BAB 18 :
ORIENTALIS DAN AL-QURAN
The History of The Qur'anic Text hal 349 - 356
6. Puin dan Bagian-Bagian Manuskrip
San'a'
Dalam sumbangannya terhadap Al-Qur'an sebagai
Text, Dr. Gerd-R. Joseph Puin menyindir adanya kekhususan yang ia jumpai
dalam kumpulan manuskrip Yaman:34
-
Penulisan alif yang tidak sempurna. Ini
tampak lebih umum pada bagian-bagian manuskrip San'a' dibandingkan dengan yang
lain.
-
Perbedaan letak pemisah ayat pada ayat-ayat tertentu.
-
Penemuan `terbesar' adalah satu bagian yang mana
akhir surah 26 setelahnya diikuti oleh surah 37.
Dalam menulis "What is the Koran?" (Apa itu
AI-Qur'an?) edisi Januari, 1999, dalam majalah The Atlantic Monthly, Toby
Lester begitu kental mengandalkan pada penemuan Dr. Puin.. Salah seorang tokoh
penting dalam memulihkan Mushhaf-Mushaf di San'a', Yaman,35
Dr. Puin menemukan dirinya, dan juga bagian-bagian manuskrip Yaman, tiba-tiba
menjadi sorotan melalui publikasi artikelnya. Kata-kata Lester kadang-kadang
memicu sensasi yang menyenangkan dan juga luapan kemarahan yang mendalam
mengenai karya Puin itu, tergantung apakah seorang berbicara kepada Orientalis
atau Muslim yang taat, makanya, guna meredam kemarahan kaum Muslimin dan
mengikis ketidak percayaan, Puin telah menulis satu surat panjang dalam bahasa
Arab kepada al-Qadi al-Akwa` dari Yaman. Surat itu kemudian muncul dalam harian
ath-Thawrah, dan saya reproduksi di pelbagai tempat.36
Sambil memuji Mushaf-Mushaf San'a' dan bagaimana ia menguatkan posisi kaum
Muslimin, namun ia juga menulis dengan gaya yang sangat halus dan sekaligus
ingin mengelabui seluruh sejarah Al-Qur'an. Berikut ini adalah terjemahan
sebagian surat itu yang berkaitan dengan tema ini:
Peninggalan-peninggalan [Mushaf tua ini] secara
ilmiah meyakinkan berasal dari abad pertama setelah Hijrah! Karena keberadaan
manuskrip-manuskrip tersebut di San'a', ...[kita memiliki] satu-satunya bukti
monumental tentang penyelesaian tulisan Al-Qur'an pada abad pertama Hijrah, dan bukan, seperti yang ditudingkan oleh para ilmuwan non-Muslim, pada abad ketiga
Hijrah! Tentunya, kaum Muslimin akan bertanya apa pentingnya informasi yang
dilangsir oleh seorang ilmuwan non-Muslim, jika kaum Muslimin yakin bahwa Mushaf
yang lengkap sudah ada sejak Khalifah ketiga, `Uthman bin `Affan. Keyakinan
mereka sebenarnya hanyalah satu kepercayaan yang dikemas dalam keimanan yang
baik, karena kita tidak mempunyai naskah ash Mushaf yang ditulis di bawah
pengawasan `Uthman, ataupun naskah-naskah lain yang ia sebar ke negeri-negeri
lain....
Ringkasan beberapa poin penting surat di atas
sebagai berikut:
-
Manuskrip San'a' adalah satu-satunya bukti
monumental tentang penyelesaian penulisan Al-Qur'an pada abad pertama Hijrah,
yang merupakan argumen kuat terhadap tuduhan banyak ilmuwan non-Muslim bahwa ia
baru selesai pada abad ketiga Hijrah.
-
Kaum Muslimin tidak punya bukti bahwa AI-Qur'an
yang Iengkap telah ada sejak zaman pemerintahan 'Uthman: hanya berpijak pada
keimanan yang haik yang selalu dijadikan sandaran.
