BAB 5 :
REKAMAN DAN PENYUSUNAN AL-QUR'AN
The
History of The Qur'anic Text hal 71 - 76
1.
Selama Periode Mekah
Kendati diwahyukan
secara lisan, Al-Qur'an sendiri secara konsisten menyebut sebagai
kitab tertulis. Ini memberi petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat
dalam tulisan. Pada dasarnya ayat-ayat Al-Qur'an tertulis sejak awal
perkembangan Islam, meski masyarakat yang baru lahir itu masih
menderita berbagai permasalahan akibat kekejaman yang dilancarkan oleh
pihak kafir Quraish. Berikut cerita `Umar bin al-Khattab sejak ia
masuk Islam yang akan kita pakai sebagai penjelasan masalah ini:
Suatu hari 'Umar
keluar rumah menenteng pedang terhunus hendak melibas leher Nabi
Muhammad. Beberapa sahabat sedang berkumpul dalam sebuah rumah di
bukit
Safa. Jumlah mereka sekitar empat puluhan termasuk kaum wanita. Di
antaranya adalah paman Nabi Muhammad, Hamza, Abu Bakr, 'All, dan juga
lainnya yang tidak pergi berhijrah ke Ethiopia. Nu'aim secara tak
sengaja berpapasan dan bertanya ke mana 'Umar hendak pergi. "Saya
hendak menghabisi Muhammad, manusia yang telah membuat orang Quraish
khianat terhadap agama nenek moyang dan mereka tercabik-cabik serta ia
(Muhammad) mencaci maki tata cara kehidupan, agama, dan tuhan-tuhan
kami. Sekarang akan aku libas dia." "Engkau hanya akan menipu diri
sendiri `Umar, katanya." "Jika engkau menganggap bahwa ban! `Abd Manaf
mengizinkanmu menapak di bumi ini hendak memutus nyawa Muhammad, lebih
baik pulang temui keluarga anda dan selesaikan permasalahan mereka." `Umar
pulang sambil bertanya-tanya apa yang telah menimpa keluarganya.
Nu'aim menjawab, "Saudara ipar, keponakan yang bernama Sa`id serta
adik perempuanmu telah mengikuti agama baru yang dibawa Nabi Muhammad.
Oleh karena itu, akan lebih baik jika anda kembali menghubungi mereka."
`Umar cepat-cepat memburu iparnya di rumah, tempat Khabba sedang
membaca Surah Taha dari sepotong tulisan Al-Qur'an. Saat mereka
dengar suara 'Umar, Khabba lari masuk ke kamar kecil, sedang Fatima
mengambil kertas kulit
yang bertuliskan Al-Qur'an dan diletakkan di bawah
pahanya...
1
Kemarahan 'Umar
semakin membara begitu mendengar saudara-saudaranya masuk Islam.
Keinginan membunuh orang yang beberapa saat sebelum itu la tuju
semakin menjadi jadi. Masalah utama dalam cerita ini berkaitan dengan
kulit kertas bertulisan Al-Qur'an, Menurut Ibn 'Abbas ayat-ayat yang
diturunkan di Mekah terekam dalam bentuk tulisan sejak dari sana,2
seperti dapat dilihat dalam ucapan az-Zuhri.3
'Abdullah bin Sa'd bin 'Abi as-Sarh, seorang yang terlibat dalam
penulisan Al-Qur'an sewaktu dalam periode ini,4
dituduh oleh beberapa kalangan sebagai pemalsu ayat-ayat Al-Qur'an (suatu
tuduhan yang seperti telah saya jelaskan sama sekali tak berdasar).5
Orang lain sebagai penulis resmi adalah Khalid bin Sa'id bin al-'As di
mana ia menjelaskan, "Saya orang pertama yang menulis 'Bismillah
ar-Rahman ar-Rahim' (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang).6
Al-Kattani mencatat
peristiwa ini: Sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah
al-'Aqaba, Nab! Muhammad menyerahkan semua ayat-ayat yang
diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika kembali ke Madinah, Rafi`
mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakan di depan mereka.7
2.
