BAB 7 :
MUSHAF 'UTHMANI
The
History of The Qur'anic Text hal 110 - 114
5. Studi Tentang Mushaf 'Uthmani
Keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah
Kalamullah, dan sebagai sumber utama hukum perundang-undangan dan
petunjuk untuk semua makhluk, merupakan dasar kepercayaan setiap
Muslim. Pada zaman 'Uthman, rasa kebanggaan terhadap Al-Qur'an itulah
yang mendorong untuk mulai meneliti Mushaf secepatnya, melawat ke
semua tempat yang menerima naskah dan melakukan pemeriksaan kata demi
kata (huruf demi huruf), guna menyingkap perbedaan antara
naskah-naskah yang telah dia kirim. Banyak karya tulis yang menyentuh
tentang masalah ini, akan tetapi saya akan membatasi hanya kepada satu
masalah.
Khalid bin Iyas bin Shakr bin Abi al-Jahm,
dalam meneliti Mushaf milik `Uthman sendiri, mencatat bahwa naskah itu
berbeda dengan Mushaf Madinah pada dua belas tempat.48
Untuk memberi gambaran tentang perbedaan ini, saya susun dalam table
berikut ini .49
Dengan jelas, naskah `Uthman miliki pribadi sama seperti Mushaf yang ada di
tangan kita sekarang.53 Sedangkan dalam Mushaf Madinah terdapat
sedikit perbedaan yang boleh kita simpulkan seperti berikut: (1) satu tambahan
dalam
; (2) Tidak ada
dalam
; (3) tidak ada
dalam
; (4) ada dua
dalam
; (5) tidak ada
dalam
; (6) satu tambahan
dalam
; (7)
sebagai ganti
... dan seterusnya. Semua perbedaan, yang
hampir tiga belas huruf dalam 900 baris, tidak memengaruhi arti setiap ayat dan
tidak membawa alternatif lain kepada arti semantik. Mereka juga tidak bisa
disifatkan sebagai sikap tidak hati-hati. Zaid bin Thabit memegang teguh
prinsip bahwa dalam setiap penemuan bacaan dalam berbagai naskah diperlukan
kesahihan, dan status yang sama (equal status), dan kemudian meletakkannya dalam
naskah yang berbeda.54 Memasukkan kedua-dua bacaan dalam
halaman yang bersebelahan ini hanya akan membuat kebingungan; maka salah satu
altematif adalah menempatkan salah satu dari bacaan itu di tepi untuk
menunjukkan ayat yang kurang autentik. Dengan menempatkan bacaan-bacaan itu pada
naskah yang berbeda maka dia mengakomodasikannya berdasarkan kesamaan istilah
(equal term).
Pendekatan modern dalam mengkritik teks menghendaki
agar ketika perbedaan muncul antara dua manuskrip yang sama statusnya,
penyunting meletakkan salah satu darinya dalam bodi teks sedangkan yang lainnya
diletakkan dalam catatan kaki. Metode ini walaupun bagaimana tidak adil, karena
hal ini dapat mengurangi nilai naskah ke dua. Skim Zaid tampak lebih adil;
dengan menyediakan beberapa naskah maka dia mengesampingkan kesimpulan bahwa
bacaan ini atau itu lebih tinggi, dan memberikan penilaian pada setiap naskah
secara adil.55
Banyak ilmuwan yang telah menguras waktu
dan tenaga mereka dalam membandingkan Mushaf 'Uthmani, melaporkan apa
yang mereka dapatkan dengan ikhlas dan tidak menyembunyikan apa pun
walau sedikit Abil Uarda, seorang sahabat terkenal, telah bekerja
keras tentang perkara ini sebelum dia meninggal dunia pada dekade yang
sama dengan pengiriman Mushaf, dan meninggalkan istrinya (janda) untuk
menyampaikan penemuannya.56 Untuk memudahkan, saya
telah menambah daftar tambahan.57 Tetapi penemuan
mereka, ketika semuanya dikumpulkan sungguh sangat mengejutkan. Semua
perbedaan yang terdapat dalam Mushaf Mekah, Madinah, Kufah, Basra,
Suriah, dan Naskah induk Mushaf 'Uthmani, melibatkan satu huruf,
seperti:
... dst. Kecuali hanya adanya
(dia) dalam satu ayat
yang artinya tidak terpengaruhi. Perbedaan ini tidak lebih dari empat
puluh huruf terpisah di seluruh Mushaf enam ini.
Akhirnya kita bisa mengklarifikasikan
bahwa kajian ilmuwan terdahulu ini hanya berlandaskan pada naskah
Mushaf resmi, yang dikirim oleh 'Uthman, atau duplikat naskah yang
dibuat dan disimpan oleh para sahabat yang terkenal dan Ilmuwan ahli
Al-Qur'an. Kajian mereka bukan penyelidikan tentang naskah pribadi
yang disimpan oleh masyarakat luas (yang jumlahnya mencapai ribuan),
karena Mushaf yang resmi itulah yang dijadikan sebagai ukuran (standar)
dan bukan sebaliknya.
i.