Kebanyakan tuduhan Puin sudah kita bicarakan:
ketidak sempurnaan dalam penulisan huruf alif sudah kita singgung pada Bab
10 dan 11; kemenangan `terbesar', bagian yang memuat di mana surah 26 diikuti
dengan surah 37, tidaklah begitu unik seperti yang telah saya tunjukkan dari
bagian Mushhaf yang lain, lihat hlm. 73-76. Adapun mengenai kesalahan letak
tanda-tanda pemisah ayat, ketidakserasian dalam bidang ini telah tercatat dan
dibuat klasifikasi oleh para iltnuwan Muslim sejak awal. Satu tuduhan yang belum
sempat kita kupas akan dibahas sesudah ini.
i. Adakah Bagian-Bagian Manuskrip San'a'
Satu-satunya Bukti Lengkapnya Al-Qur an pada Abad Pertama?
Puin melempar dua tuduhan yang saling berkaitan. la
menarik ke belakang tahun penyelesaian penulisan Al-Qur'an yang lengkap dari
abad ketiga kepada abad pertama, tetapi kemudian, dengan menghindar dari segala
sesuatu yang lebih spesifik tentang `abad pertama', secara halus telah membuka
sebuah kerangka waktu yang luas untuk digunakan sekehendaknya.
Tidak semua Orientalis menuding bahwa penulisan
Al-Qur'an terselesaikan pada awal abad ke tiga. Ada beberapa di antara mereka,
seperti Pendeta Mingana, yang ngotot bahwa penulisan Al-Qur'an telah lengkap
pada abad pertama, dan contoh lain, Muir, berpegang bahwa Mushaf yang ada
sekarang adalah sama dengan apa yang diberikan oleh Nabi Muhammad
Kemudian
ada pula al-Hajjaj (w. 95 H.), yang banyak dipuji ilmuwan Barat, karena
menyempurnakan penulisan AI-Qur'an. Semua tahun tergabung dalam abad pertama
Hijrah, dan tidak adanya kepastian dari Puin telah membuka peluang untuk
meletakkan waktu kapan saja dalam periode ini. Ketepatan adalah satu unsur
penting bagi ilmuwan yang sungguh-sungguh, dan kita hendaknya mau mematuhi.
Dengan wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 Hijrah, berarti masa akhir
turunnya wahyu; oleh sebab itu maka dikumpulkan dalam bentuk luaran (external
form) di zaman Abu Bakr (w. 13 H.), di mana ejaan diseragamkan dan
naskah-naskahnya disebarluaskan oleh `Uthman (25-30 H.) Inilah pandangan kaum
Muslimin. Mereka tidak pernah mengatakan bahwa Al-Qur'an yang lengkap tidak
pernah terwujud sehingga ke zaman `Uthman, dan jika Puin mengatakan demikian,
berarti tidak mewakili pendapat kaum Muslimin.
Lusinan manuskrip Al-Qur'an abad pertama tersedia di
berbagai perpustakaan di seluruh dunia;37
Dugatan prihadi saya bahwa di seluruh dunia tersedia sekitar satu perempat juta
baik sehagian atau keseluruhan manuskrip Mushaf yang meliputi semua zaman.38
Di bawah ini adlalah daftar manuskrip yang semuanya menunjuk pada abad pertama
hijrah. Dalam pengumpulannya, saya berpijak pada karya K. `Awwad,39
saya hanya mengambil Mushaf abad pertama dari daftar yang ia sajikan (ditandai
dengan nomor yang tebal) dan kemudian disusun kembali sesuai dengan urutan nama.40
-
[1] Satu naskah dinisbatkan pada
Khalifah `Uthman bin `Affan. Amanat Khizana, Topkapi Saray, Istanbul,
no. 1.
-
[2] Naskah yang lain dikaitkan dengan
`Uthman bin `Affan. Amanat Khizana, Topkapi Saray, no. 208. Naskah ini
mempunyai 300 folio dan bagian kedua jilidnya hilang.