Selama Periode Madinah
i. Penulis Wahyu Nabi Muhammad
Pada periode Madinah
kita memiliki cukup banyak informasi termasuk sejumlah nama, lebih
kurang enam puluh lima sahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad
bertindak sebagai penulis wahyu. Mereka adalah Abban bin Sa'id,
Abu Umama, Abu Ayyub al-Ansari, Abu Bakr as-Siddiq, Abu Hudhaifa, Abu
Sufyan, Abu Salama, Abu 'Abbas, Ubayy bin Ka'b, al-Arqam, Usaid bin
al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, Thabit bin Qais, Ja` far bin Abi
Talib, Jahm bin Sa'd, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala,
Huwaitib, Khalid bin Sa'id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-`Awwam,
Zubair bin Arqam, Zaid bin Thabit, Sa'd bin ar-Rabi`, Sa'd bin `Ubada,
Sa'id bin Sa`id, Shurahbil bin Hasna, Talha, `Amir bin Fuhaira, `Abbas,
`Abdullah bin al-Arqam, `Abdullah bin Abi Bakr, `Abdullah bin Rawaha,
`Abdullah bin Zaid, `Abdullah bin Sa'd,
'Abdullah
bin 'Abdullah, 'Abdullah bin 'Amr, 'Uthman bin 'Affan, Uqba, al-'Ala
bin 'Uqba, 'All bin Abi Talib, 'Umar bin al-Khattab, 'Amr bin al-'As,
Muhammad bin Maslama, Mu'adh bin Jabal, Mu'awiya, Ma'n bin 'Adi,
Mu'aqib bin Mughira, Mundhir, Muhajir, dan Yazid bin Abi Sufyan.8
ii. Nabi Muhammad
Mendiktekan AI-Qur' an
Saat wahyu turun, Nabi
Muhammad secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan agar
mencatat ayat itu.9
Zaid bin Thabit menceritakan sebagai ganti atau mewakili peranan dalam
Nabi Muhammad, la sering kali dipanggil diberi tugas penulisan saat
wahyu turun.10
Sewaktu ayat al-jihad turun, Nabi Muhammad memanggil Zaid bin Thabit
membawa tinta dan alat tulis dan kemudian mendiktekannya; 'Amr bin Um-Maktum
al-A'ma duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad, "Bagaimana tentang saya?
Karena saya sebagai orang yang buta." Dan kemudian turun ayat, "ghair
uli al-darar"11
(bagi orang-orang yang bukan catat).12
Tampaknya tak ada bukti pengecekan ulang setelah mendiktekan. Saat
tugas penulisan selesai, Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad
agar yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.13
iii. Tradisi Penulisan Al-Qur'an di
Kalangan Sahabat
Praktik yang biasa
berlaku di kalangan para sahabat tentang penulisan AI-Qur'an,
menyebabkan Nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu darinya
kecuali Al-Qur'an, "dan siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain
Al-Qur'an, maka la harus menghapusnya."14
Beliau ingin agar Al-Qur'an dan hadith tidak ditulis pada halaman
kertas yang sama agar tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan.
Sebenarnya bagi mereka yang tak dapat menulis selalu hadir juga di
masjid memegang kertas kulit dan minta orang lain secara suka rela mau
menuliskan ayat Al-Qur'an.15
Berdasarkan kebiasaan Nabi Muhammad memanggil juru tulis ayat-ayat
yang baru turun, kita dapat menarik anggapan bahwa pada masa kehidupan
beliau seluruh Al-Qur'an sudah tersedia dalam bentuk tulisan.
3.
Susunan Al-Qur'an
i. Susunan
Ayat ke dalam Surah
Diakui secara umum
bahwa susunan ayat dan surah dalam Al-Qur'an memiliki
keunikan yang luar biasa. Susunannya tidak secara urutan saat wahyu
diturunkan dan subjek bahasan. Rahasianya hanya Allah Yang Mahatahu,
karena Dia sebagai pemilik kitab tersebut. Jika seseorang akan
bertindak sebagai editor menyusun kembali kata-kata buku orang lain
misalnya, mengubah urutan kalimat akan mudah memengaruhi seluruh
isinya. Hasil akhir tidak dapat diberikan pada pengarang karena hanya
sang pencipta yang berhak mengubah kata-kata dan materi guna menjaga
hak-haknya.
Demikian halnya Kitab
Allah, karena Dia sebagai pencipta tunggal clan Dia sendiri yang
memiliki wewenang mutlak menyusun seluruh materi. Al-Qur'an sangat
tegas dalam masalah ini:
"Sesungguhnya atas tanggungan
Kami mengumpulkan (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya
itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan
Kami menjelaskannya."16
|
Maka guna menjelaskan isi kandungan ayat-ayat itu, Allah menugaskan
Nabi Muhammad sebagai penerima mandat. Dalam hal ini Al-Qur' an
memberi penjelasan,
"Dan Kami telah turunkan kepada
engkau (Muhammad) berupa peringatan agar engkau menjelaskan
kepada manusia apa-apa yang telah diturunkan pada mereka."17 |
Hak istimewa ini,
Allah berikan wewenang atau hak otoritas pada Nabi Muhammad agar
memberi penjelasan pada umatnya.18
Hanya Nabi Muhammad, melalui keistimewaan dan wahyu ketuhanan, yang
dianggap mampu menyusun ayat-ayat ke dalam bentuk keunikan Al-Qur'an
sesuai kehendak dan rahasia Allah. Bukan komunitas Muslim secara
kolektif dan bukan pula perorangan memiliki legitimasi kata akhir
dalam menyusun Kitab Allah.
