf al-Hajjaj sudah dipindahkan dan
disimpan di kotak sebelah mimbar.78
Peranan al-Hajjaj
terhadap Al-Qur'an bukan saja meneruskan pengiriman Mushaf Abu Muhammad al-Himmani
melaporkan bahwa al-Hajjaj ketika mengumpulkan huffaz dan orang-orang yang
professional dalam membaca kitab suci, dia ikut duduk bersama dengan mereka,
karena dia juga salah seorang daripada mereka, dia meminta mereka untuk
menghitung jumlah tanda (karakter) di dalam Al-Qur' an. Ketika sudah selesai,
mereka sepakat pada jumlah yang sampai sekitar 340,750 karakter. Keinginannya
untuk mengetahui jauh lebih dalam, dia kemudian menemukan karakter apa yang ada
di tengah-tengah Al-Qur'an, dan jawabannya adalah dalam surah 18 ayat 19,
karakter,
daiam
. Kemudian dia menanyakan
di mana satu pertujuhnya Al-Qur' an, dan jawabannya; satu pertujuh pertama dalam
surah 4 ayat 55 karakter
dalam
; kedua dalam
surah 7 ayat 147 karakter
dalam
; ketiga dalam
surah 13 ayat 35; keempat dalam surah 22 ayat 35; kelima dalam surah 33 ayat 36;
keenam dalam surah 48 ayat 6 dan ketujuh terakhir dalam bagian seterusnya.
Tujuan dia kemudian untuk menemukan satu pertiga bagian seterusnya. Tujuan dia
kemudian untuk menemukan tempat satu pertiga dan satu perempat Al-Qur'an.79
Al-Himmani menyebutkan bahwa al-Hajjaj
membuat follow up kemajuan panitia setiap malam; semuanya memakan waktu empat
bulan.80
Al-Munaggid menulis bahwa dia menjumpai
sebuah Mushaf di Topkapi Sarayi (Istanbul), no. 44, yang catatannya
menunjukkan bahwa Mushaf itu ditulis oleh Hudaij bin Mu'awiyah bin
Maslamah al-Ansari untuk 'Uqbah bin Nafi` al-Fihri pada tahun 49 H.
Dia ragu tentang tanggal, salah satu alasannya dikarenakan kertas
folio 3b yang mengandung statistik huruf alfabet yang ada dalam
seluruh Al-Qur'an. Menurut argumentasi dia, analisis statistik
merupakan perhatian umat Muslim yang tinggi pada tahun pertama
Hijrah.81
Menurut pendapat saya,
keraguan al-Munaggid di dalam memberikan inisiatif al-Hajjaj dalam
masalah ini, adalah tidak sah.
Komputer kita mengandung naskah teks AI-Qur'an
tanpa tanda di atas dan di bawah; dengan bantuan program penghitung
karakter, kita dapatkan 332,795 karakter. Kita tidak tahu metodologi
al-Hajjaj: apakah tashdid juga dihitung satu karakter? Bagaimana
dengan alif yang dibaca dan tidak ditulis
(seperti
)?
Walaupun ada kekurangan tentang ini, figure (jumlah yang didapatkan)
komputer kita pun hampir sama dengan apa yang ditemukan oleh panitia
al-Hajjaj yang lebih dari tiga belas abad, menunjukkan bahwa empat
bulan yang intensif ini betul-betul terjadi.
7. Mushaf di
Pasaran
Pada awalnya, menurut Ibn Mas'ud,
seseorang yang menginginkan satu naskah Mushaf akan datang kepada
sukarelawan (volunteer) secara mudah dan meminta bantuannya;82
Pendapat ini didukung
oleh All bin Husain (w. 93 H.) yang berpendapat bahwa Mushaf tidak
boleh diperjualbelikan, dan bahwa seseorang akan mengambil kertasnya
sendiri ke mimbar dan meminta sukarelawan untuk menuliskannya. Seorang
penulis sukarelawan kemudian akan mengerjakannya, secara bergantian,
hingga tugas itu selesai.83
Ketika Muhil bertengkar dengan Ibrahim an-Nakha'i tentang masyarakat
yang memerlukan Mushaf untuk dibaca, Ibrahim menjawab, "Beli kertas
dan tinta, dan minta bantuan sukarelawan."84
Tetapi dengan jumlah umat Islam yang membengkak sampai meliputi
daratan Saudi Arabia, permintaan pada naskah Al-Qur'an meningkat,
mendesak penulis sukarelawan untuk menulis lebih gigih lagi dan
menjadikan fenomena baru: naskah dibayar.