-
[3] Naskah lain dikaitkan dengan `Uthman
bin `Affan. Amanat Khizana, Topkapi Saray, no. 10. la hanya 83 folio
dan mengandung catatan-catatan yang ditulis dalam bahasa Turki yang
menyebutkan penyalinnya.
-
[12] Dinisbatkan kepada Khalifah `Uthman
di Musim Seni Islam, Istanbul. Ada folio yang hilang pada bagian awal,
pertengahan, dan akhir. Dr al-Munaggid telah meletakkan abad pertama
waktunya pada paruh kedua
-
[43] Dinisbatkan kepada Klalifah 'Uthman di Tashkent, 353 fulio.
-
[46] Naskah yang berukurun hesar
dengan 1000 halaman, ditulis antara 25_31 11. di Raw:iq al-Magharibah,
al-Azhar, Kairo.
-
[58] Dinishatkan kepada Khalifah 'Uthman.
Perpustakaan Negara Mesir, Kairo.
-
[4] Dikaitkan dengan Khalifah 'All bin
Abi Talib di atas palimpsest. Muresi Kutuphanesi, Topkapi Saray, no.
36E.H.29. Ada 147 folio.
-
[5] Dikaitkan dengan Khalifah `.
Amanat Khizana, Topkapi Saray, no. 33. Hanya ada 48 folio.
-
[11] Dikaitkan dengan Khalifah 'All.
Amanat Khizana, Topkapi Saray, no. 25E.H.2. Mengandung 414 folio.
-
[37] Dikaitkan dengan Khalifah `Ali.
Perpustakaan Raza, Rampur, India, no. 1. Mengandungi 343 folio.
-
[42] Dikaitkan dengan Khalifah 'All,
San'a', Yaman.
-
[57] Dikaitkan dengan Khalifah `Ali,
al-Mashhad al-Husaini, Kairo.
-
[84] Dikaitkan dengan Khalifah `Ali,
127 folio. Najaf, Iraq
-
[85] Dikaitkan dengan Khalifah 'All.
Juga di Najaf, Iraq.
-
[80] Disandarkan pada Husain bin 'All
(w. 50 H.), 41 folio, Mashhad, Iran.
-
[81] Disandarkan pada Hasan bin 'All,
124 folio, mashhad, Iran, no. 12.
-
[86] Dinisbatkan pada Hasan bin 'All,
124 folio. Najaf, Iraq.
-
[50] Satu naskah, 332 folio,
berkemungkinan besar dari awal paruh pertama abad pertama.
Perpustakaan Negara Mesir, Kairo, no. 139 Masahif.
-
[6] Dikaitkan dengan Khudaij bin
Mu'awiyah (w. 63 H.) ditulis tahun 49 H. Amanat Khizana, Topkapi Saray,
no. 44. Mempunyai 226 folio.
-
[8] Sebuah Mushaf bertulisan Kufi
ditulis tahun 74 H. Amanat Khizana, Topkapi Saray, no. 2. Mempunyai
406 folio.
-
[49] Sebuah naskah ditulis oleh al-Hasan
al-Basri tahun 77 H. Perpustakaan Negri Mesir, Kairo, no. 50 Masahif.
-
[13] Sebuah naskah di Museum Sent
Islam, Istanbul, no. 358. Menurut Dr. al-Munaggid ia berasal dart
akhir abad pertama.
-
[75] Sebuah naskah dengan 112 folio.
Museum Inggris, London.
-
[51] Sebuah naskah dengan 27 folio.
Perpustakaan Negara Mesir, Kairo, no. 247.
-
[96] Sekitar 5000 folio dari berbagai
manuskrip di Bibliotheque Nationale de France, kebanyakan dari abad
pertama. Salah satunya, Arabe 328(a), baru-baru ini diterbitkan dalam
bentuk edisi faksimile.