Kitab Al-Qur'an
mencakup surah-surah panjang dan yang terpendek terdiri atas 3 ayat,
sedangkan paling panjang 286 ayat. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa
Nabi Muhammad memberi instruksi kepada para penulis tentang letak ayat
pada setiap surah. `Uthman menjelaskan baik wahyu itu mencakup ayat
panjang maupun satu ayat terpisah, Nabi Muhammad selalu memanggil
penulisnya clan berkata, "Letakkan ayat-ayat tersebut ke dalam surah
sepetrti yang beliau sebut."19
Zaid bin Thabit menegaskan, "Kami akan kumpulkan Al-Qur'an di depan
Nabi Muhammad."20
Menurut `Uthman bin Abi al-'As, Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad
memberi perintah akan penempatan ayat tertentu.21
-
'Uthman bin AM
al-'As melaporkan bahwa saat sedang duduk bersama Nabi Muhammad
ketika beliau memalingkan padangan pada satu titik dan kemudian
berkata, "Malaikat Jibril menemuiku dan meminta agar menempatkan
ayat ini:
22 pada bagian surah tertentu.23
-
AI-Kalbi melaporkan
dari
Abu Sufyan tentang Ibn 'Abbas tentang ayat,
"Dan peliharalah dirimu dari
(azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua
dikembalikan kepada Allah."24.
|
Ia menjelaskan, "Ini adalah ayat terakhir yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad. Malaikat Jibril turun dan minta meletakannya setelah
ayat ke dua ratus delapan puluh dalam Surah al-Baqarah."25
-
Ubbay bin Ka'b menjelaskan, "Kadang-kadang permulaan surah itu
diwahyukan pada Nabi Muhammad, kemudian saya menuliskannya, dan
wahyu yang lain turun pada beliau lalu berkata, "Ubbay! Tulislah ini
dalam surah yang menyebut ini dan itu.' Dalam kesempatan lain wahyu
diturunkan pada beliau dan saya menunggu perintah yang hendak
diberikan sehingga beliau memberi tahu tempat yang sesuai dari
suatu ayat.26
-
Zaid
bin Thabit memberi penjelasan, "Sewaktu kami bersama Nabi Muhammad
mengumpulkan Al-Qur'an kertas kulit beliau berkata,
"Mudah-mudahan Sham mendapat
berkah"27
Kemudian beliau ditanya, 'Mengapa demikian wahai Nabi Allah?' Beliau
menjawab,
'Karena
para Malaikat yang Maha Rahman telah melebarkan s
kepadanya."28
Dalam hadith ini kita
catat Nabi Muharnmad selalu melakukan pengawasan dalam pengumpulan dan
susunan ayat-ayat Qur'an
-
Kita dapat melihat
bukti
yang sangat jelas bahwa bacaan surah dalam shalat lima waktu. Tidak
boleh bacaan umum menyalahi urutan ayat-ayat yang telah disepakati
dan tidak pernah terjadi peristiwa shalat berjamaah akan adanya
perbedaan pendapat dengan imam tentang urutan ayat-ayat baik di masa
Nabi Muhammad maupun sekarang. Nabi Muhammad kadang-kadang membaca
satu surah sampai habis pada shalat jum'ah.29
Bukti
lain dapat dilacak dari
beberapa hadith yang mengatakan kepada sahabat telah mengenal permulaan
dan akhiran surah-surah yang ada.
-
Nabi Muhammad memberi komentar
kepada 'Umar, "Akhir ayat-ayat dari Surah an-Nisa' akan dianggap
cukup buatmu (dalam menyelesaikan masa]ah warisan). "30
-
Abu Mas'ud al-Badri memberi laporan
bahwa Nabi Muhammad bersabda, 'Ayat terakhir dari Surah al-Baqarah
dapat mencukupi bagi siapa saja yang membaca di waktu malam."31
-
Ibn `Abbas mengingatkan, "Sewaktu
saya bermalam di rumah, Maimuna (istri Nabi Muhammad), saya
mendengar beliau terbangun dari tidur lalu membaca sepuluh ayat
terakhir dari Surah 'Ali' Imran."32
1. Ibn Hisham, Sira, vol.l-2,
hlm. 343-46.