Fenomena ini menimbulkan dilema teologi,
tentang legitimasi upah seseorang yang mengabdi kepada Kalamullah.
Seseorang mungkin boleh menjual barang kepunyaannya, banyak alasan,
jadi atas dasar apa Al-Qur'an boleh dijual sedang itu bukan kepunyaan
seseorang, tetapi kepunyaan sang pencipta? Mayoritas ilmuwan tidak
setuju dengan naskah yang dibayar dan memperkenalkan Mushaf sebagai
komoditas pasar, di antara mereka adalah Ibn Mas'ud (w. 32 H.), 'Alqamah
(w. 60 H, Masruq (w. 63 H.), shuraih (w. 80 H,) Ibrahim an-Nakha'i (w.
96 H.), abu Milaz (w. 106 H.) dan yang lainnya,85
Sedangkan ibn al-Musayyib (w. 90 H.) berbicara keras melawan pendapat
ini.86
Walau bagaimanapun, ada beberapa orang yang mencoba menenangkan
kritikan teman koleganya dengan menyebutkan bahwa bayaran itu bukan
untuk kalam Allah, tetapi untuk tinta, kertas dan juga tenaga;
memperhatikan jumlah sukarelawan yang sangat sedikit sekali, mereka
itu seperti Ibn 'Abbas (w. 68 H.), Sa'id b. Jubair (w. 95 H.) dan Ibn
al-Hanafiyyah (w. 100 H.) tidak berpendapat jual beli Mushaf adalah
sesuatu yang tidak menyenangkan.87
Terjadi perdebatan juga ada dalam masalah merevisi Mushaf dan
membetulkan tulisan yang salah di dalam Mushaf, yang mulanya tugas
sukarelawan, kemudian diserahkan ke tangan pengoreksi yang dibayar.
Sa'id b. Jubair, Satu ketika menawarkan sebuah Mushaf kepada Musa al-Asadi,
meminta untuk dia membaca, mengoreksi kesalahan-kesalahan dan itu
untuk dijual.88
Orang yang mengikuti argumentasi mereka yang terdahulu, Ibrahim an-Nakha'i
dan yang lainnya, tidak menyetujui akan pembayaran untuk merevisi,
walaupun sesudah itu Ibrahim dalam masalah tertentu mengubah sikapnya.89
'Amr bin Murrah (w. 118 H.) menyatakan
bahwa hamba sahaya adalah yang pertama kali berinisiatif untuk
melakukan bisnis jual beli Mushaf.90
Contohnya hamba sahaya Ibn 'Abbas memberikan harga 100 dirham untuk
menulis (menyalin) Al-Qur'an.91
Jual beli Mushaf mulai muncul pada zaman pemerintahan Mu'awiyyah,
menurut Ibn Mijlaz, yang tepatnya pada awal pertengahan abad pertama
Hijrah.92
Perkembangan jual beli ini mengakibatkan adanya toko yang special
menjual Mushaf; jika mereka lewat ke sebuah toko seperti itu, Ibn
'Umar (w. 73 H.) dan Salim bin 'Abdullah (w. 106 H.) akan
mengatakannya sebagai "Jual beli yang menakutkan (a dreadful trade)."93
sedangkan Abu al-'Aliya
(w. 90 H.) menginginkan siksaan bagi orang-orang yang menjual beli
Al-Qur'an.94
Trend yang lebih berpengaruh adalah
perpustakaan umum. Mujahid (20-103 S.H.) melaporkan bahwa Ibn Abi
Laila (w. 83 H) mendirikan perpustakaan yang hanya mengandung kitab
suci Al-Qur'an, di mana orang-orang akan berkumpul dan membacanya.95
'Abdul-Hakam bin 'Amr al-Jumahi mendirikan beberapa bangunan seperti
perpustakaan pada pertengahan abad pertama hijrah, rumah Kurrasat (
: kertas )
tentang subjek yang tersusun ditambah beberapa permainan, dan di sini