Ini bukan daftar lengkap: untuk
mendapatkan koleksi pribadi dapat mengakibatkan temperamen yang
bukan-bukan bagi pemiliknya, dan kaum Muslimin secara umum tidak dapat
memperlakukan hal yang sama seperti yang dialami oleh Lembaga Munster
untuk Kajian Teks Perjanjian Baru yang terdapat di Jerman.41
Koleksi yang terdapat pada Tiirk ve Islarn F.serleri Miiresi di
Istanbul, yang secara potensi lebih penting dari manuskrip San'a',
masih menunggu kehadiran para ilmuwan yang berdedikasi. Terlepas dari
rasa keberatan, daftar di atas menunjukkan banyak Mushaf yang lengkap
(dan yang agak lengkap) yang masih bertahan sejak zaman awal Islam,
dan satu di antaranya, mungkin terdapat yang lebih tua dari Mushaf `Uthman.
Walaupun tentunya terdapat sebuah khazanah
agung yang menyimpan kekayaan ortografi yang rada aneh-aneh,
Mushaf-Mushaf yang terdapat di San'a' tidak menambah sesuatu yang baru
atau bukti penting yang telah menunjukkan penyelesaian penulisan
Al-Qur'an pada awal beberapa dasawarsa Islam.
7. Kesimpulan
Schacht, Wansbrough, Noldeke, Hirschfeld,
Jeffrey, Flugel, Blachere, Guillaume, Mingana, dan Puin bukan
satu-satunya dalam rencana busuk yang mereka lakukan; semua Orientalis
mesti, walaupun dalam batas-batas tertentu mengalami perbedaan,
berlaku curang jika ingin meraih kesuksesan dalam memalsukan AI-Qur'an,
baik dengan mengadakan perubahan, sengaja membuat kesalahan
terjemahan, pura-pura bego, menggunakan referensi palsu, atau berbagai
cara lain. Prof. James Bellamy baru-baru ini menulis beberapa artikel
untuk `memperbaiki' kesalahan penulisan yang terdapat dalam teks,42
dan dalam upaya seperti itu ia bukan satu satunya tokoh; beberapa
waktu yang lalu telah menyaksikan meningkatnya paduan suara Orientalis
ingin merevisi Al-Qur'an secara sistematis. Hans Kung, pakar teologi
Kristen Katolik yang menurutnya, diskursus Islam telah terbentur jalan
buntu, maka pada tahun 1980-an ia mengusulkan agar kaum Muslimin mau
mengakui elemen kemanusiaan yang ikut bermain pada Kitab Suci
Al-Qur'an .43
Demikian halnya dengan KCnneth ('rugg,
seorang penrunpin gereja Anglican, mondesak kaum Muslimin untuk
memikirkan kembali konsep wahyu tradisional Islam, '.rnungkin sebagai
konsesi bagi kaum Muslimin dalam semangat pluralisme dialog antar
kepercayaan saat ini."44
Dalam tulisannya yang
kemudian diberi judul "The Historical Geography of the Qur'an", ia
mengusulkan untuk memusnahkan ayat-ayat Madani (karena penekanan pada
aspek hukum dan politik) dan mengambil ayat-ayat Makiah yang umumnya
lebih mementingkan iman terhadap keesaan Tuhan, sambil menyatakan
secara tidak langsung bahwa Islam politik tidak mempunyai tempat dalam
alam demokrasi sekuler dan juga Hukum Romawi. Pemusnahan ini, ia
berspekulasi, dapat dipaksakan dengan pengajuan appeal untuk
mendapatkan consensus orang-orang berpikiran dangkal tanpa
menghiraukan pendapat para ilmuwan Muslim.45
Al-Qur'an menyatakan:
"Dan Kami turunkan kepadamu
peringatan [Al-Qur'an], agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan."46 |
Nabi Muhammad
akan selamanya tinggal sebagai satu-satunya manusia yang ditugaskan
untuk menerangkan isi Kitab Suci ini; sunnahnya juga merupakan
pembimbing praktis dalam melaksanakan Al-Qur'an dan sebagai referensi
yang menentukan diterima atau tidaknya satu penafsiran. Dalam upaya
memisahkan Al-Qur'an dan Sunnah, lebih-lebih lagi satu bagian
Al-Qur'an (ayat Makiah) dengan yang lain (ayat Madaniah), para
Orientalis benar-benar tidak peduli dengan undang-undang yang mengatur
seluruh hukum dan ketetapan, dan merintangi orang-orang terpelajar
memainkan tulisannya dalam masalah ini serta tidak memberi sesuatu
yang berarti bagi masyarakat awam. Teori-teori mereka secara tersirat
menyatakan siapa saja boleh menurunkan ketinggian nilai derajat
Perintah-Perintah Allah, meskipun diracik dengan hukum negara sekuler,
tetap tak akan jadi masalah.