Studi Tentang Mushaf Malik bin Abi 'Amir al-Asbahi
Di sini kita akan buat perbandingan antara Mushaf
'Uthmani dan yang lainnya, naskah individu yang disimpan oleh ilmuwan yang
terkenal. Malik bin Anas (94-179 H. / 712-795 M.) ketika Mushaf ini diserahkan
ke muridnya58 dan menceritakan sejarahnya; Mushaf ini kepunyaan
kakeknya, Malik bin Abi `Amir al-Asbahi (w. 74 H /693 M), murid Khalifah 'Umar,59
yang menulisnya pada waktu 'Uthman menyiapkan Mushafnya.60
Murid-murid Malik bin Anas mencatat sebagian ciri-cirinya:
- Mushaf dihiasi dengan perak
- Ia mengandung pemisah surah tinta berwarna
hitam sepanjang penyambung yang dihiasi seperti rantai memanjang sepanjang
garis.
- Ia juga mempunyai pemisah ayat dalam benluk
titik.61
Sesuai dengan penemuan ini, murid-murid itu
membandingkan Mushaf Malik di satu sisi dengan Mushaf Madinah, Kufah, Basra, dan
naskah utama Mushaf 'Uthmani di sisi lainnya. Mushaf Malik, menurut mereka,
berbeda dengan Mushaf Kufah dan Basra (dan Naskah utama Mushaf 'Uthmani) dalam
delapan tanda (karakter) dan dengan Mushaf Madinah hanya empat. Perbedaan ini
disimpulkan di bawah ini.62
Dari carta ini kita catat bahwa Mushaf
Malik tetap identik (sama) dengan Mushaf Madinah sampai surah 41; dari
surah 42 dan berikutnya, Mushafnya sama dengan Mushaf 'Uthmani, Kufa,
dan Basra. Menjabat sebagai salah satu anggota panitia dua betas yang
menuliskan Mushaf 'Uthmani, Malik juga pada waktu yang sama menulis
Mushaf ini untuk digunakan oleh dirinya sendiri. Menimbang daftar di
atas tadi, kita dapat menyimpulkan bahwa dia telah kerja bersama-sama
dengan kelompok yang menyiapkan Mushaf Madinah. Setelah selesai lima
per enam Mushaf itu, dia pindah ke kelompok yang menyiapkan Mushaf
Kufah dan Basra. Oleh karena itu, satu per enam sama dengan Mushaf
'Uthmani, Kufah, dan Basra.
Ini membolehkan kita melihat beberapa
pendapat tentang penyiapan naskah resmi: ini adalah usaha tim yang
sebagian didiktekan dan sebagian lagi ditulis. Poin yang lebih menarik,
menurut pendapat saya, inisiatif dan kecerdasan individu yang menulis
naskah pribadinya. Kita tidak tahu secara betul bagaimana naskah
pribadi ini ditulis; dalam pernyataan yang ditulis oleh Ibn Shabba,
"'Uthman memerintahkan orang-orang
untuk menulis Mushaf ". |
Ini bisa diartikan bahwa masyarakat
diberikan dorongan untuk menulis naskah untuk digunakan oleh mereka
masing-masing.
Mushaf Malik bin Abi 'Amir al-Asbahi
mempunyai pemisah surah dan ayat, sedangkan Mushaf 'Uthmani tidak.
Kekurangan ini mungkin dengan sengaja sebagai taktik bagi Khalifah,
mungkin untuk meyakinkan bahwa teks Al-Qur'an bisa diberi lebih dari
satu'cara pemisahan ayat, atau sebagai masalah tambahan dalam
menghadapi orang yang mau membaca dengan sendiri tanpa ada bimbingan
seorang guru yang diakui. Banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa sebuah
mushaf tua yang ada tanda pemisah ayat dan surah semestinya ditulis
setelah Mushaf 'Uthmani, tetapi dengan diberikan contoh ini kita bisa
melihat bahwa itu tidak semestinya benar.
48. Sebenarnya Mushaf Madinah
telah musnah pada saat pertempuran yang mengakibalkan
terbunuhnya 'Ulhman. ibn Shabba, Tarikh al-Madinah, hLm. 7-8).
Lalu bagaimana beberapa ilmuwan bisa memeriksa Mushaf yang
disimpan di Madinah? Jawabannya ada dua segi. Pertama, Abu Darda',
seorang sahabat terkenal, yang meninggal pada tahun yang sama
dengan 'Uthman, menjelaskan kajian secara detail atau Mushaf
yang dikirim oleh 'Uthman termasuk Mushaf yang disimpan di
Madinah. Penemuannya, terdaftar sebelum Mushaf Madinah hilang,
berguna sebagai model untuk ilmuwan berikutnya. (untuk contoh,
lihat Abu' ubaid, Fada'il, film 330-2.). Kedua, (mungkin ini
lebih penting) ilmuwan-ilmuwan ini, yang tidak lagi bisa
menganalisis Mushaf Madinah contohnya, selalu mengatakan dalam
tulisannya bahwa mereka telah memeriksa "Mushaf orang-orang
Hejaz (Arab bagian Barat)." Artinya, apa yang mereka periksa
adalah duplikat asli Mushaf Madinah, yang dibuat oleh para
sahabat yang terkenal atau ilmuwan-ilmuwan untuk kegunaan
pribadi masing-masing sebelum Mushaf itu hilang (lihat buku ini,
teks di bawah tabel hlm. 111). Dengan cara ini mereka bisa
mengesampingkan fakta kehilangan mushaf, dan melakukan analisis
teksnya secara detail.