orang-orang menggunakan fasilitas untuk membaca dan bersukaria dengan
percuma.96
Beberapa sumber menyebutkan perpustakaan lain kepunyaan Khalid bin
Yazid bin Mu'awiyah;97
mungkin ada perpustakaan lain yang informasi detailnya tidak sampai
kepada kita.98
Perubahan yang dilakukan beberapa kali pada Mushaf untuk
menyebarkannya di kalangan masyarakat, tidak memengaruhi pembacaan dan
arti ayat. 'Uthman sendiri mungkin tahu dengan beberapa aspek fenomena
ini; keputusannya untuk tidak memberikan tulisan vokal dan tidak
menggunakan pemisah ayat dan titik ini berarti sebagai peringatan bagi
orang yang menghafal Al-Qur'an sendiri tanpa bimbingan yang tepat.
Tetapi dengan waktu berjalan (yang tidak terlalu lama) memasukkan
titik dan pemisah ayat menjadi biasa (normal). Oleh karena itu,
marilah kita selidiki semua implikasi ini di dalam beberapa bab
berikut ini.
8. Kesimpulan
Usaha 'Uthman yang sungguh-sungguh jelas
tampak berhasil dan dilihat dari dua cara: pertama, tidak ada Mushaf
di provinsi Muslim kecuali Mushaf 'Uthmani yang telah menyerap ke
darah daging mereka; dan kedua, Mushaf atau kerangka teks Mushafnya
dalam jangka waktu empat belas abad tidak bisa dirusak. Sesungguhnya
manifestasi Kitab Suci Al-Qur'an adalah benar-benar ajaib;
interpretasi yang lain tidak berhasil. Khalifah berikutnya, mungkin
meneruskan usaha nenek moyangnya, mengutus dan terus mengirim naskah
Mushaf yang resmi, tetapi tidak ada naskah yang dikirim yang
bertentangan dengan standar universal Mushaf 'Uthmani.
Sampai hari ini terdapat banyak Mushaf
yang dinisbatkan langsung kepada 'Uthman, artinya bahwa Mushaf-mushaf
tersebut asli atau kopian resmi dari yang asli. Inda Office Library
(London), dan di Tashkent (dikenal dengan Mushaf Samarqand).
Mushaf-mushaf ini ditulis pada kulit, bukan kertas, dan tampak
sejaman.99
Teks-teks kerangkanya cocok satu sama lainnya dan sama dengan
Mushaf-mushaf dari abad pertama hijrah dan setelahnya, sampai pada
mushaf-mushaf yang digunakan pada masa kita ini.100
67. Ibn AM Dawud, al-Masahif, hlm. 117.
68. Ibn Hajar,
Tarikh at-Tahzib, hlm. 433, no entri.
5215
69. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 117 - 8.
70. Untuk mendiskusikan
kemungkinan kenapa 'Uthman memilih untuk tidak memberikan titik,.
rujuk Bab 9 dan 10.
71. Seperti
dan
. Sama
juga dengan contoh 3 dan 4.
72. Seperti contoh no 1 daftar
, kita sebelum ini menyebutkan bahwa ejaan Mushaf `Uthmani
diputuskan untuk kalimat ini: KHAT
73. Ini mungkin dilakukan
perubahan dalam naskah pribadi, seperti kasus 'Ubaidullah bin
Ziyad, yang menstandarkan ejaan (orthography) di dalam naskahnya
sendiri ( lihat buku ini hlm. 133). Betulkah al-Hajjaj telah
membuat perubahan kepada Mushaf 'Uthmani, Baik masyarakat atau
orang elite dalam kekuasaan tidak akan diam. Lagi-lagi
Abbasiyyah, penerus kerajaan Umayyah, akan mengeksploitasi
perbuatan itu untuk dapat dukungan.