Dengan kerusakan kitab suci, tanpa alasan,
mereka jadikan sebagai norma kehidupan, para ilmuwan Barat memaksa
ingin mengguyur Al-Qur'an ke dalam lumpur hitam tanpa menyadari bahwa
hasrat yang mereka dambakan hendak mendiskreditkan terhadap sesuatu
yang pasti dan terpelihara secara sempurna, tidak mungkin dapat
terwujud. Dalam hal ini Hartmut Bobzin menulis,
Polemik orang-orang Kristen terhadap AI-Qur'an
atau Islam secara keseluruhan lebih diminati oleh orang Eropa `Geistsgeschichte'
daripada untuk kepentingan studi Islam dalam arti yang lebih mendalam.
Kebanyakan kajian yang diangkat berulang kali tidak ada kaitannya
dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.47
Ia menggunakan analogi kelompok Guardi, di
abad ke-18 Italia, yang membuat satu seri `lukisan-lukisan Turki'
dengan cara menirukan artis kontemporer dengan gaya yang khas.
Oleh karena itu, `Oriental subjets' [orang
timur] seperti yang dilukiskan oleh Guardi dan kawan-kawan, kebanyakan
merupakan contoh khayalan bagaimana semestinya dunia Timur harus
dilihat.48
Apa yang jadi keinginan Guaardi tidak jauh
beda dengan potret para Orientalis dalam melukiskan Islam; suatu
hasrat ingin tahu yang memicu penelitian para Orientalis berseberangan
dengan keimanan kaum Muslimin, karena dalam fantasi bagaimana dunia
Timur itu "seharusnya dilihat" telah disulap ke dalam dunia politik
yang berlainan.
34. Lihat G.R. Puin, "Observation on Garly Qur'an
Manuscripts in San'a'", dalam S. Wild (ed.), The Qur'an as Text, hlm.
111.
35. Untuk penjelasan yang Iebih terperinci lihat al-Qadi
al-Akwa', "Masjid San'a: Monumen Islam Terkemuka di Yamani', dalam Masahif San'a',
hlm. 9-24 (Bagian bahasa Arab).
36. Keseluruhan teks telah diterbitkan pada keluaran
24-11-1419 H. Saya telah mengemukakan sebagiannya pada Bab I (Gambar 1.1).
37. Yang menarik adalah adanya sekitar 2327 naskah Sahih
al-Bukhari di seluruh dunia, sebagaimana disebutkan dalam katalog al-Fihris
as-Shamil li at-Turath al-'Arabi al-Islami al-Makhtut: al- adith an-Nabawi
ash-Sharif wa 'Ulumuhu wa Rijaluhu [AI al-Bait Foundation, 'Amman, 1991, I:
493-565]. Melihat pada bilangan yang banyak itu (walaupun katalog tidak selalu
tepat dan lengkap), maka tidak salah untuk memperkirakan bilangan manuskrip
Mushaf itu berlipat kali ganda dari bilangan Sahih Bukhari.