49. Ibn Abi Dawud, al-Masahif
hlm. 37-38, 41. Informasi yang sama tetapi melalui riwayat lain;
lihat juga Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 328-9.
50. Berdasarkan kepada riwayat
Hafs dari 'Asim (mewakili salah satu [qira'ah sab'ah] tujuh
bacaan yang sepakat diterima oleh pembaca Al-Qur'an yang
authoritatif).
51. Lihat Ibn Mujahid, Kitab
as-Sab'a, hlm. 390. Ibn Kathir, Nafi, dan ibn 'omir membaca
(
) sebagai mana ditemui di Mushaf Makkah, Madinah dan
Suriah. Sedangkan Abu 'Amr membaca: (
) sebagaimana
ditemui di Mushaf Basra dan Kufa.
52. Dalam kolom ini ada
kesalahan, didalam dua kolom pertama kelihatannya perlu
dibetulkan. Saya telah mencoba untuk membetulkannya. Wa Allah
A'lam.
53. Saya maksudkan riwayar Hafs
dari ' Asim.
54. Abu 'Ubaid, Fada'il,
hlm. 333; lihat juga ad-Dani, al-Muqni, hlm. 118-9.
55. Ini juga adalah metodologi
para muhaddithin (ahli hadith) yang terdahulu. Dalam
membandingkan beberapa naskah hadith yang sama manuskripnya,
mereka baik menyebutkan satu naskah tanpa merujuk kepada
perbedaan, atau menyebutkan semua perbedaan didalam teksnya
sendiri daripada menempatkan catatan di tepi. Contohnya dalam
Sahih muslim, hadith tentang salat no. 245 hanya menunjukkan
riwayat Ibn Numair; tiga hadith sebelumnya (salat no. 242), dan
menyediakan semua riwayat yang berbeda dan meletakkannya dalam
teks utama.
56. Lihat Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 330.
57. Lihat contohnya Abu 'Ubaid, Fada'il,
hlm. 328-333; lihat juga ad-Dani, al-Muqni, hlm. 112-4.
58. Ini termasuk Ibn al-Qesim, Ashhab, ibn Wahb, Ibn 'Abdul-Hakam,
dan lain-lain.
59. Ibn Hajar, Taqrib at-Tahzib, hlm. 517,
entri no. 6443.
60. ad_Dani, al-Muhkam, hlm. 17
61. Contoh pemisah surah dan ayat dari beberapa
mushaf disediakan di bab yang akan datang. Di samping itu, saya
peroleh pernyataan ini dari A. Grohmann, "Saya menyarankan bahwa
untuk pemisah surah mereka diambil dari manuskrip Greek atau
Suriah, yang ditulis dipermulaan... " ( A. Grohmann, "The
problem of Dating Early Qur'an", Der Islam, Band 33, Heft 3, hlm.
228-9). Ini merupakan mengada-ada dan memudahkan bagaimana
kesungguhan Orientalis dalam mengutangi budaya orang lain kepada
keberhasilan setiap Muslim-sampai pada masalah sekecil mungkin
seperti memisahkan satu ayat dari ayat berikutnya dengan sebuah
titik!
62. Ad-Dani, dalam bukunya al Muqni, hlm.
116) menyebutkan empat perbedaan antara Mushaf Malik dan Madinah,
dan "selebihnya Mushaf Malik berdasarkan pada Mushaf madinah
sebagaimana dijelaskan oleh Isma'il bin Ja'far ad-Madani". Oleh
karena itu, dalam menyiapkan carta saya telah memanfaatkan karya
al-Madani. (lihat Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 328-9; ad
Dani, al-Muqni, hlm. 112-4)
63. Berdasarkan kepada riwayat Hafs dari 'Asim.
64. Lihat Ibn Mujahid, Kitab as-Sab'a, hal. 390.
Ibn Kathir, Nafi, dan ibn 'Amir membaca:
(
) sebagai mana
ditemui di Mushaf Makkah, Madinah dan Suriah. Sedangkan Abu 'Amr
membaca: (
) sebagaimana ditemui di Mushaf Basra dan Kufa.
65. Dalam kolom ini kelihatannya ada kesalahan.
Daftar itu ( yang aslinya disediakan oleh ad-Dani untuk
menunjukkan perbedaan antara Mushaf Malik dan Madinah)
mengandungi ayat ini juga, tetapi tidak menunjukkan perbedaan
diantara kedua Mushaf. Selagi teks ini tetap dicetak, walau
bagaimanapun saya harus menyimpulkan bahwa kata itu dalam Mushaf
Malik seharusnya
.66. Ibn Shabba,
Tarikh al-Madina, hlm. 1002.
|
|