74. Ibn Qutaiba, Ta'wil
Mushkil Al-Qur'an, hlm. 51.
75. Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah,
hlm. 7; juga, Ibn Qutaiba Ta'wil Mushkil Al-Qur'an, hlm.
51.
76. Dia berbuat demikian untuk
mengakomodasi jumlah Muslim yang makin banyak yang terjadi
antara periode 'Uthman dan periodenya (lebih dari setengah abad)
yang menjadikan permintaan (demand) kepada Mushaf lebih
banyak. Kita tidak ada informasi berapa banyak jumlahnya atau ke
mana saja dikirimkan.
77. As-Samhudi, Wafa' al-Wafa
, I:668, sebagaimana dikutip oleh al-Munaggid, Etudes de
Palaegrapgie Arabe, Beirut, 1972, hlm. 46.
78. Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah,
hlm. 7-8.
79. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 119-120.
80. Ibid, hlm. 120.
81. S. al-Munaggib, Etudes
De Paleograpie Arabe, hlm. 82-83.
82. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 160
83. Ibid, hlm. 166
84. Ibid, hlm. 169.
85. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 160,166,169,175; lihat juga Ibn Abi Shaiba, Musannaf,
iv: 292
86. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 166.
87. Ibn Abi Shaiba, Musannaf,
iv: 293; lihat juga Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 175.
88. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 175-76.
89. Ibid, hlm. 157,
167,169.
90. Ibid, hlm. 171
91. Al-Bukhari, Khalq Afal
al-'Ibad, hlm. 32.
92. Ibn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 175.
93. Ibid, hlm. 159, 165;
lihat juga Ibn Abi Shaiba, Musannaf, iv: 292.
94. lbn Abi Dawud, al-Masahif,
hlm. 169.
95. Ibn Sa'd, Tabaqat,
iv:75; lihat juga Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 151.
96. ql_Aifahani, al-Aghani,
iv:253.
97. Bertentangan dengan
pernyataan Krenkow ("Kitabkhana", Encyclopaedia of Islam,
Edisi pertama, iv: 104), Perpustakaan ini kemungkinan didirikan
oleh orang-orang Ibn Abi Laila dan 'abdul-Hakam bin `Amr al-Jumahi,
dan oleh karena itu tidak ada perpustakaan sebelum ini.
98. M.M. al-'Azami, Studies
in Early Hadith Literature, hlm. 16-17.
99. M. Hamidullah, Khutabat
Bahawalpur, International Islamic University, Islamabad,
1985, hlm. 26.
100. Meskipun tetap merupakan
salah satu kekayaan tertulis yang agung di dunia, sayang sekali
Mushaf Samarqand ini tidak lagi murni. Keterikatan kaum
orientalis pada Mushaf ini begitu menggebu-gebu sehingga S.
Pissareff, pada tahun 1905, berikhtiar untuk menerbitkan edisi
faksimil. Sebelum melakukan itu ia menebali tulisan-tulisan yang
telah kabur karena masa pada lembaran-lembaran itu dengan tinta
baru, sebagai proses memperkenalkan perubahan-perubahan yang
terjadi pada teks. Jeffery dan Mendelsohn mengklaim bahwa "sementara
beberapa kesalahan akibat ketidaktahuan telah terjadi di
sana-sini dalam proses penebalan (dengan tinta baru) tersebut,
tidak ada dasar yang cukup untuk menuduh adanya perubahan yang
disengaja." ["The Orthography of the Samarqand Qur'an Codex",
Journal of the America Oriental Society, vol. 62, 1942, hlm.
1761 Apapun tujuan-tujuan Pissareff, teks Mushaf ini telah
rusak.
|
|