2. Ibn Durais, Fada'il AI-Qur'an,
hlm. 33.
3. Az-Zuhri, Tanzil AI-Qur'an,
32; Ibn Kathir, al-Bidaya v: 340, Ibn Hajar, Fathul
Bari, ix: 22.
4. Ibn Hajar, Fathul Bari,
ix: 22.
5. Untuk lebih jelas, harap
dilihat M.M. al-A'zami, Kuttab an-Nabi, Edisi ke-3, Riyad,
1401 (1981), hlm.83-89.
6. As-Suyuti, ad-Dur al-Manthur,
i: 11.
7. Al-Kattani, al-Tarat76
al-Idariya, 1: 44, dengan mengutip pendapat Zubair bin
Bakkar, Akhbar al-Madina.
8. Untuk lebih jelas harap
dilihat M.M, A'zami, Kuttab an-Nabi.
9. Abu 'Ubaid , Fada'il,
hlm. 280; Lihat juga Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 22, mencatat
pendapat `Uthman dengan merujuk pada Sunan at-Tirmidhi,
an-Nasa'i, Abu Dawud, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak.
10. Ibn AM Dawud, al-Masahif,
hlm.3; Lihat juga al-Bukhari, Sahih, Fada'il Al-Qur'an:
4.
11. Qur'an, 4: 95.
12. Ibn Hajar, Fath al Bari ,
ix: 22; as-Sa'ati, Minhat al-Ma'bud, ii: 17.
13. As-Suli, Adab ul-Kuttab,
hlm. 165; al-Haithami, Majma` az-Zawaid, i: 52.
14. Muslim, Sahih, az-Zuhd:
72; juga lihat Ibn Dawud, al-Masahif, hlm. 4. Untuk lebih
terperinci dapat dilihat M.M. al-A'zami, Studies in Early
Hadith Literature, American Trust Publications, Indiana,
198768, hlm. 22-24.
15. Lihat al-Baihaqi, Sunan
al-Kubra, vi: 16.
16. Qur'an, 75: 17-19.
17. Qur'an, 16:44.
18. Sebagaimana tersebut
sebelumnya, dalam hal ini Sunnah nabi berfungsi sebagai
penegasan terhadap Al-Qur'an di mana baik secara lisan mau pun
praktik di bawah asuhan atau bimbingan Allah ft. Tak ada seorang
pun yang dapat memiliki hak wewenang untuk menolak posisinya
yang benar.
19. Lihat at-Tirmidhi, Sunan,
no.3086; juga al-Baihaqii ii: 42, Ibn Hanbal, Musnad, i:
69, Abu Dawud, Sunan, i: 290; al-Hakim, al-Mustadrak,
i:221, Ibn Hajar, Fathul Biri, ix: 22; Lihat juga Abu
'Ubaid, Fada'il, hlm. 280.
20. Lihat at-Tirmidhi, Sunan,
Manaqib:141, no.39 Lihat at-Tirmidhi, Sunan, Manaqib:141,
no.39. Lihat at-Tirmidhi, Sunan,
Manaqib:l41, no.3954; Ibn Hanbal, Musnad, v:185; al-Hakim, al-Mustadrak,
ii: 229.
21. As-Suyuti, al-ltqan, i:
173.
22. Qur'an, 16: 90.
23 Ibn Hanbal, Musnad,
iv: 218, no. 17947; Lihat juga as-Suydti, a!-Itqan,
i:173.
24. Qur'an, 2: 281.
25 Al-Baqilani, al-lntisar,
hlm. 176.
26. Ibid. hlm. 176.
27. Syam adalah Suria, Yordania,
dan Lebanon (Sekarang).
28. Al-Baqilani, al-lntisar,
hlm. 176-7.
29. Muslim, Sahih,
Jumu'a: 52.
30. Muslim, Sahih, al-Fara'id:
9.
31. Al-Bukhari, Sahih,
Fada'il AI-Qur'an:10.
32. Al-Bukhari, Sahih,
al-Wudu':37; Muslim, Sahih, Mufassirin, no. 182. Untuk
lebih jelasnya harap dilihat Muslim, Kitab al-Tamyiz,
diedit oleh M.M. al-A'zami, hlm. 183-5.
|
|