38. Bilangan ini agak kccil, dan scbcnarnya ia bisa Icbih dari
itu. Kolcksi pada Turk ve Islam Fscrlcri Muzcsi di Istanbul dipcrkirakan
mcngandung 210000 folio [F. Deroche, "The Qur'an of Amagur", Manuscripts of
the Middle East, Leiden, 1990-91, jid. 5, hlm. 59]. Lantas, "Dengan sekitar
40 ribu Lembar perkamen kuno dan kertas teks Qur'an dari Masjid Besar San'a yang
ada di tangan...." [G.R. Puin. "Methods of Research on Qur'anic Manuscripts: A
Few Ideas", dalam Masahif San'a', hlm. 9]. Ada juga koleksi bilangan
besar selainnya dibelahan dunia yang lain.
39. K. 'Awwad, Aqdam al-Makhtutat al-'Arabiyyah fi Maktabat
al-'Alam, hlm. 31-59.
40. Ada beberapa masalah yang perlu dikemukakan mengenai
daftar ini:
- Meskipun kebanyakan Mushaf ini dianggap telah ditulis oleh
orang ini dan itu, kita tidak dapat memastikan dan menolaknya karena
manuskripnya tidak memberikan keterangan mengenai hal itu. Sumber-sumber lain,
kebanyakan tanpa nama, yang memberi identitas penulisnya. Oleh karena itu, untuk
memperkirakan tanggal, kita mesti melakukan penyelidikan sendiri. Apabila sebuah
Mushaf didasarkan kepada 'Uthman, dll., bisa jadi berarti penyalinnya telah
menulis dari sebuah Mushaf yang disebarluaskan oleh 'Uthman.
- Banyak tulisan-tulisan baru yang kembali ditemukan membantu
kita dalam melacak perkembangan sebuah tulisan. Menurut urutan tanggalnya,
tulisan yang tampak tidak bagus tidak semestinya Iebih awal dari tulisan yang
bagus dan menarik, saya sendiri pernah menemui satu contoh hal itu: satu tulisan
yang bentuknya buruk di Istana Baraqa dihadapkan dengan tulisan yang Iebih rapi
dan Iebih awal dari kawasan yang sama. [Ibrahim Jum'ah, Dirasat fi Tatawwur
al-Kitabah al-Kufiyyah, hlm. 127]. Sebuah Mushaf yang ditulis dengan tulisan
yang indah tidak berarti ia dihasilkan belakangan; tapi sayangnya inilah sikap
yang diambil oleh al-Munaggid dan yang lainnya, yang menerima begitu saja
terhadap teori yang belum diuji.
41. Fungsi utama kantor ini adalah mencatat sctiap manuskrip
Perjanjian Baru, baik itu potongan kecil berukuran 20 cm atau di atas Iektionari.
Lihat B. Metzger, The Text of the New Testament, hlm. 260-263.
42. Lihat "AI-Raqim or al-Ruqud? A Note on Surah 18:9",
JAOS, jld. cxi (1991), hlm. 115-17;
"Fa-Ummuhu
Hawiyah: A Note on Surah 101:9", JAOS, jld. cxii (1992), hlm. 485-87;
"Some Proposed Emendations to the Text of the Koran", JAOS, jld. exiii
(1993), hlm. 562-73; dan "More Proposed Emendations to the Text of the Koran",
JAOS, jld. cxvi (1996), hlm. 196-204.
43. Peter Ford, "The Qur'an as Sacred Scripture," Muslim
World, jld. Ixxxiii, no. 2, April 1993, hlm. 156.
44. A. Saccd. "Rethinking 'Revelation' as a Precondition for
Reinterpreting the Qur'an : A Qur'anic Perspective", JQS, 1: 93, sambil mengutip
K. Cragg, Troubled by Truth, Pentland Press, 1992, hlm. 3.
45. Ibid, l: 81-92.
46. AI-Qur'an 16: 44.
47.
H. Bobzin, "A Treasury of Heresies", dalam S. Wild (cd.), The Qur'an as
Text, hlm. 174.
48.
Ibid., hlm. 174. Tulisan miring adalah tambahan.
|
|